HomeNalar PolitikKemana Demokrat Akan Berlabuh?

Kemana Demokrat Akan Berlabuh?

Kecil Besar

Selama Republik ini masih berdiri, panggung politik akan terus bergerak. Masyarakat yang akan meramaikannya.


pinterpolitik.com

JAKARTA – Panggung politik. Kisahnya terkadang membosankan, menggelikan, tapi tak jarang juga membawa bencana. Terkadang menguntungkan, namun bisa juga merugikan. Akan selalu ada tarik ulur kepentingan, pengaruh untuk menguasai segalanya, tapi ada pula segala yang menguasainya. Itulah politik, apapun yang terjadi, rakyat hanya bisa berharap yang terbaik.

Panggung Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur putaran kedua yang akan di gelar tanggal 19 April terasa semakin dekat, bahkan kampanyepun sudah mulai bergulir. Pasangan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat akan bertarung melawan pasangan Anies Baswedan – Sandiaga Uno.

Perhelatan besar ini tentu saja akan membuat galau partai pendukung pasangan yang kalah di putaran pertama yaitu PAN, PKB, PPP dan Partai Demokrat karena hingga saat ini, petinggi partai tersebut belum juga menentukan kemana mereka akan merapatkan dukungannya. Apakah akan ke pasangan calon Ahok-Djarot ataukan ke pasangan calon Anies-Sandi.

Walhasil, kedua tim sukses partai pendukung pasangan yang akan berlaga pada putaran kedua ini, terus berupaya untuk melobi apapun caranya agar bisa merebut hati mereka. Begitu juga sebaliknya, partai pendukung pasangan yang tersisih tak kalah gencarnya mencoba menarik simpati dari pasangan calon yang bertarung nantinya.

Seperti Partai Demokrat yang secara gamblang melabelkan dirinya sebagai Partai Nasionalis, partai besutan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut seolah tak malu lagi menyamakan dirinya dengan partai besutan Megawati Soekarnoputri yang notabene adalah “musuh bebuyutan”-nya, yaitu sama-sama sebagai Partai Nasionalis.

Karena berlabel sama itulah, terbersit kabar kalau mereka mungkin akan melabuhkan dirinya ke pasangan Ahok-Djarot. Apakah benar demikian, mengingat Ketua Umum Kedua partai tersebut mempunyai hubungan yang masih kelam hingga saat ini?

Baca juga :  Jokowi Point of No Return?

Sumber SP di Jakarta, Kamis (16/3), mengatakan bahwa kemungkinan Partai Demokrat akan mendukung pasangan Ahok-Djarot dengan alasan berasal dari ideologi partai yang sama, yaitu partai Nasionalis. Keduanya juga mungkin akan segera mendeklarasikan dukungannya dalam waktu dekat.

Sumber tersebut mengatakan, “Demokrat lebih condong (mendukung) calon petahana. Itu pilihan realistis. Demokrat adalah Partai Nasionalis dan lebih cocok bersama dengan partai-partai pendukung Ahok.” Alasan lainnya, menurut sumber tersebut, karena pemilih Agus-Sylvi kebanyakan orang Betawi yakni penduduk asli Jakarta. Mungkin saja, inilah salah satu yang menjadi pertimbangan mendukung calon petahana.

Akibatnya, di internal Partai Demokrat tidak setuju jika isu-isu seputar agama terus dimainkan di putaran kedua ini. Bahkan mereka ingin agar politisasi agama segera dihentikan. Dari simpang siur ini, kira-kira akan dibawa kemana sebenarnya Partai Demokrat akan melabuhkan hatinya ? (Suara Pembaruan)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Return of the Wolf Warrior?

Retorika internasional Tiongkok belakangan mulai menunjukkan perubahan. Kira-kira apa esensi strategis di baliknya? 

Prabowo’s Revolusi Hijau 2.0?

Presiden Prabowo mengatakan bahwa Indonesia akan memimpin revolusi hijau kedua di peluncuran Gerina. Mengapa ini punya makna strategis?

Cak Imin-Zulhas “Gabut Berhadiah”?

Memiliki similaritas sebagai ketua umum partai politik dan menteri koordinator, namun dengan jalan takdir berbeda, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Zulkifli Hasan (Zulhas) agaknya menampilkan motivasi baru dalam dinamika politik Indonesia. Walau kiprah dan jabatan mereka dinilai “gabut”, manuver keduanya dinilai akan sangat memengaruhi pasang-surut pemerintahan saat ini, menuju kontestasi elektoral berikutnya.

Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Pembangunan pabrik BYD di Subang disebut-sebut terkendala akibat premanisme. Sementara LG “kabur” dari investasinya di Indonesia karena masalah “lingkungan investasi”.

Honey Trapping: Kala Rayuan Jadi Spionase

Sejumlah aplikasi kencan tercatat kerap digunakan untuk kepentingan intelijen. Bagaimana sejarah relasi antara spionase dan hubungan romantis itu sendiri?

Menguak CPNS “Gigi Mundur” Berjemaah

Fenomena undur diri ribuan CPNS karena berbagai alasan menyingkap beberapa intepretasi yang kiranya menjadi catatan krusial bagi pemerintah serta bagi para calon ASN itu sendiri. Mengapa demikian?

It is Gibran Time?

Gibran muncul lewat sebuah video monolog – atau bahasa kekiniannya eksplainer – membahas isu penting yang tengah dihadapi Indonesia: bonus demografi. Isu ini memang penting, namun yang mencuri perhatian publik adalah kemunculan Gibran sendiri yang membawakan narasi yang cukup besar seperti bonus demografi.

Anies-Gibran Perpetual Debate?

Respons dan pengingat kritis Anies Baswedan terhadap konten “bonus demografi” Gibran Rakabuming Raka seolah menguak kembali bahwa terdapat gap di antara mereka dan bagaimana audiens serta pengikut mereka bereaksi satu sama lain. Lalu, akankah gap tersebut terpelihara dan turut membentuk dinamika sosial-politik tanah air ke depan?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...