Kubu Jokowi dan Prabowo terlibat dalam aksi intip-mengintip jelang Pilpres 2019.
PinterPolitik.com
“[dropcap]B[/dropcap]isa bintitan,” begitu kira-kira kata orang-orang saat membahas intip-mengintip. Mencuri lihat secara diam-diam, memang kerap dianggap sebagai sesuatu hal yang tabu. Hal itu mungkin benar adanya, jika yang diintip adalah orang yang sedang mandi atau jawaban orang lain saat ujian.
Meski bisa memuat sakit mata, intip-mengintip tidak sepenuhnya perlu dihindari. Jelang Pilpres 2019 misalnya, mengetahui strategi lawan secara diam-diam tentu adalah hal yang bermanfaat. Hal ini sepertinya dilakukan oleh banyak elite politik negeri ini jelang pesta demokrasi akbar tersebut.
Terlihat bahwa baik koalisi pendukung petahana Joko Widodo (Jokowi) maupun kubu oposisi Prabowo Subianto sama-sama masih menunggu pasangan capres dan cawapres kubu lawannya. Mereka terus menunda pengumuman capres-cawapres mereka sambil berusaha curi-curi lihat dan dengar siapa pasangan yang muncul dari kubu lawannya.
Sikap saling tunggu dan intip ini jelas bikin gemas masyarakat yang penasaran dan tidak sabar untuk mengetahui pasangan yang akan bertarung di Pilpres 2019. Akan tetapi, bisa saja kedua kubu memang sengaja menunda, sebagai strategi untuk mengintip terlebih dahulu kekuatan lawannya.
Intip-Mengintip Kantong Lawan
Jauh-jauh hari, Jokowi sebagai presiden petahana mengakui bahwa ia sudah mengantongi nama cawapres yang akan mendampinginya ke kursi RI-1 untuk kedua kali. Dari hari ke hari, ia menyebutkan jumlah nama-nama yang ada di dalam kantongnya tersebut.
Meski sudah di kantong, nyatanya Jokowi belum juga mau membeberkan siapa yang ada di dalam kantongnya tersebut. Dikabarkan bahwa koalisi pendukung Jokowi kemungkinan baru akan mengumumkan nama cawapres Jokowi di detik-detik akhir pendaftaran.
Setali tiga uang dengan Jokowi, Prabowo juga menyebut bahwa kantongnya telah terisi oleh calon orang nomor dua dari kubunya. Ia menyebut bahwa nama yang ada di kantongnya tersebut bukanlah hasil dari kehendaknya, melainkan kehendak dari rakyat.
Kubu Prabowo belakangan masih terlihat melakukan konsolidasi secara terus-menerus. Pertemuan dari pertemuan terus mereka jalani untuk menentukan formulasi yang tepat. Oleh karena itu, meski sudah memegang nama, kubu ini masih enggan merelakan isi kantongnya diintip oleh banyak orang.
Kondisi-kondisi ini membuat masing-masing kubu mencoba mengintip isi kantong lawannya. Bagi mereka, tampak bahwa isi kantong tersebut sangat penting dan dapat menentukan langkah mereka ke Istana Negara.
Usaha mengintip ini ditunjukkan misalnya oleh kubu Prabowo. Ketua DPP Gerindra Desmond Mahesa menungkapkan bahwa kubu mereka memang sengaja menunggu kubu lawan mengumumkan cawapresnya, baru mereka akan mendeklarasikan pasangan yang akan diusung.
Tak kalah dengan kubu Prabowo, koalisi Jokowi juga tampaknya berharap bisa mengetahui terlebih dahulu pasangan yang diusung lawannya. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar misalnya, menyebut bahwa koalisinya akan mengantisipasi pasangan yang dikeluarkan lawannya sehingga mereka lebih memilih untuk menunggu.
Strategi Menangi Perang
Sekilas, intip-mengintip para politisi jelang Pilpres terlihat seperti hal yang biasa. Akan tetapi, hal seperti itu sebenarnya tidak bisa dianggap sebagai hal yang remeh. Melihat dan mengetahui kekuatan lawan bisa menjadi kunci untuk memenangi sebuah peperangan.
Pentingnya mengintip dan mengetahui lawan ini diungkapkan ahli strategi perang dari Tiongkok, Sun Tzu. Sun Tzu menyebutkan bahwa hal yang sangat penting di dalam peperangan adalah untuk menyerang strategi lawan. Untuk melakukan hal itu, maka sangat penting untuk mengetahui lawan terlebih dahulu.
Sun Tzu menyoroti bahwa sangat penting untuk mengenal dan mengetahui diri sendiri dan juga lawan. Jika sudah mengetahui diri sendiri dan juga lawan, maka siapapun tidak akan terancam dalam ratusan pertarungan.
Saling intip siapa capres/cawapres…hmm awas bintitan ah…?
— ? (@iwanfals) July 13, 2018
Hal senada juga diungkapkan oleh penulis Amerika Serikat (AS) Michael Greene. Greene menyebutkan pentingnya mengetahui lawan saat menghadapi peperangan. Secara spesifik, Greene menyoroti pentingnya mengetahui pemimpin kubu lawan alih-alih memaksa mengetahui keseluruhan tim lawan.
Jika ditarik ke perkara Pilpres, mengetahui pemimpin kubu lawan ini bisa diibaratkan pada pilihan capres dan cawapres dari masing-masing kubu. Berdasarkan kondisi tersebut, maka lebih penting untuk mengetahui pasangan capres dan cawapres ketimbang keseluruhan strategi kubu lawan.
Terlihat bahwa dari pandangan Sun Tzu dan Greene jelas bahwa intip-mengintip kantong lawan jelang Pilpres ini bukanlah hal yang sembarangan. Mengetahui kekuatan dan strategi lawan tergolong amat krusial jika ingin memenangi perang sekelas Pilpres 2019.
Merujuk pada pandangan tersebut, ada kemungkinan bahwa sebenarnya kedua kubu memang telah siap turun gelanggang pada Pilpres 2019. Bisa saja spekulasi bahwa mereka masih kesulitan mendapat nama tidak sepenuhnya benar.
Oleh karena itu, pilihan untuk saling menunggu dari masing-masing kubu dapat dikatakan sebagai langkah strategis dari masing-masing kubu. Langkah ini memang langkah krusial untuk memenangkan perang, bukan hanya sekadar membuat penasaran saja.
Demi Istana
Secara spesifik, kedua kubu tampak amat penasaran dan sangat ingin mengintip siapa nama cawapres yang di kantong masing-masing kubu. Bagi beberapa orang, gelaran Pilpres 2019 nanti bukan hanya sekadar perang di tingkat capres saja, tetapi juga perang di antara sosok orang nomor dua. Sosok cawapres bahkan dianggap dapat menjadi kunci dan pembeda hasil dari Pilpres 2019.
Kandidat cawapres kerap diremehkan dan tidak dianggap penting. Padahal, pentingnya sosok orang nomor dua ini diungkapkan misalnya oleh Jules Witcover dalam bukunya The American Vice Presidency: From Irrelevance to Power. Secara khusus, Wapres AS John Adam juga pernah berkata, “In this I am nothing, But I may be everything.”
Pentingnya posisi wapres ini membuat mengintip isi kantong lawan menjadi jauh lebih penting. Mengetahui cawapres lawan dapat membuat serangan terhadap strategi lawan seperti yang diungkapkan Sun Tzu menjadi lebih mudah.
Mengapa kubu prabowo dan kubu jokowi saling tunggu mengumumkan cawapresnya?
Jika Jokowi memilih cawapres militer maka prabowo akan memilih militer
Jika Jokowi memilih santri maka prabowo akan memilih pks atau uas
dan cawapres adalah cerminan strategy pemenangan dg penekanan— Arie Dirgantara (@TheArieAir) August 1, 2018
Secara tradisional, wapres memang kerapkali dianggap memberikan keuntungan yang bersifat demografis. Wapres kerap dipilih untuk mewakili profil demografi tertentu seperti wilayah, agama, atau ormas tertentu.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui nama cawapres yang ada di masing-masing kubu. Jika mereka telah mengetahui siapa yang ada di dalam kantong masing-masing kubu, maka mereka bisa merumuskan strategi yang tepat untuk melakukan serangan sesuai dengan profil demografi yang dimiliki oleh cawapres tersebut.
Jika merujuk pada pandangan Greene di atas, cawapres dapat dianggap sebagai sosok pemimpin yang penting diketahui jika ingin memenangi perang. Maka, sangat wajar jika kedua kubu berupaya mengintip isi saku dari kubu lawannya. Kemenangan bisa saja diraih oleh kubu yang berhasil mengintip nama cawapres dan strateginya sehingga bisa menentukan antistrategi yang paling ampuh.
Misalnya saja jika kubu lawan mengambil cawapres dari latar belakang Islam, maka kubu lainnya akan mengambil cawapres yang setara dengan sosok tersebut. Hal serupa berlaku untuk latar belakang lain seperti militer atau tokoh dari luar pulau Jawa. Anti-strategi seperti ini sangat penting dan akan berjalan efektif jika berhasil mengintip nama di kubu lawan.
Tampaknya, siapapun masih harus menunggu sampai detik terakhir untuk mengetahui apa isi di dalam saku kubu masing-masing. Terlalu berbahaya bagi mereka jika isi kantong mereka berhasil diintip oleh masing-masing kubu. Meski begitu, ikhtiar untuk curi-curi dengar dan lihat isi kantong lawan tampaknya akan tetap berjalan. Mereka tahu betul, sekali intip saja, jalannya pertarungan Pilpres 2019 bisa berubah. (H33)