HomeNalar PolitikKenapa Ada Orang Seperti Luhut?

Kenapa Ada Orang Seperti Luhut?

Di periode kedua kepemimpinannya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlihat memiliki hubungan yang spesial dengan Luhut Binsar Pandjaitan. Menariknya, kalau kita lihat sejarah, hubungan semacam ini telah terjadi sejak ribuan tahun lalu.


PinterPolitik.com

Sudah jadi rahasia umum bahwa Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dianggap sebagai “menteri yang serba bisa”. Mulai dari urusan pandemi sampai hubungan internasional, menteri kelahiran Sumatera Utara (Sumut) tersebut kerap diberi kepercayaan yang begitu besar oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menyelesaikan sejumlah masalah negara.

Saking seringnya diperbincangkan, Luhut bahkan kerap dijuluki sebagai “Perdana Menteri” oleh para warganet. Menariknya, julukan itu bersifat netral, karena memang ada yang benar-benar kagum dengan kemampuan Luhut menyelesaikan berbagai masalah. Namun, di sisi lain ada juga yang bersifat sarkastik karena mereka “muak” dengan keputusan Jokowi yang terus-terusan memilih Luhut.

Melihat predikatnya sebagai orang yang dipercaya untuk banyak masalah, pengamat sosial dari Universitas Jakarta (Unija) Adli Bahrun, pernah mengibaratkan peran Luhut layaknya Gadjah Mada. Perdana Menteri era Kerajaan Majapahit itu, pada zamannya selalu menyelesaikan banyak persoalan, bahkan kerap dilihat sebagai pejabat yang lebih “digdaya” dibanding Raja Hayam Wuruk.

Namun, Gadjah Mada bukan satu-satunya tokoh dalam sejarah yang merefleksikan Luhut. Ribuan tahun lalu, di Kekaisaran Romawi juga ada seseorang dengan peran yang tidak jauh berbeda. Sosok itu bernama Marcus Vipsanius Agrippa, tangan kanan kaisar pertama Romawi, Caesar Augustus.

image 62

Agrippa dan Luhut

Satu kesamaan unik yang dimiliki oleh Luhut dan Agrippa adalah di masing-masing negaranya, kedua orang tersebut diberi tugas menyelesaikan tugas-tugas yang “berat”.

Sebagai seorang jenderal perang, Agrippa pada masanya kerap dipercaya meredam sejumlah gejolak politik, entah itu ancaman pemberontakan atau ancaman invasi kerajaan asing. Tidak hanya urusan militer, Agrippa juga memiliki peran yang begitu besar dalam merenovasi dan membangun sejumlah bangunan di Kota Roma.

Baca juga :  Rahasia Kesaktian Cak Imin-Zulhas?

Menariknya, Agrippa hampir tidak pernah mengakui apa yang dicapainya merupakan akibat usahanya sendiri, melainkan karena kehebatan kaisarnya, Caesar Augustus. Sifat seperti ini mungkin tidak jauh berbeda dengan Luhut yang kerap menyebut bahwa apa yang dicapainya adalah akibat kepercayaan yang diberikan Presiden Jokowi.

Lindsay Powell dalam bukunya Marcus Agrippa: Right-hand man of Caesar Augustus, menilai salah satu alasan kenapa Augustus membutuhkan Agrippa adalah karena dirinya membutuhkan partner of power.

Sebagai seorang jenderal yang tahu bagaimana memaksimalkan kekuatan otoritas negara dan militernya, Augustus dapat “menambal” kekurangannya dalam bidang militer. Karena bagaimanapun, Augustus adalah seseorang yang besar sebagai seorang politisi, bukan ahli peperangan. Augustus tidak seperti ayah angkatnya, Julius Caesar, yang memanjat “tangga politik” karena pencapaian militer.

Fungsi lain yang tidak kalah pentingnya menurut Powell adalah Agrippa juga berperan sebagai penangkal dugaan pemimpin yang tiran. Augustus adalah seseorang yang sangat mementingkan citra baik politiknya. Ia tidak ingin tercoreng sebagai pemimpin yang keras, bahkan jika aksi yang dilakukannya memang diperlukan. Oleh karena itu, untuk menangkal ini, Augustus menyerahkan urusan-urusan tersebut ke Agrippa.

Nah, kembali ke perbincangan soal hubungan antara Luhut dan Jokowi. Sepertinya masuk akal bila fungsi-fungsi yang dimainkan Agrippa tadi juga berlaku pada Luhut. Sebagai contoh, untuk urusan yang cenderung memancing kritik publik, seperti kenaikan harga BBM misalnya, yang paling keras bicara di awal-awal adalah Luhut, bukan Jokowi.

Kalau kita mengacu pada tulisan PinterPolitik yang berjudul Luhut Buat Jokowi Jadi Pahlawan?, di kasus semacam itu Luhut berperan layaknya bad cop (polisi jahat), sementara Jokowi menjadi good cop (polisi baik).

Akhir kata, tentu ini hanyalah interpretasi belaka. Yang jelas, model hubungan pemimpin layaknya Jokowi dan Luhut ada banyak contohnya dalam sejarah dan tentu tidak ada hal yang tidak disengaja dalam politik. (D74)

Baca juga :  Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?
spot_imgspot_img

#Trending Article

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri hingga kini belum terlihat ikut langsung dalam kampanye Pilkada. Kira-kira apa alasannya? 

Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ramai-ramai bicara soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang disertai dengan protes di media sosial, tiba-tiba juga ramai pula banyak akun men-share kembali kasus lama soal nama dua pejabat publik – Airlangga Hartarto dan Luhut Pandjaitan – yang di tahun 2021 lalu disebut dalam Pandora Papers.

“Sekolam” Ahok, Kesaktian Anies Luntur?

Keputusan Anies Baswedan meng-endorse Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 memantik interpretasi akan implikasi politiknya. Utamanya karena Anies pada akhirnya satu gerbong dengan eks rivalnya di 2017 yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan PDIP serta tendensi politik dinasti di dalamnya, termasuk yang terjadi pada Pramono.

Siasat Prabowo Akui Sengketa LCS

Pemerintahan Prabowo disorot karena ‘akui’ klaim tumpang tindih LCS dalam joint statement Tiongkok. Mungkinkah ada siasat strategis di baliknya?

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Anies Di-summon PKS!

Ahmad Syaikhu in a battle against Dedi be like, “I summon Anies Baswedan!”  #Anies #AniesBaswedan #PilkadaJawaBarat #AhmadSyaikhu #IlhamHabibie #PKS #pinterpolitik #infografis #politikindonesia #beritapolitik #beritapolitikterkini

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

More Stories

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri hingga kini belum terlihat ikut langsung dalam kampanye Pilkada. Kira-kira apa alasannya? 

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia?