Fadli Zon bilang kalau isu SARA boleh digunakan di Pilkada. Yang benar nih, Pak?
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]enggunaan isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) dalam kontestasi politik tanah air sudah menjadi hal yang lumrah. Isu SARA seakan menjadi produk politik yang laku keras untuk mempengaruhi dukungan masyarakat dan perolehan suara dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Isu SARA kerap digunakan sebagai ‘senjata’ oleh kelompok tertentu untuk memenangkan Pilkada. Hal tersebut dilakukan dengan cara menyebarkan fitnah atau hoax kepada masyarakat dengan membawa-bawa nama suku, agama maupun ras tertentu.
Berbicara tentang hal ini, memori saya kembali pada momen Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Kala itu, isu SARA turut dimainkan di sana. Menurut selentingan yang beredar, isu tersebut dimainkan untuk menggoyang elektabilitas Ahok.
Hal tersebut terbukti manjur, Ahok dibikin babak belur. Ia gagal mempertahankan tahtanya dan harus pindahan ke Rumah Tahanan (Rutan) Markas Komando Korps (Mako) Brimob Kelapa Dua, Depok. Konon, isu SARA yang dipakai dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta ini diprediksi akan terulang dalam Pilkada serentak dan Pilpres nanti. Hmm, bahaya nih.
Isu SARA sebenarnya nggak diperbolehkan di Indonesia. Soalnya negara kita ini terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras dan golongan.
Tapi, anehnya kok Pak Fadli Zon malah mendukung penggunaan isu SARA dalam Pilkada. Katanya, isu tersebut boleh-boleh aja dipakai, asalkan tidak bertujuan menghina dan menjatuhkan. Hmm, Pak Fadli, situ sehat?
Fadli Zon Sebut Isu SARA Dibolehkan, Asal Tak Menghina – Poskota News https://t.co/MAcmLavsxw
— Fadli Zon (@fadlizon) January 8, 2018
Coba pikirkan baik-baik dong, Pak. Emang isu SARA layak dilanggengkan dalam politik? Penggunaan isu tersebut sudah pasti menghina dan menjatuhkan kelompok tertentu. Selain itu, juga berpotensi memecahbelah kesatuan NKRI. Kok logikanya kebolak-balik sih, Pak? Di situ, saya sering merasa lucu melihat Pak Fadli.
Sudahlah Pak Fadli, mendingan berpolitiklah secara santun dan terbuka aja deh. Bukankah itu lebih terkesan fair, eh. Ngapain make isu SARA segala sih? Emang, bapak nggak liat atau pura-pura buta dengan kondisi bangsa Indonesia yang majemuk ini? (K-32)