“Once your name becomes well known, politicians come courting”
-Charley Pride-
PinterPolitik.com
Jenderal Gatot Nurmantyo telah santer diisukan memiliki agenda politik pribadi, tercermin dari sikapnya yang sering menuai kontroversi dan pemberitaan media. Namun demikian, kepercayaan yang tinggi yang ditunjukkan Jokowi atas Gatot membuktikan bahwa Gatot masih setia kepada pemerintah yang sah.
Sekalipun memiliki ambisi maju pada kontestasi politik di 2019, Gatot memiliki hak politik karena akan menjadi purnawirawan pada Maret 2018. Dengan demikian, ambisi Gatot tak boleh dipandang sebelah mata. Permasalahannya sekarang tinggal partai mana yang akan berjodoh dengan Gatot?
Ditanya Pilpres 2019, Jenderal Gatot: Saya Sekarang Panglima TNI https://t.co/UUwmmW0DaN pic.twitter.com/ryC85pN7Wh
— detikcom (@detikcom) October 18, 2017
Banyak lembaga survei menempatkan namanya pada golongan teratas calon kuat presiden di 2019. Partai-partai pun mulai memperhitungkan Gatot, baik menjadi capres maupun cawapres. Gatot membalas dengan positif perhatian sejumlah partai tersebut.
Namun, secara personal Gatot tentu memiliki preferensi dan sikap politik tertentu. Ada kesan tertentu yang sering ditunjukkan oleh Gatot kepada publik, yang boleh jadi, akan sangat seksi di mata Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang memiliki ideologi sejalan dengan Gatot.
Gatot, Jenderal Islam
Gatot lahir dari keluarga militer di Tegal. Ayahnya, yang bernama Suwantyo adalah seorang perwira TNI di bawah pimpinan Jenderal Gatot Subroto. Suwantyo memberi nama Gatot pada anaknya karena ia sangat menggemari Gatot Subroto, atasannya. Suwantyo bermimpi anaknya dapat mengabdi kepada bangsa seperti halnya Gatot Subroto.
Saat ini, bahkan dibandingkan dengan Gatot Subroto, pangkat Gatot Nurmantyo sudah lebih tinggi. Gatot Subroto pensiun setelah menjadi Kepala Staf TNI AD (KSAD). Gatot Nurmantyo? Kini telah menjadi Panglima TNI dan disebut memiliki elektabilitas yang cukup tinggi bila bermimpi menjadi politisi selepas masa bakti.
Belum lagi, dibandingkan dengan elit-elit militer saat ini yang banyak dituduh memiliki catatan hitam kasus Hak Asasi Manusia (HAM), Gatot cenderung bersih. Sang Panglima justru dinilai cukup kompeten dan cerdas, terlihat dari jenjang karirnya yang begitu mentereng, pernah menjabat Pangkostrad dan KSAD. Hal ini tentu membuat nama Gatot cemerlang di kalangan purnawirawan dan militer aktif.
Tak hanya itu, ia juga begitu dipercaya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Terbukti, di tengah kisruh impor senjata misalnya, Panglima tidak dihukum Jokowi sekalipun mengeluarkan pernyataan kontroversial kala itu. Malahan, sebagian kalangan pengamat menilai Gatot menjadi aktor utama yang ‘membantu’ membongkar skandal impor senjata ilegal itu.
Selain menjadi sosok pimpinan TNI yang media darling, Panglima juga suka menunjukkan dirinya dekat dengan identitas maupun kelompok Islam. Ucapannya bahwa “Pancasila adalah kado umat Islam kepada Indonesia” begitu memperkuat sosok Islami Jenderal Gatot.
Gatot: Pancasila Hadiah Umat Islam untuk Indonesia https://t.co/2k9MSTGOcI
— Republika.co.id (@republikaonline) October 6, 2017
Di lain kesempatan, Gatot juga menyampaikan bagaimana kedekatan umat Islam dengan TNI sejak di dalam kandungan. Misalnya, Gatot menceritakan bagaimana Jenderal Soedirman adalah seorang jenderal ABRI, juga seorang ulama. Bagi kalangan Muslim, jelas Gatot adalah sosok pemimpin yang begitu Islami.
Sebagai publik figur, Gatot benar-benar memiliki modal yang kuat. Ia mewakili sosok kekuatan politik di Indonesia yang dinanti banyak orang: militer dan Islam.
PKS Pemenang di Hati Gatot
Godaan datang begitu banyak dari partai-partai politik, baik yang nasionalis maupun Islamis. Dari sekian banyak gempuran pujian parpol Islam atas Gatot, sepertinya hanya PKS yang mendapat sambutan positif dari Panglima.
Kepada partai Islam lain, Gatot tidak terlalu menanggapi banyak spekulasi yang dilancarkan. PKB, PPP, atau PAN hanya mampu berbicara sebatas ‘penggodokan nama Gatot’, tanpa ada komunikasi langsung dengan Gatot, apalagi penerimaan positif dari Sang Panglima.
Namun, kepada PKS, Gatot cenderung memberi respon positif. Gatot telah dua kali menghadiri acara diskusi PKS. Yang pertama, pada peringatan HUT RI tahun 2015, salah satu acara yang dihadiri Gatot adalah diskusi kebangsaan F-PKS DPR RI. Dari acara tersebut, terlihat pula kedekatan Gatot dengan petinggi PKS seperti Salim Segaf Al-Jufri dan Jazuli Juwaini yang sudah mulai terjalin.
Dan, di acara diskusi terakhir, Gatot memuji PKS sebagai “partai yang konsisten.”
“Saya datang ke sini karena memang saya bangga dengan partai ini yang konsisten.”
-Jenderal Gatot kepada PKS-
Pada saat menanggapi Aksi Bela Islam berjilid beberapa waktu sebelumnya, Gatot bahkan berseberangan sikap dengan Kapolri Tito Karnavian. Kontras dengan Polri yang tegas menindak upaya ‘makar’ ini, Gatot malah menolak keras bila Aksi Bela Islam disebut makar. Tak aneh jika mata pengamat sampai masyarakat awam menilai Gatot sebagai jenderal yang dekat dengan kelompok Islam.
Atau, bisa jadi Gatot adalah jenderal yang dekat dengan persepsi Islam ala PKS, partai dibalik Aksi Bela Islam?
Gatot memberi sinyal yang cukup kuat di sini. Ketika di hadapan partai lain ia menampilkan dirinya semata pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas), sementara kepada PKS Gatot berkali-kali menunjukkan dirinya. Pada Rapimnas, acara diskusi partai, hingga pernyataan sikap di media yang sering sejajar, Gatot menunjukkan kedekatannya dengan PKS.
PKS pun, dalam banyak kesempatan menempatkan Gatot di pihak mereka. Misalnya, dalam aksi 299, massa aksi turut mengajak Jenderal Gatot hadir, diduga karena kedekatan dengan PKS maupun kelompok Islam secara umum.
Pada masa perdebatan tentang Perppu Ormas, PKS sempat meminta Gatot dihadirkan di parlemen untuk mewakili sikap kontra mereka. PKS begitu yakin Gatot akan berpihak kepada mereka. Respon seperti ini bisa saja dilayangkan oleh PKS karena melihat sikap positif Gatot pada mereka.
Sehingga, yang dilakukan PKS terhadap Gatot tak hanya spekulasi atau penggodokan nama untuk 2019. Lebih dari itu, PKS dan Gatot saling balas memuji dan memberi dukungan di depan publik.
Geliat Popularitas PKS
PKS, menurut ICW adalah partai dengan indeks korupsi terendah pada 2014 dan kedua terendah pada 2017. Jumlah kasus yang menimpa PKS sangat sedikit pada tahun 2010-2014 hanya 2 kasus. Sementara, partai pemerintah yang mengusung Presiden Jokowi, PDI-P berada pada posisi puncak dengan 84 kasus.
Selisih jumlah kasus yang begitu besar seperti itu, tak kunjung menjadikan PKS lebih populer dari PDI-P. Banyak persepsi positif masyarakat tentang Jokowi yang berimbas kepada popularitas PDI-P. Sementara itu, PKS tetap stagnan, bahkan mendapati penurunan 17 kursi di DPR pada Pemilu 2014
Sentimen anti-PKS menguat, karena partai ini dituding memiliki agenda syariah yang bertentangan dengan Pancasila. Bukti-bukti tentang misi rahasia tersebut terus menerus coba dibongkar oleh pembencinya. Namun, sikap tertutup partai ini sedikit banyak menghambat investigasi ke arah sana.
Strategi yang tepat amat perlu dilancarkan oleh PKS pada 2019 untuk mencapai comeback politik yang apik. Bila PKS lancar meminang Gatot, 2019 bisa jadi tahunnya PKS. Lebih-lebih, bukan tidak mungkin kehadiran Gatot di PKS akan menepis kabar miring “misi rahasia PKS” dan menegaskan kesetiaan PKS terhadap Pancasila.
Dengan suksesnya taktik demikian, PKS dapat begitu kuat pada Pilpres 2019. Lantas, Prabowo mau dibawa kemana, PKS? (R17)