HomeHeadlineGara-gara Ganjar, Puan Makin Insecure?

Gara-gara Ganjar, Puan Makin Insecure?

Kecil Besar

Akhir-akhir ini, dari sekian unggahan di media sosial (medsos), Ketua DPP PDIP Puan Maharani kerap mengunggah kegiatan berolahraganya. Mengapa Puan kini suka berolahraga?


PinterPolitik.com

โ€œYa gotta fight to the death, you canโ€™t be running out of breath. Get in shape before itโ€™s lateโ€ โ€“ E-40, โ€œBreakin Newsโ€ (2003)

Mungkin, sebagian besar dari kita yang tiba-tiba berakhir di tempat fitness atau gym adalah mereka-mereka yang telah mengalami sakit hati. Kata orang-orang, mereka inilah individu-individu yang ingin memperbaiki dirinya akibat putus cinta. 

Seorang artis bernama Maria Vania, misalnya, kini menjadi terobsesi dengan kebugaran dan kesehatannya. Namun, Maria sendiri pernah bercerita bahwa dirinya mulai berolahraga mulanya karena putus cinta.

Mungkin, seperti Maria Vania, setiap orang akhir harus sadar akan apa yang menjadi kekurangannya sehingga bisa menjadi versi dirinya yang lebih baik. Terkadang, perasaan tidak percaya diri (insecure) juga menjadi motivasi agar membuat bentuk tubuh dan kebugaran menjadi lebih baik.

Apa mungkin ini juga yang terjadi pada seorang ketua DPP PDIP, Puan Maharani? Apakah Mbak Puan juga sedang โ€˜patah hatiโ€™? Mungkin, hanya Mbak Puan yang tahu perasaannya yang sebenarnya.

Namun, bila diperhatikan, banyak unggahannya di platform media sosial (medsos) seperti Instagram merupakan kegiatan-kegiatan Puan saat berolahraga. Bahkan, di unggahan Instagram-nya pada 30 Juli 2023 kemarin, Puan pun mengatakan bahwa dirinya kini suka sejumlah jenis olahraga โ€“ mulai dari treadmill, jalan pagi, hingga rowing.

Hmm, apakah Puan juga merasa insecure dengan dirinya? Bisa jadi. Namun, seperti ungkapan terkenal dari Presiden ke-32 Amerika Serikat (AS) Franklin Delano Roosevelt, tidak ada yang terjadi tanpa sengaja dalam dunia politik.

Bukan tidak mungkin, ini adalah bentuk komunikasi politik yang tengah disiapkan oleh Puan. Lagipula, apapun yang disampaikan kepada publik turut membentuk citra Puan di mata masyarakat.

MBS Ketemu Anies Ganjar Puan

Inipun bukan tidak mungkin menimbulkan sejumlah pertanyaan. Lantas, mengapa Puan tiba-tiba membahas persoalan personal seperti kegiatan berolahraganya? Mungkinkah ini berhubungan dengan dinamika politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024?

โ€œMbak Puan Itu Begini Lhoโ€ฆโ€

Bukan hal yang asing lagi bahwa terkadang dunia medsos adalah dunia tipu-tipu. Apapun yang disajikan di medsos belumlah pasti benar keadaannya demikian.

Tidak usah jauh-jauh membahas apa yang ada dalam politik, individu biasa pun terkadang hanya mengunggah apa yang terlihat baik di akun dunia mayanya. Mungkin, contohnya adalah ketika mengunggah foto saat berada di kompleks Gelora Bung Karno (GBK) di suatu pagi pada akhir pekan โ€“ meski belum tentu melakukan kegiatan olahraga secara penuh.

Baca juga :  Sejauh Mana โ€œKesucianโ€ Ahok?

Tidak ada yang salah dengan hal demikian karena memang begitulah cara medsos bekerja. Bahkan, sebelum medsos muncul, masyarakat juga bekerja dengan cara demikian.

Dalam sosiologi, terdapat sebuah teori yang dicetuskan oleh Erving Goffman dalam bukunya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life. Teori ini disebut sebagai self-presentation theory (teori presentasi diri).

Teori yang juga berakar dari teori besar symbolic interactionism dalam sosiologi ini menjelaskan bahwa manajemen citra (impression management) terus dilakukan oleh setiap anggota masyarakat melalui interaksi-interaksi yang mereka lakukan. Mudahnya, setiap anggota akan berperilaku agar tidak melakukan hal yang memalukan dalam interaksi-interaksi tersebut.

Manajemen citra inilah yang akhirnya juga dilakukan oleh setiap orang di medsos, termasuk para pejabat dan politisi. Apalagi, para politisi juga memiliki kepentingan agar perilakunya diterima di masyarakat โ€“ mengingat mereka menjadi pejabat melalui proses pemilihan.

Presiden ke-44 AS Barack Obama, misalnya, dikenal memiliki persona yang bersahabat โ€“ khususnya dengan wakil presidennya (wapres), Joe Biden. Bahkan, kedekatannya dengan Biden kala itu dianggap sebagai sebuah bromance.

Cawapres Ganjar AHY Digoda Puan

Kedekatan Obama dan Biden ini juga ditampilkan dan tersebar di berbagai platform medsos. Tidak jarang, penyebarannya pun terjadi melalui pembuatan meme-meme yang diteruskan oleh banyak individu di medsos.

Tidak hanya Obama, Presiden ke-45 AS Donald Trump juga kerap menampilkan citranya di medsos. Di Twitter, misalnya, Trump melalui cuitan-cuitannya menunjukkan bahwa dirinya adalah presiden yang berani โ€“ dengan menyampaikan pesan-pesan tegas kepada pemimpin-pemimpin negara lain seperti Kim Jong-un dari Korea Utara (Korut).

Bukan tidak mungkin, manajemen citra seperti inilah yang juga tengah dilakukan oleh Puan. Dengan menampilkan dirinya yang suka berolahraga, Puan bisa saja ingin dilihat sebagai politikus yang juga mementingkan kesehatan personalnya meskipun harus memikirkan rakyat โ€“ dan partai politiknya.

Namun, terlepas dari itu, seperti kata Roosevelt, tidak ada yang tidak disengaja dalam politik. Mungkinkah Mbak Puan memiliki alasan politis di balik hobi berolahraganya yang kini kerap dijadikan konten? Mungkinkah ini berkaitan dengan lanskap politik menjelang tahun 2024?

Puan FOMO atau Insecure?

Bagi yang terus mengikuti dinamika politik Indonesia, khususnya dinamika internal PDIP, bukan menjadi rahasia lagi bahwa Puan sempat terlibat dalam sebuah persaingan besar. Persaingan apa lagi kalau bukan persaingan untuk mendapatkan tiket calon presiden (capres) dari PDIP?

Baca juga :  PDIP Terpaksa โ€œTundukโ€ Kepada Jokowi?

Persaingan ketat ini bisa dibilang sempat terjadi secara ketat dan dramatis antara Puan dan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo โ€“ seorang kader PDIP yang kerap tampil dengan elektabilitas dan popularitas tinggi di banyak hasil survei capres 2024.

Rivalitas bisa saja menjadi motivasi Puan untuk menampilkan dirinya yang sehat dan bugar. Layaknya persaingan antarnegara yang dijelaskan oleh John J. Mearsheimer dalam tulisannya yang berjudul Great Power Rivalries: The Case for Realism, terdapat satu alasan utama mengapa kompetisi bisa terjadi, yakni perasaan takut untuk menjadi rapuh (vulnerable).

Tugas Khusus Puan untuk Gibran

Pasalnya, ketika satu entitas itu rapuh, entitas lainnya yang lebih kuat โ€“ utamanya rivalnya โ€“ akan menjadi lebih mendominasi. Inilah mengapa perasaan insecure muncul sehingga membuat entitas itu memperbaiki dirinya sehingga mampu tetap bersaing.

Bukan tidak mungkin, inilah yang terjadi dengan Puan. Kompetisinya dengan Ganjar bisa saja belum berakhir meskipun tiket capres PDIP kini telah didapatkan oleh Ganjar.

Justru, karena Ganjar telah mendapat tiket tersebut dari Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri, posisi Puan bisa saja semakin terancam. Bukan rahasia lagi, seperti yang dijelaskan juga oleh Marcus Mietzner dalam bukunya Reinventing Asian Populism: Jokowiโ€™s Rise, Democracy, and Political Contestation in Indonesia, Puan ingin meneruskan peran sentral Megawati di PDIP โ€“ dan Ganjar pun bisa mengancam ambisi politik tersebut.

Dominasi Ganjar bisa saja mengancam Puan di masa mendatang. Misal, bila Ganjar terpilih menjadi presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, pengaruh Puan di PDIP bisa saja semakin tersaingi oleh Ganjar.

Ini mungkin mengapa Puan akhirnya melakukan sejumlah upaya agar dirinya tetap berpengaruh. Dalam dinamika koalisi elektoral Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, misalnya, Puan mengambil peran untuk menentukan ke mana arah koalisi PDIP.

Mungkin, selain manuver politik, manajemen citra pun menjadi penting โ€“ mengingat Ganjar juga kerap terlihat rajin berolahraga dengan melalukan lari atau jogging pagi. Hmm, apakah mungkin Puan FOMO (fear of missing out) sehingga juga suka lari atau jogging pagi?

Well, hanya Mbak Puan yang tahu alasan sebenarnya. Namun, jika perasaan insecure atas rivalitas politik adalah alasannya, mungkin lirik E-40 di awal tulisan cukup menggambarkan motivasi Puan ke depannya, yakni agar tetap โ€œfitโ€ secara politik agar tidak kehabisan napas di tahun-tahun politik ke depan. (A43)


spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo Lost in Translation

Komunikasi pemerintahan Prabowo dinilai kacau dan amburadul. Baik Prabowo maupun para pembantunya dianggap tak cermat dalam melemparkan tanggapan dan jawaban atas isu tertentu kepada publik, sehingga gampang dipelintir dan dijadikan bahan kritik.

2029 Anies Fade Away atau Menyala?

Ekspektasi terhadap Anies Baswedan tampak masih eksis, terlebih dalam konteks respons, telaah, dan positioning kebijakan pemerintah. Respons dan manuver Anies pun bukan tidak mungkin menjadi kepingan yang akan membentuk skenario menuju pencalonannya di Pilpres 2029.

The Pig Head in Tempo

Teror kepala babi dan bangkai tikus jadi bentuk ancaman kepada kerja-kerja jurnalisme. Sebagai pilar ke-4 demokrasi, sudah selayaknya jurnalisme beroperasi dalam kondisi yang bebas dari tekanan.

PDIP Terpaksa โ€œTundukโ€ Kepada Jokowi?

PDIP melalui Puan Maharani dan Joko Widodo (Jokowi) tampak menunjukan relasi yang baik-baik saja setelah bertemu di agenda Ramadan Partai NasDem kemarin (21/3). Intrik elite PDIP seperti Deddy Sitorus, dengan Jokowi sebelumnya seolah seperti drama semata saat berkaca pada manuver PDIP yang diharapkan menjadi penyeimbang pemerintah tetapi justru bersikap sebaliknya. Lalu, kemana sebenarnya arah politik PDIP? Apakah akhirnya secara tak langsung PDIP akan โ€œtundukโ€ kepada Jokowi?

The Irreplaceable Luhut B. Pandjaitan? 

Di era kepresidenan Joko Widodo (Jokowi), Luhut Binsar Pandjaitan terlihat jadi orang yang diandalkan untuk jadi komunikator setiap kali ada isu genting. Mungkinkah Presiden Prabowo Subianto juga memerlukan sosok seperti Luhut? 

The Danger Lies in Sri Mulyani?

IHSG anjlok. Sementara APBN defisit hingga Rp31 triliun di awal tahun.

Deddy Corbuzier: the Villain?

Stafsus Kemhan Deddy Corbuzier kembali tuai kontroversi dengan video soal polemik revisi UU TNI. Pertanyaannya kemudian: mengapa Deddy?

Sejauh Mana โ€œKesucianโ€ Ahok?

Pasca spill memiliki catatan bobrok Pertamina dan dipanggil Kejaksaan Agung untuk bersaksi, โ€œkesucianโ€ Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok seolah diuji. Utamanya, terkait pertaruhan apakah dirinya justru seharusnya bertanggung jawab atas skandal dan kasus rasuah perusahaan plat merah tempat di mana dirinya menjadi Komisasis Utama dahulu.

More Stories

Deddy Corbuzier: the Villain?

Stafsus Kemhan Deddy Corbuzier kembali tuai kontroversi dengan video soal polemik revisi UU TNI. Pertanyaannya kemudian: mengapa Deddy?

Siasat Ahok โ€œBongkarโ€ Korupsi Pertamina

Ahok tiba-tiba angkat bicara soal korupsi Pertamina. Mengacu pada konsep blame avoidance dan UU PT, mungkinkah ini upaya penghindaran?

Dari Deng Xiaoping, Sumitro, hingga Danantara

Presiden Prabowo Subianto telah resmikan peluncuran BPI Danantara pada Senin (24/2/2025). Mengapa mimpi Sumitro Djojohadikusumo ini penting?