HomeNalar PolitikJelang Pilkada, Politik Uang Merajalela

Jelang Pilkada, Politik Uang Merajalela

Kecil Besar

Sehari menuju hari pencoblosan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak, Rabu, 15 Februari, gerilya berbau politik uang mulai menyebar di 101 daerah yang melaksanakannya. Berbagai upaya dilakukan para pasangan calon (paslon) maupun tim suksesnya, dalam menarik suara rakyat. Dari ‘memanipulasi’ hasil survei, pembagian sumbangan sembako, hingga tebaran amplop dalam ‘serangan fajar’.


pinterpolitik.com

JAKARTA – Menurut Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPRR) Masykurudin Hafidz, ada empat potensi pelanggaran jelang Pilkada, yaitu ucapan intimidatif atau saling serang dengan materi pemberitaan bohong, logistik pemungutan suara bermasalah, bahan dan alat kampanye yang masih ada, dan yang paling menarik adalah politik uang.

Politik uang, lanjutnya, sering dilakukan oleh bandar politik atau orang yang memiliki modal besar – misalnya pebisnis – yang mempunyai kepentingan tertentu untuk memenangkan satu paslon. Mereka biasanya ‘rela’ mengeluarkan modal untuk pembiayaan resmi maupun tidak resmi untuk paslon tersebut, secara terselubung.

Salah satu cara yang umum dilakukan adalah dengan ‘memanipulasi’ hasil survei lembaga tertentu, agar memberi kesan kalau paslon yang membiayai survei tersebut disukai masyarakat. Tujuannya tentu agar masyarakat yang masih ragu dalam memilih, menjadi tertarik dan ikut memilih pasangan tersebut.

Di beberapa daerah di luar Jakarta, kegiatan politik uang masih sering ditemui dalam bentuk pembagian sembako, biaya transport, maupun sumbangan lainnya, dengan catatan penerima harus memilih mereka pada saat Pilkada nanti.

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa mengungkapkan bahwa 71,1 persen responden ternyata masih percaya akan adanya politik uang di Pilkada tahun ini. “Bisa jadi responden berkaca dari Pemilu sebelumnya, atau sudah dijanjikan pada hari H pencoblosan,” kata Ardian saat merilis hasil survei tersebut di Kantor LSI Denny JA, di Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (10/2).

Baca juga :  PDIP Has Fallen?

Lebih mencengangkan lagi, banyak responden yang mengaku pilihannya akan terpengaruh dengan politik uang. “Sekitar 47,8 persen menyatakan, politik uang mempengaruhi pilihan kandidat mereka. Karena itu, semua pihak harus bersama-sama menjaga agar money politics tidak terjadi,” lanjutnya.

Mengantisipasi maraknya politik uang, Kapolda Metro Jaya Irjen M. Iriawan menyatakan siap mengamankan pelaksanaan Pilkada. Ia juga telah memerintahkan jajarannya untuk menangkap semua pelaku politik uang yang berkeliaran jelang dan saat pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta, 15 Februari mendatang.

Tidak bisa dipungkiri, menolak pemberian uang pasti sangat sulit dilakukan, baik dari kalangan kelas bawah hingga atas sekalipun. Namun ada baiknya untuk tetap menjaga hati nurani, dengan memilih paslon yang menurut dirinya sendiri baik. Kemajuan daerah ada di tangan warganya, mari mulai berlaku cerdas dengan tidak memilih paslon yang berlaku curang maupun menggunakan politik uang. (Berbagai sumber/F26)

 

spot_imgspot_img

#Trending Article

Sejauh Mana “Kesucian” Ahok?

Pasca spill memiliki catatan bobrok Pertamina dan dipanggil Kejaksaan Agung untuk bersaksi, “kesucian” Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok seolah diuji. Utamanya, terkait pertaruhan apakah dirinya justru seharusnya bertanggung jawab atas skandal dan kasus rasuah perusahaan plat merah tempat di mana dirinya menjadi Komisasis Utama dahulu.

Teror Soros, Nyata atau “Hiperbola”? 

Investor kondang George Soros belakangan ramai dibincangkan di media sosial. Apakah ancaman Soros benar adanya, atau hanya dilebih-lebihkan? 

Begitu Sulit Sri Mulyani

Kementerian Keuangan belum juga memberikan paparan kinerja APBN bulan Januari 2025.

Mitos “Hantu Dwifungsi”, Apa yang Ditakutkan?

Perpanjangan peran dan jabatan prajurit aktif di lini sipil-pemerintahan memantik kritik dan kekhawatiran tersendiri meski telah dibendung sedemikian rupa. Saat ditelaah lebih dalam, angin yang lebih mengarah pada para serdadu pun kiranya tak serta merta membuat mereka dapat dikatakan tepat memperluas peran ke ranah sipil. Mengapa demikian?

Inikah Akhir Hidup NATO?

Perbedaan pendapat antara Amerika Serikat (AS) dan negara-negara anggota Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) belakangan terlihat semakin kentara. Apa maknanya?

Apocalypse Now Prabowo: Sritex dan Tritum Konfusianisme

Badai PHK menghantui Indonesia. Setelah Sritex menutup pabriknya dan menyebabkan 10 ribu lebih pekerja kehilangan pekerjaan, ada lagi Yamaha yang disebut akan menutup pabrik piano yang tentu saja akan menyebabkan gelombang pengangguran.

Tiongkok Pesta Thorium, Bisa Pantik “Perang”? 

Dunia dihebohkan dengan kabar bahwa Tiongkok berhasil menemukan cadangan thorium yang jumlahnya diprediksi bisa menghidupi kebutuhan energi negara tersebut selama 60 ribu tahun. Kira-kira, apa dampak geopolitik dari hal ini? 

Ini Akhir Cerita Thohir Brothers?

Mega korupsi Pertamina menguak dan mulai terarah ke Menteri BUMN, Erick Thohir, dan sang kakak, Garibaldi atau Boy Thohir. Utamanya, terkait jejaring kepentingan personal dan politik yang bisa saja akan menjadi pertimbangan Presiden Prabowo Subianto kelak atas sebuah keputusan. Benarkah demikian?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...