Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dikabarkan telah meneken surat rekomendasi guna mendukung pencalonan Gibran Rakabuming – putra dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) – dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Solo 2020. Mengapa Ibu Mega memutuskan demikian?
PinterPolitik.com
“I just wanna make it clear. My influence run deep like the ocean” – Dr. Dre, produser dan penyanyi rap asal Amerika Serikat (AS)
Pandemi virus Corona (Covid-19) kali ini boleh jadi telah membuat kebiasaan lama berubah menjadi berbeda. Para sarjana yang baru lulus misalnya harus melalui proses wisuda yang tampaknya dijalankan via daring di beberapa kampus.
Bagi mereka, pasar kerja di tengah pandemi kini juga dapat menjadi tantangan yang berbeda dengan kawan-kawannya yang telah lulus terlebih dahulu di tahun-tahun sebelumnya. Di tengah ekonomi yang semakin lesu, pasar kerja tentunya tak akan seramai biasanya.
Tantangan lain juga akan menjadi semakin sulit dilalui. Guna mencari surat rekomendasi dari dosen yang biasanya berguna untuk mencari lapangan pekerjaan atau kesempatan kuliah pascasarjana misalnya, kini harus dilakukan melalui protokol kesehatan agar kemungkinan penularan Covid-19 dapat diminimalisir.
Sesulit apapun, bagaimana pun juga, surat rekomendasi bisa jadi penting dan merupakan persyaratan dalam lowongan pekerjaan tertentu. Terkadang, pemberi pekerjaan tak akan langsung percaya pada para pencari kerja dan mencari terlebih dahulu seluk-beluk mereka melalui pemberi surat rekomendasi.
Mungkin, surat rekomendasi semacam inilah yang juga tengah dicari-cari oleh putra dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) – Gibran Rakabuming – dalam melancarkan upayanya untuk menjadi Calon Wali Kota Solo dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020. Pasalnya, seperti yang muncul dalam banyak pemberitaan media sejak tahun lalu, Gibran harus menghadapi penolakan dari beberapa pihak di Solo.
Gibran Rakabuming Raka (33) menyambangi warga RW 5, Jagalan, Rabu (10/6/2020) malam. Gibran datang utk bersilaturahmi dg warga yg tengah melakukan ronda menjaga keamanan perkampungan.
Dg berpenampilan santai, Gibran menyapa para warga yg sedang ronda. pic.twitter.com/VTLz0aeaE7— woelan (@woelannnn) June 11, 2020
Beberapa dari mereka adalah Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo – berasal dari PDIP – yang dikabarkan lebih menjagokan pasangan calon yang diusulkan DPC PDIP Solo, yakni Achmad Purnomo dan Teguh. Dinamika dalam DPC PDIP Solo sendiri disebut-sebut menjadi hambatan bagi Gibran.
Namun, meski pertentangan ini terjadi, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tampaknya telah menentukan pilihannya. Kabarnya, Presiden kelima Indonesia tersebut telah meneken sebuah surat rekomendasi yang mendukung pencalonan Gibran dalam Pilkada Solo 2020.
Tentunya, pilihan Ibu Mega ini menyisakan beberapa pertanyaan. Mengapa akhirnya Ketum PDIP tersebut memberikan rekomendasi untuk Gibran di tengah pertentangan politik di Solo? Apa arti keputusan ini untuk dinamika politik Indonesia ke depannya?
Pilihan Strategis Megawati
Pemberian surat rekomendasi oleh Mega kepada Gibran dalam Pilkada Solo 2020 bisa jadi merupakan pilihan strategi yang akhirnya dipilih oleh Ketum PDIP. Pilihan strategis seperti ini bisa jadi penting di tengah situasi lingkungan politik yang sedang berjalan.
M.L.R. Smith – profesor di King’s College, University of London – dalam tulisannya yang berjudul Strategic Theory menjelaskan bahwa istilah “strategi” biasanya merujuk pada berbagai bentuk keputusan – dari kebijakan sebuah negara hingga pilihan personal seseorang.
Dalam salah satu asumsi teori strategis yang dijelaskan oleh Smith, disebutkan bahwa pemilihan sebuah strategi oleh seseorang atau kelompok dilakukan sebagai bentuk reaksi atas apa yang terjadi. Pada intinya, strategi dijalankan guna mengatasi dan menghadapi kondisi yang terjadi dalam sebuah lingkungan strategis.
Salah satu penyebab akan adanya suatu situasi dalam suatu lingkungan strategis adalah perbedaan kepentingan. Smith menjelaskan bahwa perbedaan kepentingan merupakan hal yang akan lumrah terjadi dalam penentuan strategi.
Dalam Perang Dunia II misalnya, Inggris kala itu harus memilih strategi yang tepat di tengah gempuran Jerman Nazi terhadap negara-negara Eropa Barat – seperti Prancis. Sebelum menentukan pilihan strategis yang krusial, Perdana Menteri (PM) Inggris Winston Churchill harus mengarungi perbedaan opsi di antara kubu-kubu politik tertentu.
Meski Churchill cenderung memilih untuk mendeklarasikan perang terhadap Jerman Nazi, banyak pihak politik justru lebih menghendaki negosiasi lebih lanjut. Pilihan strategis Churchill bukan berarti diambil tanpa alasan. Pasalnya, Jerman Nazi sebelumnya juga telah diberikan sebuah konsesi yang dikira Inggris dan Prancis dapat menghentikan ambisi berperang Adolf Hitler.
Lantas, bila berkaca pada pemilihan strategi oleh Churchill dalam Perang Dunia II, bagaimana dengan Megawati di PDIP?
Dalam hal ini, Megawati bisa saja merasa perlu menentukan pilihan strategi yang tepat atas perbedaan kepentingan yang terjadi di dalam struktur organisasinya, yakni terkait Pilkada Solo 2020. Bisa jadi, situasi lingkungan strategis seperti ini membuat Ibu Mega berujung pada salah satu pilihan strategis tertentu.
Pasalnya, dalam beberapa bulan terakhir, situasi politik antara DPC PDIP Solo dengan Gibran juga berlangsung secara panas. Bahkan, FX Hadi Rudyatmo dan DPC PDIP Solo memutuskan untuk mempertahankan pencalonan Purnomo-Teguh meski calon ini telah menyampaikan pengunduran diri beberapa waktu lalu.
Asumsi pentingnya keputusan Mega ini juga sejalan dengan strategic choice theory yang dijelaskan oleh John Child dalam tulisannya yang berjudul Strategic Choice in the Analysis of Action, Structure, Organizations and Environment yang menekankan pada peran pemimpin atau kelompok penguasa dalam memengaruhi sebuah organisasi dengan menentukan pilihan strategis.
Meski begitu, terdapat pertanyaan lanjutan mengenai alasan Megawati memilih Gibran ini. Apa kira-kira tujuan Megawati dengan memilih pilihan strategis tersebut?
Pion “Atur” Jokowi?
Sebagaimana dijelaskan oleh Smith dalam tulisannya, strategi tentu tidak hanya berbicara soal lingkungan sekitar, melainkan juga tujuan atau objektf dari pengerahan strategi itu sendiri. Asumsi ini dijelaskan oleh Smith dengan mengutip Michael Howard yang menyebutkan bahwa strategi adalah pengerahan berbagai sumber untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari sini, bisa dipahami bahwa Megawati memilih opsi strategis dengan memberikan rekomendasi pada Gibran atas tujuan dan alasan politis. Bagaimana pun juga, situasi strategis antara Megawati dan Jokowi bisa jadi memengaruhi.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, hubungan politis antara Megawati dan Jokowi tidaklah selalu berjalan secara harmonis. Sejak periode pemerintahan Jokowi yang pertama, PDIP dan sang presiden kerap memiliki preferensi yang bersebarangan.
Penunjukan Luhut Binsar Pandjaitan dalam Kabinet Kerja misalnya disebut-sebut menjadi upaya Jokowi untuk menghalau pengaruh Megawati. Asumsi ini dijelaskan oleh Kanupriya Kapoor dalam salah satu tulisannya di Reuters.
Perbedaan preferensi antara Jokowi dan PDIP bahkan masih terjadi hingga kini. Soal kebijakan pemerintah untuk menaikkan iuran BPJS Kesehatan beberapa waktu lalu misalnya, PDIP turut mengkritik keputusan itu.
Bisa jadi, dengan mendukung Gibran, Megawati meningkatkan pengaruhnya terhadap Jokowi. Dalam bukunya yang berjudul Understanding Strategy, Geoffrey Chamberlain menyebutkan bahwa, melalui teknik-teknik strategi strategis dapat diciptakan saluran pengaruh (channels of influence).
Boleh jadi, saluran pengaruh inilah yang diharapkan oleh Megawati. Lagi pula, dukungan Ketum PDIP ini kepada Gibran tampaknya telah diberikan sejak lama. Hal ini terlihat dari bahasa politik yang digunakan Megawati ketika bertemu Gibran pada Oktober 2019 lalu yang meminta putra Jokowi tersebut untuk membaca buku-buku Soekarno.
Pasalnya, kabarnya, surat rekomendasi tersebut telah ditandatangani oleh Megawati sejak beberapa bulan lalu. Pengumuman disebut tertunda akibat pandemi Covid-19.
Namun, di sisi lain, dukungan Megawati kepada Gibran ini tetap menyisakan pertanyaan lanjutan. Apakah benar Megawati dapat mengontrol Jokowi melalui Gibran? Ataukah ini pertanda bahwa Jokowi kini berhasil memengaruhi keputusan-keputusan Megawati? Mungkin, hanya Jokowi dan Megawati yang tahu jawabannya. Menarik untuk dinanti kelanjutannya. (A43)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.