HomeNalar PolitikHentikan Kungfumu, Om Kivlan!

Hentikan Kungfumu, Om Kivlan!

Om Kivlan membantah terlibat, tetapi ia ingin bubarkan LBH!


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]S[/dropcap]ebelumnya, LBH menuduh Om Kivlan sebagai dalang di balik penyerangan Gedung LBH Jakarta pada minggu malam lalu. Wah, perang saudara ini namanya.

Om Kivlan memang membantah dan ia bilang: “Bahkan saya sarankan tidak usah lagi demo karena seminar sudah dihentikan kepolisian.”

Hmm, bukankah kalau membantah terlibat seharusnya tidak usah bilang ‘bahkan saya sarankan bla bla bla’? ‘Sarankan’ itu kata kerja aktif loh, Om Kivlan – which is artinya secara tidak langsung membenarkan tuduhan LBH – walaupun bukan dalang, tetapi ikut terlibat juga. Salahkan Tempo.co ya jika kutipannya keliru.

Kalau mau dilihat jauh ke belakang, Om Kivlan selalu muncul di beberapa isu yang menyita perhatian masyarakat Indonesia. Yang paling sering tentu saja kasus-kasus yang berhubungan dengan PKI dan tragedi 65 – walau Om Kivlan juga pernah ikut dalam aksi pembebasan 18 tawanan yang ditawan kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

Karier militer Om Kivlan juga cukup bagus – pensiun dengan pangkat Mayor Jenderal alias bintang dua. Om Kivlan juga pernah terlibat dalam operasi di Papua, Timor Timur, serta di Filipina Selatan  – yang terakhir mungkin bisa menjelaskan mengapa Om Kivlan bisa membantu pembebasan sandera Abu Sayyaf.

Namun, selepas reformasi, Om Kivlan makin galau – apalagi sejak Komnas HAM membuka penyelidikan tentang tragedi 65. Padahal, aneh juga ya, Om Kivlan bukanlah tokoh yang terlibat dalam tragedi ini, tetapi mengapa begitu vokal?

Semuanya menjadi makin rumit ketika Pilpres 2014 lalu. Om Kivlan membela Prabowo Subianto setelah kompatriotnya itu diserang dengan isu 1998.

Om Kivlan juga disebut-sebut terlibat ketika isu makar muncul di seputaran aksi 411 dan 212, walaupun hingga kini belum dibuktikan kebenarannya. Kita juga ingat tulisan Alan Nairn dengan Om Kivlan sebagai narsumnya sempat membuat heboh politik dalam negeri. Kata Om Kivlan: ada kudeta yang sedang direncanakan kepada Jokowi. Ngeri amat, Om!

Terkait aksi di Gedung LBH, Om Kivlan bahkan ingin membubarkan LBH karena menurutnya LBH ikut menyebarkan paham komunis.

“Saya akan ajukan pembubaran LBH ini ke Kepolisian, Menko Polhukam, dan Menkumham. Saya akan laporkan mereka karena membangkitkan komunisme,” begitu katanya.

Hadeh, Om Kivlan. Kenapa bikin ribut terus sih? Sudahlah, biar negara ini yang muda-muda saja yang ngurusi.

Yang udah kepala tujuh kayak Om Kivlan, Om Amien, Pak JK atau Bu Mega, pensiun lah dari politik. Malu lah sama anak cucu. Masa hari gini masih aja PKI yang diributin. Kapan ngeributin tentang korupsi? Kapan ngeributin tentang kemajuan bangsa? Kapan ngeributin tentang Indonesia bikin pesawat luar angkasa?

Kapan anak-anak muda bisa paham betapa tidak cocoknya komunisme di Indonesia kalau untuk sekedar dibahas aja tidak boleh? Bagaimana pemahaman sejarah 65 bisa utuh kalau komunisme selalu dipandang sebagai ‘setan’ lewat film thriller durasi 4 jam lebih yang mau diputar ulang lagi?

Entah Om Kivlan ini beraksi atas kemauan sendiri atau karena dipesan orang lain, yang jelas suasana politik jadi kacau terus, Om. Pensiun lah Om, biar kami yang muda-muda bisa berkreasi membangun negeri tanpa harus takut akan dikotomi PKI-is atau agama-is beserta simbol-simbolnya.

Mungkin kaki-kaki Om Kivlan perlu istirahat sejenak. Kungfu itu beladiri yang melelahkan loh, Om. Seruputlah teh sejenak dan biarkan yang muda-muda menggerakkan negara ini. Bisa kan, Om? (S13)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

More Stories

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

Hype Besar Kabinet Prabowo

Masyarakat menaruh harapan besar pada kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.