Akhirnya Papa Setnov resmi mundur sebagai Ketua DPR. Posisi yang lowong untuk sementara diisi oleh Pak Fadli Zon.
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]olemik soal penggantian Papa Setya Novanto sebagai Ketua De-pe-er masih terus bergulir. Bahkan Papa juga sempat menunjuk Aziz Syamsuddin untuk menjadi suksesornya via ‘surat sakti-nya’.
Akan tetapi, kali ini kesaktian suratnya nggak mempan. Instruksinya ditolak mentah-mentah dalam Rapat Badan Musyawarah (Bamus) De-pe-er. Dalam rapat tersebut, 60 orang anggota De-pe-er dari Fraksi Partai Beringin menolak Aziz sebagai pengganti Papa.
Fadli Zon Jadi Plt Ketua Dewan, DPR Akan Surati Presiden https://t.co/aa1Ud6ky1W pic.twitter.com/pAaZMOnUj9
— Liputan6.com (@liputan6dotcom) December 12, 2017
Posisi jabatan yang lowong tersebut, untuk sementara diisi oleh Pak Fadli Zon. Hal ini diputuskan setelah rapat Bamus De-pe-er di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/12). Konon katanya, pengangkatan Plt Ketua De-pe-er tersebut merujuk pada UU MD3.
Untuk jabatan Ketua De-pe-er secara defenitif tetap menjadi hak Partai Beringin. Maka, soal pengganti Papa semua dikembalikan kepada internal Partai Beringin. Pak Fadli sendiri akan tetap menjadi Ketua Plt hingga Partai Beringin menemukan sosok pengganti Papa. Sampai kapan ya?
Melihat kisruh soal siapa sosok pengganti Papa ini, ada beberapa hal yang patut dicermati. Yang pertama, penolakkan Pak Aziz bisa dilihat sebagai upaya untuk menghentikan pengaruh Papa di dalam De-pe-er.
Yang kedua, soal Pak Fadli Zon yang menjadi Ketua Plt De-pe-er. Ini kan agak aneh? Emangnya dari dalam Partai Beringin nggak ada kandidat lain, selain Pak Aziz? Yang ketiga, malah makin menguatkan dugaan bahwa dalam tubuh Partai Beringin belum ada penyatuan suara dan kepastian soal suksesor Papa.
#Trending Nantinya, Ketua DPR definitif akan dipilih oleh Fraksi Partai Golkar yang akan melakukan konsolidasi internal terlebih dulu. https://t.co/3MPIW6UNNQ
— Kompas.com (@kompascom) December 11, 2017
Kalau seperti ini terus, bisa aja elektabilitas Partai Beringin kian tergerus. Maka, perlu ada penyatuan suara dalam internal partai tersebut. Selain itu, harus ada langkah seribu untuk menentukan siapa yang layak menduduki tahta Papa di De-pe-er maupun di dalam Beringin.
Apalagi tinggal beberapa bulan lagi Pilkada serentak bakal digelar. Bisa aja, kisruh dalam Tubuh Beringin ini dimanfaatin oleh partai lain. Mungkin untuk mendulang suara atau menelikung elektabilitas Partai Beringin. Siapa yang tahu? (K-32)