Site icon PinterPolitik.com

Inilah Proyek Penyebab Perang Israel-Palestina

serangan hamas rekayasa intelijen israel

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu saat memimpin rapat kabinet rutin. (Foto: AP)

Perang berkelanjutan antara Israel dan Palestina diduga disebabkan oleh kepentingan ekonomi di balik suatu proyek yang bernama Terusan Ben Gurion. Mengapa bisa demikian?


PinterPolitik.com

Mungkin tidak ada yang akan membantah bila kita menyebut bahwa perang antara Israel dan Palestina merupakan perang paling menegangkan yang saat ini terjadi. Saking mengerikannya perang tersebut, hanya dalam waktu sebulan sudah 12 ribu lebih korban yang nyawanya melayang.

Yang membuat peperangan ini menjadi semakin lebih miris adalah pertempuran berdarah antara Israel dan Palestina sesungguhnya sudah terjadi dalam waktu yang sangat lama. Salah satu momentum awalnya adalah ketika Israel memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1948.

Karena hal itu juga, kerap muncul pertanyaan-pertanyaan menarik tentang apa yang sebetulnya menjadi pemicu dari pertumpahan darah yang begitu lama antara Israel dan Palestina. Dari segi diplomasi, ada yang menyebut akar Perang Israel-Palestina adalah Deklarasi Balfour. Namun, kalau dari segi ekonomi, ada satu anggapan menarik bahwa perang ini sebetulnya terjadi karena sesuatu yang disebut “Proyek Terusan Ben Gurion”.

Lantas, apakah itu Proyek Terusan Ben Gurion? Dan mengapa keberadaannya bisa dianggap sebagai akar alasan ekonomi dari terjadi Perang antara Israel dan Palestina?

Sebuah Proyek Global

Proyek Terusan Ben Gurion merupakan gagasan dari Israel yang bertujuan menghubungkan Teluk Aqaba di Laut Merah dengan Laut Tengah melalui Jalur Gaza, di Timur Tengah. Nama proyek ini diambil dari pendiri negara Israel, David Ben-Gurion. Jika proyek ini berhasil direalisasikan, ia dapat menjadi jalur perdagangan laut yang lebih aman dan lebih pendek daripada Terusan Suez.

Namun, seperti yang sudah sedikit disinggung di awal tulisan ini, meski Proyek Terusan Ben Gurion memang menjanjikan, proyek ini menjadi awal dari masalah-masalah besar dunia, khususnya Palestina.

Pertama-tama, dampak ekonomi global. Terusan Suez merupakan jalur pelayaran yang sangat vital dalam perdagangan global karena menghubungkan Laut Tengah dan Laut Merah, memungkinkan kapal besar menghindari jalur yang berbahaya seperti di Tanjung Harapan. Terusan Suez juga berkontribusi signifikan terhadap pendapatan Mesir, menyumbang sekitar 5% dari PDB negara tersebut. Namun, terusan ini memiliki kerentanan terhadap gangguan dan serangan, seperti yang terjadi pada tahun 2021 ketika kapal kontainer Ever Given menyebabkan penutupan jalur pelayaran selama beberapa hari.

Karena itu, bila Terusan Ben Gurion berhasil dibangun, ia dapat menyebabkan banyak kapal memilih jalur tersebut, ini tentu berdampak pada pendapatan Mesir dan mengganggu ekonomi negara tersebut.

Menariknya, secara politik skenario tersebut sebetulnya juga untungkan backingan terkuat Israel, yakni Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Jika Israel berhasil bikin Terusan Ben Gurion, AS dan Eropa tidak akan lagi bergantung pada Mesir untuk perdagangan lautnya, apalagi, Mesir merupakan salah satu negara yang memiliki kedekatan diplomatis dengan Rusia dan Tiongkok.

Nampaknya tidak kebetulan jika AS pun berada di balik proyek Terusan Ben Gurion. Menurut dokumen H. D. Maccabee pada tahun 1963, AS diketahui membantu petakan keperluan bom yang diperlukan untuk membolongi jalur bawah laut sekitar Gaza.

Poin kedua dari krusialnya proyek ini adalah, keberadaannya itu sendiri juga jadi akar ancaman bagi Palestina di Gaza. Karena lintasan Terusan Ben Gurion diperkirakan melalui wilayah Gaza, hal itu secara otomatis menjadikan Gaza sebagai target terpenting bagi Israel untuk merealisasikan mimpinya dalam menciptakan jalur perdagangan penting yang baru. Satu-satunya cara bagi Israel untuk mewujudkan proyek ini adalah dengan menguasai penuh wilayah Gaza untuk dijadikan kota pelabuhannya.

Dan karena itu, mungkin bisa kita asumsikan bahwa selama proyek Terusan Ben Gurion masih mengambang di udara, maka ancaman perang di Gaza bisa jadi tidak akan selesai-selesai karena Israel pun akan didorong oleh AS untuk mewujudkan Terusan tersebut.

Namun, penting dicatat bahwa proyek ini masih dalam tahap proposal dan belum ada kepastian mengenai waktu penyelesaian.

Akan tetapi, bila mengambil pandangan dari perspektif realisme, sepertinya bisa kita asumsikan bahwa mimpi Terusan Ben Gurion seperinya akan terus diusahakan. Mengapa demikian?

Palestina Hanya “Hambatan Kecil” Bagi Israel

As flies to wanton boys, we are for the Gods. They kill us for the sport.”

Perkataan dari pemain sepak bola senior, Eric Cantona, di atas sekiranya dapat menjadi jawaban singkat, sekaligus perenungan dari pertanyaan tentang Terusan Ben Gurion. Bagi negara-negara kuat seperti AS ataupun Israel, mungkin warga Palestina hanya dipandang sebagai rintangan yang bisa disingkirkan.

Hal ini karena Terusan Ben Gurion bisa memberikan keuntungan yang begitu besar bagi Israel dan AS. Apalagi, dari pandangan realisme, negara-negara kuat kerap memiliki sifat yang “tidak cepat puas”. Berkaca dari teori organic state atau negara organik dari Friedrich Ratzel, misalnya, dijelaskan bahwa suatu negara tidak akan tinggal diam selama kebutuhan hidupnya masih bergantung pihak lain.

Ketergantungan pada Terusan Suez sebagai jalur utama bagi perdagangan internasional dapat dianggap sebagai kerentanan yang perlu diatasi. Dengan membangun Terusan Ben Gurion, AS dan Israel dapat mengurangi ketergantungan mereka pada satu jalur saja, mengurangi risiko terhadap gangguan, dan memperkuat kedua negara secara ekonomi dan strategis.

Berpegang pada teori negara organik dari Friedrich Ratzel, sangat rasional sebetulnya bila AS dan Israel melihat warga Palestina di Gaza sebagai sebuah harga yang perlu mereka bayar demi menjamin keamanan politik ekonomi AS dan Israel di masa depan.

Pada akhirnya, bagaimanapun perang ini berkembang nantinya, dukungan kita terhadap negara yang ditindas hanya karena ambisi kekuasaan perlu terus kita berikan. Semoga saja, seluruh negara di dunia tidak tinggal diam dan bisa memediasi perdamaian antara Israel dan Palestina di masa depan dengan lebih bijak. (D74)

Exit mobile version