Fahri Hamzah ternyata nggak suka dengan calon pemimpin yang suka memberikan janji palsu kepada masyarakat. Hm, mungkin ini salah satu sisi baik dari Bang Fahri.
PinterPolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]enjelang Pemilu, pasti banyak kandidat sibuk melakukan kampanye. Tak lupa dibumbui dengan janji-janji manis kepada wong cilik yang pada akhirnya malah dilupakan setelah terpilih. Miris memang, tapi itu adalah potret nyata dari dunia politik negeri ini.
Berkaitan dengan ini, saya malah teringat akan penggalan puisi yang berjudul “Puisi Untuk Wakil Rakyat” dari mantan Kepala Bappenas Andrinof A Chaniago, yang berbunyi demikian:
“…Di masa pemilu dahulu…
Kami lihat gerak bola matamu seperti radar angkatan perang…
Yang dapat melacak suara jangkrik di waktu siang…
Sehingga, kami sempat percaya bahwa Tuan-tuan tahu apa yang kami mau…
Kami pun sempat percaya bahwa Tuan-tuan akan menjadi pelindung kami…
Dari orang-orang yang hanya ingin memperkaya diri sendiri….
Yang hanya ingin menjadikan kuasa dan harta sebagai senjata…
Lewat retorikamu di saat kampanye dulu…
Kami percaya Tuan-tuan akan akan bersiaga untuk kami sepanjang waktu…
Menunggu keluh kesah rakyatmu…
Menampung dan merundingkan aneka kehendak kami diantara sesama para politisi…
Tetapi setelah masa kampanye jauh berlalu…
Kursi berputar menyambut sibukmu…
Rumah rakyat yang sejuk mememelukmu…
Birokrasi menjadi penyaring tamu-tamumu…
Kita pun berjarak seperti tak pernah saling tahu…”
Penggalan puisi ini kayaknya sejalan dengan alur pemikiran Bang Fahri Hamzah yang akhir-akhir ini makin bijak aja. Terkait dengan Pilkada serentak yang akan digelar beberapa bulan lagi, Bang Fahri punya saran khusus untuk mengurangi kebiasaan kampanye yang telah membudaya di Indonesia.
Daripada Umbar Janji Palsu Ke Rakyat, Fahri Hamzah Dorong Kandidat Berdebat #pilkada https://t.co/0gzkgr0r64
— RMOL.CO (@rmolco) January 8, 2018
Menurutnya, kampanye yang dilakukan oleh para calon pemimpin berpotensi besar menjadi janji palsu dan dianggap udah nggak relevan di zaman now. Bang Fahri menyarankan agar diadakan debat secara terbuka kayak Pilpres atau dalam Pilkada DKI kemarin. Katanya melalui debat bisa kelihatan sosok pemimpin yang berkualitas. Hm, masa sih, Bang? Bukankah debat tanpa bukti kerja nyata adalah sia-sia?
Maka, yang utama bukanlah soal kampanye atau debat atau soal kepiawaian dalam beretorika, tapi soal kinerja yang positif dan berguna bagi banyak orang. (K-32)