Sejumlah politisi berbondong-bondong jenguk sosok Ustaz Arifin Ilham yang tengah terbaring sakit
PinterPolitik.com
[dropcap]B[/dropcap]eberapa politisi ramai-ramai menjenguk sosok Ustaz Arifin Ilham yang tengah terbaring karena sakit. Dalam beberapa kesempatan, nampak sejumlah tokoh politik seperti Anies Baswedan, Fadli Zon, hingga calon presiden yang akan bertarung menjelang Pilpres 2019 Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto, beserta para calon wakilnya, Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno.
Meskipun sekilas teramat wajar menjenguk seseorang yang sakit, namun aksi jenguk menjenguk tersebut menjadi terkesan memiliki makna secara politik. Menarik memang melihat tingkah laku para politisi ini, terutama saat ini adalah momen politik menjelang Pilpres 2019.
Terlebih, sepak terjang sosok Arifin Ilham sebagai ulama dan publik figur selama ini yang cukup berpengaruh, salah satunya sebagai dai yang mempopulerkan gerakan zikir akbar.
Lantas, seberapa besar sesungguhnya peran Arifin Ilham sehingga ia begitu istimewa di mata para politisi? Mungkinkah para kandidat politik menjelang Pilpres 2019 kini tengah berharap tuah dari sosok sang ustaz?
Tuah Arifin Ilham
Menjelang Pilpres 2019, nampaknya peran ulama masih menjadi konsen bagi para kandidat dalam pertarungan politik. Terlihat dari berbagai pendekatan para politisi kepada para pemuka agama, para ulama. Para politisi ini rajin bersafari ke pondok pesantren demi meraih dukungan politik.
Ulama, utamanya dalam konteks politik Indonesia, memainkan peran penting dalam proses mobilisasi suara pemilih. Hal ini diungkapkan oleh Martin van Bruinessen, dalam tulisanya berjudul Indonesia’s ulama and politics: caught between legitimising the status quo and searching for alternatives, yang menyebut bahwa ulama melalui partai politik dan ikut kampanye, dapat berperan aktif untuk meraih kekuasaan politik formal.
Siapapun pasti bisa membedakan mana BESUK POLITIK (membesuk krn kepentingan politik) dengan BESUK SAHABAT ( membesuk dgn rasa persahabatan)
Hentikan kemunafikan ini wahai tuan pencitraan..!!
— FERDINAND HUTAHAEAN (@Ferdinand_Haean) January 9, 2019
Selain itu, bukan rahasia jika secara secara sosiologi, masyarakat Indonesia cenderung menempatkan ulama sebagai patron dalam kehidupan sosial mereka. Sehingga, seorang ulama dapat berfungsi sebagai pemersatu dalam masyarakat lingkungannya, pun juga mempersatukan pilihan politik.
Mungkin kemampuan tersebutlah yang kini dimiliki oleh sosok Arifin Ilham, sehingga, memperoleh dukungan sang Ustaz bisa saja menjadi salah satu faktor penting dalam memenangkan kontestasi Pilpres.
Maka, dalam konteks kunjungan beberapa politisi yang menjenguk Arifin ilham, menarik untuk membahas pengaruh sosok Arifin Ilham, tidak hanya sebagai ulama, namun sekaligus pengaruhnya dalam politik.
Greg Fealy dan Sally White dalam tulisanya berjudul Expressing Islam: Religious Life and politics in Indonesia pernah menyebut bahwa sosok Arifin Ilham memang merupakan fenomena baru dalam kehidupan religius di indonesia.
Sebagai sosok ulama, ia muncul dengan program “Zikir Bersama” yang pada akhirnya berhasil menumbuhkan demand side atau sisi permintaan kelas menengah muslim perkotaan (urban society) terhadap ajaran-ajaran agama model baru.
Program Arifin Ilham ini berhasil memunculkan cita rasa selera baru dalam memenuhi hasrat dan kebutuhan spiritual kelompok muslim perkotaan dan merupakan sebuah antiklimaks dari tradisi keagamaan yang sebelumnya telah eksis di Indonesia.
Hal ini membuat sang ustaz yang juga merupakan alumni Hubungan Internasional Universitas Nasional ini berhasil mendirikan Yayasan Azzikra yang berlokasi di Sentul, Bogor yang memiliki pengikut tak sedikit.
Menurut Ketua Yayasan Azzikra, Khatib Khalil jemaah zikir akbar yang dipimpin oleh Arifin Ilham mencapai lebih dari 20.000 jemaah.
Jumlah tersebut belum termasuk jemaah yang tersebar diseluruh Indonesia. Meskipun belum diketahui jumlah pastinya, namun kehadiran Arifin Ilham di berbagai daerah di Indonesia umumnya dihadiri oleh ribuan pengunjung yang jika ditaksir jumlahnya tidak kalah membludaknya dengan peserta konser musik.
Kharisma Arifin Ilham tidak hanya berhenti pada fenomena majelis Zikir yang ia inisiasi, namun juga menyoal gaya fashionnya yang sempat menjadi tren. Busana khas baju koko serba putih sang Ustaz menjadi salah satu fashion statement-nya yang banyak diikuti juga oleh jemaah.
Maka realitas tersebut semakin mengukuhkan peran Arifin Ilham sebagai perantara budaya atau cultural broker yang pernah diungkap oleh Clifford Geertz dalam penelitiannya yang bertajuk The Javanese Kijaji : The Changing Roles of a Cultural Broker.
Prabowo menjenguk Ust Arifin Ilham di RSCM itu baik, tp lebih balik lg kalau dia minta maaf ke pihak RSCM krn menyebarkan berita bohong klu selang cuci darah dipakai 40 orang, itu pencemaran nama baik RSCM & meneror yg sakit & lagi cuci darah
— Mohamad Guntur Romli (@GunRomli) January 9, 2019
Peran Arifin Ilham sebagai cultural broker tersebut yang pada kadar tertentu akan cenderung menjadi modal sosial yang cenderung akan dimanfaatkan oleh politisi menjadi modal politik.
Maka, tak ayal beberapa waktu lalu hasil penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang bertajuk ulama dan efek elektoralnya menempatkan Arifin Ilham sebagai salah satu ulama yang memiliki dampak elektoral di urutan kedua.
Ia memperoleh popularitas sebesar 41,2 persen bahkan mengalahkan Ustaz Yusuf Mansur dan Aa Gym. Dari 41,2 persen tersebut, sebesar 84,4 persen menyatakan suka dengan Arifin Ilham dan mereka yang menyatakan mendengar imbauan Arifin Ilham sebesar 25,9 persen.
Oleh karena itu, sosok Arifin Ilham boleh jadi adalah sosok yang dapat berperan penting dalam politik Indonesia. Dalam kadar tertentu, pengaruhnya bisa saja memiliki peran khusus dalam konteks Pilpres 2019.
Berebut Tuah
Dalam konteks kunjungan para politisi, utamanya kedua kandidat capres-cawapres menjelang Pilpres 2019, dapat diartikan bahwa sosok sang ustaz dipercayai sebagai simbol ulama berpengaruh di Indonesia. Sosoknya yang dianggap memiliki dampak elektoral bisa jadi yang mendorong para politisi ini untuk memulai tindakan sebagai wujud kepedulian terhadap ulama.
Mari mendoakan kesembuhan Ustaz Arifin Ilham yang saat ini dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Semoga beliau cepat sembuh, penyakitnya diangkat oleh Allah SWT. Masyarakat menunggu Ustaz Arifin Ilham untuk berdakwah dan berkegiatan seperti sedia kala. Amin. pic.twitter.com/p5mWFK8v8K
— Joko Widodo (@jokowi) January 9, 2019
Oleh karena itu, jika dilihat secara simbolis dan political behavior, kedatangan calon kandidat presiden dan wakilnya dapat dianggap sebagai politik. Menjenguk sosok ulama kharismatik seperti Arifin Ilham bisa saja berdampak khusus secara elektoral kepada masing-masing kandidat. Apalagi, jika pada akhirnya sang ustaz mau mendeklarasikan dukungan politiknya secara terang-terangan pada salah satu calon.
Mungkin terkesan tidak manusiawi jika menganalogikan sakitnya sang ustaz adalah bagian dari momentum politik yang pada kadar tertentu dapat memberikan peluang bagi para politisi untuk melakukan aksi simbolis. Namun, hal tersebut sangat mungkin dan kerap tak terhindarkan dalam politik. Lalu ke manakah sesungguhnya dukungan sang ustaz akan berlabuh ?
Jika ditelisik dari kedekatan politik, pada Pilpres 2014, dukungan ustaz dengan gaya suara khas serak ini berlabuh pada sosok Prabowo Subianto.
Kala itu, Majelis Azzikra yang dipimpin ustaz kelahiran Banjarmasin ini secara resmi mendeklarasikan dukungan kepada sosok pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Kini, menjelang Pilpres 2019, tak sedikit pula para politisi yang masih mencoba untuk mendekati sosoknya. Sebut saja cawapres Ma’ruf Amin yang pernah menyambangi pondok pesantren milik Arifin Ilham, Azzikra di Sentul, Bogor beberapa waktu lalu.
Terlepas dari hal itu, Arifin Ilham tampak masih enggan mengumumkan pilihan politiknya secara publik. Hal ini jelas membuat publik bertanya-tanya ke mana pilihan politiknya akan berlabuh.
Pada titik tersebut, mungkinkah ia akan kembali melabuhkan dukungan ke kubu Prabowo? Ataukah dengan kehadiran Jokowi membesuk dirinya dan kedekatannya dengan Ma’ruf Amin akan membuatnya dan para pengikutnya mendukung sosok petahana?
Yang jelas, pada akhirnya, ikhtiar para politisi ini untuk berebut tuah ulama tak dapat terhindarkan. Lalu, siapakah yang akan mendapatkan tuah tersebut? (M39)