Pada awal tahun 2023, Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut akan melakukan reshuffle kabinet. Menurut berbagai pihak, reshuffle ini akan menyasar dua menteri Partai NasDem. Ada pula dugaan Partai NasDem ingin didepak dari kabinet. Apakah Jokowi akan memulai perang politik dengan Surya Paloh?
PinterPolitik.com
Bagi para pelakunya, politik mungkin adalah perkara serius. Karena dengan politik, distribusi kekuasaan, kapital, hingga arah kebijakan negara diatur di dalamnya. Namun, meminjam penjelasan satir antropolog Clifford Geertz dalam bukunya Negara Teater, bagi masyarakat biasa alias kita sebagai penonton, politik ibarat pagelaran teater.
Tentu, sebagai penonton kita akan merasa terhibur, tersentuh, ataupun ikut bergembira dalam menyaksikan para aktor memainkan perannya. Dalam konteks politik Indonesia terkini, kita mungkin sedang menikmati pertunjukan yang cukup menghibur dan mengundang senyum tipis.
Bagi yang ingat, pada 2019 lalu ketika Partai Gerindra bergabung ke kabinet pemerintah, Partai NasDem secara terbuka menunjukkan ketidaksukaan. Tidak tanggung-tanggung, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh bahkan memberi “ancaman” bahwa partainya akan menjadi oposisi.
Well, kita semua melihat, itu hanya gertakan politik Surya Paloh. Sampai sekarang NasDem tetap berkocol di kursi kabinet.
Nah, sekarang kita akan membahas hal menghiburnya. Jika dulunya NasDem tampak powerful karena mengancam keluar kabinet, saat ini NasDem justru terancam “ditendang” dari kabinet. Menurut kabar yang beredar, misalnya dari Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin, sebentar lagi akan dilakukan reshuffle kabinet – diperkirakan pada awal 2023.
Menariknya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDIP Djarot Syaiful Hidayat, secara spesifik meminta untuk mengevaluasi Menteri Pertanian (Mentan) dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Men LHK) yang notabene merupakan menteri NasDem.
Beberapa dari kita mungkin sudah menangkap poin menghiburnya. Ya, NasDem yang awalnya tampak begitu berpengaruh di kabinet Jokowi, justru sekarang terancam posisinya di kabinet. Seperti kata pepatah, roda terus berputar.
Sekarang pertanyaannya tentu sederhana. Apakah Presiden Jokowi akan mengikuti saran petinggi PDIP untuk mengevaluasi kedua menteri NasDem? Lebih lugas lagi, apakah Presiden Jokowi akan mendepak NasDem dari kabinet?
Api yang Membesar
Melihat benang kronologisnya, banyak yang menyebut ini karena NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden 2024. Seperti dipaparkan dalam artikel PinterPolitik yang berjudul Jokowi Tidak Restui Anies Nyapres? pada 3 November 2022, setelah deklarasi itu, berulang kali Presiden Jokowi mengingatkan untuk jangan asal memilih calon presiden.
Di titik ini, mungkin ada yang menaruh tanya dan keberatan. Apakah memang benar Presiden Jokowi tidak merestui Anies maju di 2024?
Well, mungkin saja sebenarnya Presiden Jokowi tidak mempermasalahkan majunya Anies. Namun, persoalannya ada pada PDIP. Kita semua melihat, partai banteng begitu resisten dengan deklarasi NasDem terhadap Anies.
Jika Presiden Jokowi menunjukkan gestur “tidak masalah” Anies maju di 2024, itu akan kontraproduktif dengan PDIP. Seperti dijelaskan Roger W. Cobb dan Charles D. Elder dalam tulisannya The Political Uses of Symbolism, simbol memainkan peran penting dalam kehidupan politisi.
Dengan kata lain, entah itu Presiden Jokowi sendiri atau karena PDIP yang tidak setuju, yang jelas, rentetan serangan politik terhadap NasDem memang terjadi setelah deklarasi terhadap Anies.
Kemudian, jika menarik benangnya lebih jauh lagi ke belakang, memanasnya situasi NasDem di Istana sebenarnya adalah akumulasi api-api kecil.
Setidaknya terdapat tiga ancaman yang pernah dilontarkan Surya Paloh kepada Presiden Jokowi. Pertama, seperti disinggung sebelumnya, itu terjadi ketika Partai Gerindra memilih gabung ke kabinet.
Kedua, ini lebih tegas. Ketika ramai kasus revisi UU KPK, Surya Paloh sampai mengancam Presiden Jokowi dapat dimakzulkan apabila mengeluarkan perppu untuk membatalkan revisi tersebut. Ancaman terbuka yang begitu mengagetkan banyak pihak.
Ketiga, ceritanya baru-baru diungkapkan politisi senior PDIP Panda Nababan. Sekitar 2016, Surya Paloh ternyata mengancam menarik dukungan jika Presiden Jokowi mengganti Jaksa Agung Muhammad Prasetyo yang merupakan kader Partai NasDem.
Waktunya Pembalasan?
Menurut Panda, Presiden Jokowi memiliki rekam jejak “membalas dendam”. Dalam bukunya Panda Nababan Lahir Sebagai Petarung: Sebuah Otobiografi, Buku Kedua: Dalam Pusaran Kekuasaan, Panda misalnya menceritakan cara Presiden Jokowi membalas pernyataan Prabowo yang menyebutnya tukang andong.
Diceritakan, dalam sebuah acara makan malam sebelum pengumuman hasil Pilpres 2014, Prabowo bertanya kepada Luhut Binsar Pandjaitan mengapa justru mendukung Jokowi si tukang andong. Luhut kemudian membalas dengan menyebut Jokowi lebih hebat dari Prabowo.
Ketika Panda bertanya kepada Jokowi apakah sudah mendengar cerita itu dari Luhut, Jokowi merespons bahwa ia telah memesan andong dari Solo untuk dikirim ke Jakarta.
Dan terbukti, setelah pelantikannya, Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla berpindah kendaraan dan naik andong selama berjam-jam. Menurut Panda, itu adalah balasan politik yang hebat.
Kemudian, gestur lain yang teramati jelas adalah Presiden Jokowi yang tidak mengirim video ucapan selamat ulang tahun kepada Partai NasDem. Padahal, RI-1 terlihat hadir di ulang tahun partai lainnya, seperti Perindo, Hanura, dan Golkar.
Seperti yang ditakutkan Panda, mungkin ini adalah momen Presiden Jokowi untuk membalas Surya Paloh. Karena tidak lagi dapat maju di Pilpres 2024, Presiden Jokowi sekiranya tidak membutuhkan lagi dukungan politik NasDem.
Simpulan serupa juga disampaikan oleh pengamat politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga. “Bila ada reshuflle, bisa jadi bertujuan untuk mendepak menteri dari NasDem,” ungkapnya pada 26 Desember 2022.
Kembali mengutip penjelasan satir Clifford Geertz. Sebagai penonton pagelaran teater kita hanya bisa menikmati. Apakah Presiden Jokowi akhirnya memutuskan untuk membalas dan “berperang” dengan Surya Paloh akan kita saksikan pada adegan selanjutnya. (R53)