Pak Jokowi kayaknya suka baca puisi juga ya. Katanya pada peringatan hari ibu nanti, beliau bakal berpuisi lagi.
PinterPolitik.com
[dropcap]J[/dropcap]okowi memang nggak hebat berpuisi seperti Chairil Anwar atau W.S. Rendra. Atau gemar menulis puisi yang maknanya kadang bikin njlimet seperti Kahlil Gibran atau Pablo Neruda, karena Jokowi memang nggak berbakat di situ. Beliau kan anak metal.
Tapi ia termasuk seorang penikmat puisi juga lho. Bahkan kebiasaan ini sudah dilakukan saat beliau masih menjadi Walikota Solo. Katanya, beliau memang sering membaca puisi karya tokoh refromasi yang hingga kini tidak diketahui keberadaannya, Mas Wiji Tukul. Salah satu yang bikin Jokowi kepincut adalah puisi berjudul ‘Peringatan’. Ah, masa sih? Emang apa istimewanya puisi ini?
Maklum, Mas Wiji emang cukup tenar di era Pak Harto lewat puisi-puisinya. Konon kekuatan kata-katanya mendarat mulus tepat di jantung kekuasaan Orba. Lantas, apakah Pak Harto ikut suka? Ow jelas dong.
Pak Harto memang suka, buktinya Mas Wiji diberi gelar. Tapi, sayang gelarnya adalah ‘penyair penghasut’. Entah apa yang terjadi kalau Mas Wiji masih hidup. Mungkinkah Jokowi masih suka baca puisi-puisinya?
Sebenarnya semenjak jadi presiden, Jokowi udah dua kali tertangkap kamera baca puisi di depan umum. Satunya saat peringatan hari sumpah pemuda tahun ini dan satunya lagi saat mengunjungi para warga Indonesia yang ada di Singapura.
Kalau seandainya, Jokowi jadi membacakan puisi saat peringatan hari ibu nanti, berarti ini udah menjadi kali ketiga baginya. Bahkan, katanya beliau bakal ditemani oleh ‘9 srikandi’ dalam kabinetnya saat berpuisi. Yah elahh Pak, masa baca puisi kok pake acara ditemani segala sih. Demam panggung ya?
Presiden Jokowi Akan Baca Puisi Saat Peringatan Hari Ibu di Raja Ampat – Tribunnews https://t.co/nVpYj6rEnl
— Perempuan Banjar (@PerempuanBanjar) December 19, 2017
Kalau takut sih enggak kayaknya. Mungkin ini punya makna tersirat. The power of symbol, gitu loch! Momen tersebut bisa aja menjadi penegasan dari Jokowi bahwa ia menghargai posisi kaum perempuan di Indonesia. Tapi, KDRT kok terjadi terus ya? (K-32)