Akhir-akhir ini, pohon beringin terus bergoyang karena banyak tikus yang bersarang di situ. KPK mulai melakukan pemangkasan, ranting berguguran, para tikus minggat satu per satu.
PinterPolitik.com
Alkisah di sebuah hutan, tumbuhlah sebuah pohon beringin yang rindang dan kokoh. Pohon beringin memang adem dan karena saking ademnya, para tikus berduyun-duyun untuk bersarang di situ. Hal ini sebenarnya dilarang oleh sang penjaga hutan, KPK karena melihat tabiat para tikus yang suka mengusik ketenteraman hutan. Awalnya semua berjalan baik-baik saja, namun akhir-akhir ini pohon beringin mulai terserang hama. Hama itu rupanya datang dari tikus-tikus tersebut.
Melihat hal ini KPK tak bisa tinggal diam. upaya tebang pilih mulai dilakukan, agar hama tersebut tak menyebar ke tanaman lain. Ranting-ranting pohon beringin beringin mulai berjatuhan, para tikus mulai menghilang satu per satu. Akan tetapi, upaya KPK malah dikritik oleh salah satu tetua kaum tikus sebagai modus politik KPK terhadap pohon beringin.
Politikus Golkar Banyak Ditangkap, Agun Gunanjar: KPK Berpolitik https://t.co/IjANKrQc5B
— Koran Tempo (@korantempo) October 8, 2017
Lha kalau kaum tikus tak mau disebut korban tebang pilih, ya jangan menjadi hama di hutan. Apalagi memonopoli hasil hutan hanya untuk membesarkan kantong dan perut, tapi tak peduli dengan kondisi hutan yang makin rusak dan tak karuan.
Memang rada-rada ribet kalau berhadapan dengan para tikus. Mereka terlihat seperti eksekutif berdasi, tapi kelakuannya busuk seperti terasi. Konon katanya, banyak tokoh sakti di kalangan para tikus, yang mampu menghilangkan bukti dan merekayasa fakta dengan mantra tertentu. Mantra andalan dari para tikus yang sakti mandraguna itu adalah mantra POLITIKUS, mantra politik tikus. Mantra ini yang membuat pohon beringin kehilangan antibodi dan KPK menjadi kambing hitam.
Memang kaum tikus tengah berusaha menggoyang posisi KPK, makanya mereka membentuk panitia khusus (Pansus). Pohon beringin yang seharusnya menjadi tempat berteduh, malah dijadikan tempat untuk merapalkan teluh dari para tikus kepada KPK. Sihir yang dirapalkan nampaknya tak mengenai sasaran, malah mental kembali.
Alhasil banyak tikus berguguran dan ranting pohon beringin mulai patah satu per satu. Rupanya KPK memiliki ajian kebal terhadap segala bentuk teluh. Banteng yang semula tidur di bawah pohon beringin, mulai mencari tempat berteduh baru, rajawali pun mulai terbang menjauh meninggalkan pohon beringin sendirian dalam sakit karena ulah para tikus.
Ini mungkin menjadi salah satu bukti bahwa keadilan dalam hutan belantara belum ditegakkan. Banyak tikus masih bebas berkeliaran, sedangkan sang raja hutan malah fokus menyempurnakan jurus POLISI-nya, jurus politik simbol untuk 2019. KPK seperti berjalan sendirian. Kasihan amat ya? (K-32)