Nama Erick Thohir masuk bursa calon ketua tim sukses Jokowi.
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]rama pencarian ketua tim sukses pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin hingga hari ini belum juga usai. Kandidat petahana tersebut masih enggan membeberkan siapa yang akan menjadi panglima pemenangannya di Pilpres 2019 nanti.
Secara alamiah, taktik sembunyi-sembunyi ini menimbulkan spekulasi. Masyarakat dan media menebak-nebak siapa sosok yang diyakini sudah ada di saku Jokowi dan timnya. Nama-nama tenar mulai dari Mahfud MD hingga Gatot Nurmantyo masuk menjadi tebakan masyarakat.
Belakangan, spekulasi baru merebak. Dikabarkan bahwa Jokowi dan lingkar koalisinya menginginkan sosok muda untuk menjadi komandan pemenangan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Di antara sosok pemuda tersebut, tercetus nama pengusaha Erick Thohir yang belakangan dikenal sebagai Ketua Pelaksana Asian Games (INASGOC).
Memilih Erick Thohir barangkali bukan langkah konvensional yang terpikirkan oleh mayoritas politisi. Meski begitu, bisa saja hal ini jadi pilihan menarik jika nanti benar-benar diwujudkan. Lantas, apa jadinya jika sang taipan media ini dipilih menjadi ketua tim sukses Jokowi?
Memilih Erick Thohir
Nama Erick Thohir boleh jadi lebih familiar sebagai seorang pengusaha. Jika dirunut, ia adalah putra dari Teddy Thohir, salah satu pengusaha yang dikenal mendirikan Astra Group bersama William Soeryadjaya. Keluarganya memang lekat dengan dunia bisnis. Kakaknya, Garibaldi Thohir atau dikenal dengan nama Boy Thohir juga memiliki bisnis besar.
Erick boleh jadi amat lekat dengan bisnisnya di dunia media di bawah Mahaka Media. Di bawah bendera grup tersebut, terdapat sejumlah media terkemuka, mulai dari surat kabar, majalah, berbagai radio, dan juga televisi. Mahaka Media juga memiliki kaitan erat dengan dunia periklanan.
Selain dikenal sebagai pegiat bisnis, Erick juga dikenal masyarakat melalui kegemarannya atas dunia olahraga. Tercatat, sejumlah klub-klub olahraga nasional ia miliki, mulai dari klub sepak bola Persib Bandung hingga raksasa basket Indonesia Satria Muda. Tak hanya di tingkat nasional, tangan Erick juga pernah menggenggam klub-klub olahraga internasional, mulai dari anggota liga basket NBA Philadelphia 76ers, peserta liga sepakbola MLS D.C. United, hingga klub sepakbola Seria A Italia Inter Milan.
Tidak hanya dari segi kepemilikan, ia juga aktif di organisasi-organisasi olahraga. Tercatat, ia pernah menjadi Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) pada 2006 hingga 2010. Ia juga pernah menjadi Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA). Saat ini, ia juga menjadi Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) serta Ketua Pelaksana Asian Games tentunya.
Jika Erick dipilih menjadi ketua tim sukses Jokowi, maka sebenarnya akan ada sebuah ironi yang terjadi. Erick akan berhadapan langsung dengan sahabatnya sendiri, Sandiaga Uno, yang berada di sisi seberang. Selama ini, banyak bisnis Erick yang bermitra dengan cawapres dari kubu sebelah tersebut.
Sandiaga sendiri memang tampak tak kuasa berkata-kata saat para pewarta bertanya soal kemungkinan Erick menjadi ketua tim sukses Jokowi. Ia mengenang kedekatannya karena sama-sama dibesarkan secara bisnis di bawah mentor William Soeryadjaya. Siapapun, terutama Sandiaga, sulit membayangkan jika keduanya harus terpisah secara politik.
Suksesnya Ketua Tim Sukses
Memilih seorang ketua tim sukses atau campaign manager bukanlah hal yang sembarangan. Sukses atau tidaknya sebuah kampanye bisa bertumpu pada sosok komando utama tim pemenangan ini. Tanggung jawab seorang ketua tim sukses tergolong cukup luas, mulai dari penggalangan dana, pengiklanan, memaksimalkan suara, dan berbagai aktivitas lain yang berkaitan dengan kampanye suatu kandidat.
Catherine Shaw menggambarkan bagaimana seorang campaign manager bisa mencapai kesuksesan di dalam bukunya yang berjudul The Campaign Manager: Running dan Winning Election. Ia menyinggung beberapa aspek yang membuat manajemen kampanye sukses, meliputi pembentukan tim, penyampaian pesan, penggalangan dana, media sosial dan digital, dan kampanye berbasis isu.
Shaw menyebut bahwa sebuah tim kampanye harus disupervisi oleh sosok yang kuat, kapabel, dan juga mudah disukai. Kepribadian adalah inti dari kesuksesan seorang kepala tim sukses. Shaw juga menyebut pentingnya kemampuan komunikasi seorang campaign manager.
Salah satu ketua tim sukses yang kerap menjadi contoh tim sukses adalah David Plouffe saat menjadi campaign manager bagi Barack Obama menuju kursi Gedung Putih di Pilpres AS 2004. Plouffe dapat menjadi gambaran bahwa memilih orang yang tepat untuk mengepalai sebuah tim pemenangan adalah sebuah keharusan jika kandidat tersebut ingin menang.
Plouffe boleh jadi memiliki keuntungan karena memiliki pengalaman sebagai ahli strategi politik dari AKP Media. Ia sudah sangat terbiasa memenangkan banyak orang dari tingkat senat dan kongres.
Salah satu kunci sukses Plouffe menurut banyak orang adalah sistem komunikasi yang dianggap mampu menyentuh banyak pihak hingga ke negara-negara bagian yang kecil. Selain itu, Plouffe juga dianggap sukses menjaga iklim internal timnya kondusif hingga sukses mengantar Obama ke Gedung Putih.
Sosok Ideal?
Lalu bagaimana dengan Erick Thohir? Sejauh ini, kalangan internal koalisi Jokowi memiliki alasan tersendiri terkait dengan munculnya nama Ketua KOI tersebut dalam voting internal mereka. Jika merujuk pada pernyataan Hasto Kristiyanto, Erick dimunculkan karena dianggap sebagai tokoh muda yang potensial.
Di atas kertas Erick terlihat cukup memenuhi syarat sebagai seorang kepala tim sukses atau campaign manager versi Shaw. Dalam kadar tertentu Erick dapat dikatakan adalah sosok kuat, kapabel, dan disukai jika merujuk pada kiprahnya belakangan ini, terutama jika dikaitkan dengan Asian Games 2018.
"Karena tim ini butuh orang yang bisa menjadikan serangan lawan sebagai peluru, kemampuan itu tidak bisa dimiliki setiap orang. Saya melihat Erick Thohir memiliki itu," jelas Dewan Pakar Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Teddy Gusnaidihttps://t.co/oqCgpQqPZO
— Teddy Gusnaidi (@TeddyGusnaidi) August 30, 2018
Secara khusus, Erick dianggap dapat menggarap pasar anak muda karena kesuksesannya menghelat pesta olahraga akbar se-Asia, Asian Games 2018. Nyaris seluruh mata masyarakat terutama anak muda dan golongan kelas menengah tertarik kepada gelaran tersebut. Praktis, namanya menjadi cukup harum di golongan pemilih tersebut.
Tidak hanya membuat namanya terdengar baik di kalangan pemuda, Asian Games juga seolah menjadi bukti kepiawaiannya dalam urusan manajerial. Orang tentu memandang Asian Games 2018 yang menuai banyak pujian sebagai hasil dari polesan tangan dingin Erick.
Jika merujuk pada Shaw, Erick Thohir juga memiliki kemampuan fundraising atau penggalangan dana yang cukup mumpuni. Kiprahnya sebagai pengusaha sukses di usia yang relatif muda menjadi bukti kepiawaiannya mencari fulus. Selain itu, ia juga bisa membuka jejaring untuk menarik sumber-sumber pendanaan lain.
Selain itu, sebagai taipan media, Erick juga dapat dikatakan cukup piawai untuk urusan pengelolaan iklan dan media untuk berkampanye. Secara khusus, ia juga bisa saja mengerahkan media-media miliknya untuk berkampanye. Dalam konteks ini, Erick boleh jadi memiliki kemiripan dengan Plouffe yang paiawai dalam urusan komunikasi.
Meski demikian, sebagai orang yang tidak memiliki pengalaman di dunia politik, Erick tentu saja memiliki kelemahan. Boleh jadi, untuk aspek pembentukan tim, Erick akan mengalami kesulitan. Hal ini terutama karena tim sukses Jokowi tersebut sudah terlebih dahulu terbentuk.
Di titik itu, Erick akan menghadapi ujian terbesar dalam urusan manajerial saat menghadapi para politisi. Mengelola tim berisi politisi jelas berbeda dengan tim-tim yang berisi profesional saat memimpin perusahaan atau ajang seperti Asian Games.
Dalam konteks ini, jika merujuk pada Shaw, sebetulnya telah terjadi kegagalan dalam manajemen kampanye karena sang manajer tidak memilih sendiri tim yang dibutuhkannya. Sejauh ini, tim sukses atau campaign committee bisa disebut tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan karena didominasi oleh politisi.
Menarik untuk ditunggu apa yang akan terjadi jika Erick benar-benar mau menjadi panglima tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf. Seperti disebutkan sebelumnya, Erick tergolong amat karib dengan Sandiaga. Apakah ia mau merelakan persahabatan dan kemitraan bisnisnya dengan Sandiaga sedikit dilupakan melalui sebuah pilihan politik?
Hal yang juga menarik adalah bagaimana nantinya media milik Erick mau bersikap jika sang pemilik telah jatuh di salah satu kandidat. Republika, salah satu media di bawah payung Mahaka milik Erick, kerapkali dianggap media anti-Jokowi oleh masyarakat karena pemberitaan mereka. Jika Erick berlabuh di tim Jokowi-Ma’ruf, adakah perubahan dari pemberitaan Republika?
Tentu saja hal ini menarik untuk ditunggu. Yang jelas, kekuatannya sebagai pengusaha dan Ketua Pelaksana Asian Games menjadi keunggulan utamanya, sekalipun ia memiliki kekurangan dari sisi politik dan kedekatan pribadinya dengan Sandiaga. Pertanyaannya adalah akankah ia menerima ajakan Jokowi? (H33)