Bergabungnya Ridwan Kamil (RK) ke Partai Golkar sekiranya membawa perubahan pada peta politik nasional. Lantas, mungkinkah RK diusung Partai Golkar di Pilpres 2024? Apakah RK akan diduetkan dengan Sandiaga Uno?
PinterPolitik.com
“A good decision is based on knowledge and not on numbers.” – Plato
Ketika diwawancara PinterPolitik pada Agustus 2020, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyebut dirinya ditawari bergabung oleh lima partai politik. Dua tahun kemudian, tepatnya pada Januari 2023, RK akhirnya resmi dipinang oleh Partai Golkar.
Meskipun baru resmi pada Januari 2023, secara de facto RK sebenarnya sudah menjadi warga Partai Golkar sejak akhir November 2022. Pada 12 Desember 2022, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menyebut RK sudah bergabung dengan Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) 1957 sejak dua minggu yang lalu.
“Kosgoro 1957 itu kan bagian dari Partai Golkar, salah satu organisasi kemasyarakatan yang berada di bawah Partai Golkar. Jadi sebetulnya beliau secara tidak langsung sudah menjadi warga Partai Golkar,” ungkap Ahmad Doli Kurnia.
Well, bergabungnya RK menjadi kader Partai Golkar sekiranya dapat mengubah peta politik nasional. Jika sebelumnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) kesulitan menemukan sosok prominen, mengusung RK adalah pilihan yang menjanjikan.
RK sendiri sangat sadar atas potensi ini. “Followers saya 30 juta. Itu aja sudah jadi modal,” ungkapnya pada 18 Januari 2023.
Lantas, sebesar apa peluang RK untuk diusung KIB, khususnya Golkar di Pilpres 2024?
Menarget Pemilih Muda
Ada satu alasan kunci kenapa RK sangat menarik untuk diusung, yakni potensi pemilih muda. Pada Pemilu 2024, pemilih muda, yakni milenial dan Gen Z merupakan pemilih mayoritas. Jumlahnya disebut mencapai 60% dari total pemilih – sekitar 123 juta dari 206 juta pemilih.
Jumlah itu bahkan lebih besar 37,4 juta dari suara Joko Widodo – Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 yang mencapai 85,6 juta suara.
Mengacu pada sistem one person one vote, tidak heran kemudian jargon milenial ramai didengungkan berbagai partai politik sejak Pemilu 2019. Namun, meskipun suara milenial dan Gen Z begitu besar, kelompok pemilih paling potensial ini begitu sulit diajak mencoblos ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Karena memandang politik begitu kotor dan menilai pemilu tidak membawa perubahan kondisi sosial-ekonomi, antipasti politik dan sikap golput tumbuh sumbur di kalangan pemilih muda. Untuk mengatasi, atau setidaknya mengikis sentimen negatif tersebut, branding politik tradisional yang mengedepankan jargon perlu dirombak total.
Anak muda saat ini adalah generasi yang memiliki akses informasi berlimpah. Ini membuat mereka lebih sadar atas masalah, dan mencari sesuatu yang baru untuk menjawabnya. Mengutip Donald Miller dalam bukunya Building A Story Brand, kunci kesuksesan brand adalah kemampuannya dalam mengetuk insting bertahan hidup target pasar.
Dengan kata lain, untuk menggaet pemilih muda, mutlak diperlukan sosok yang dapat dilihat sebagai harapan anak muda yang mencari sosok baru dan segar. Tidak hanya itu, yang terpenting, sosok itu harus mampu mendemonstrasikan gagasan dan solusinya dengan baik serta menarik.
Nah, poin itu yang membuat Ridwan Kamil sangat menarik. Bagi yang mengikuti RK di media sosial ataupun berbagai wawancaranya, mestilah menyadari betapa baiknya kemampuan komunikasi RK dalam menyampaikan gagasan.
Sandi-RK
Warren Bennis dalam tulisannya The Leader as Storyteller di Harvard Business Review, menyebut kepemimpinan tidak pernah hadir dalam ruang hampa. Kepemimpinan selalu merupakan interaksi antara pemimpin, pengikutnya, dan tujuan atau impian.
Ada resonansi antara pemimpin dan pengikutnya yang membuat mereka bersekutu untuk mendukung tujuan bersama. Pemimpin adalah mereka yang mampu membangkitkan kepercayaan dan menyebar harapan. Singkat Bennis, pemimpin yang efektif sering kali adalah mereka yang merupakan pendongeng.
Dengan kemampuan komunikasinya, mengusung RK di Pilpres 2024 akan menjadi langkah yang begitu menarik. Teruntuk Partai Golkar, setidaknya ada tiga keuntungan yang dapat diperoleh dengan mengusung RK.
Pertama, RK yang merupakan sosok prominen dapat menjadi “lem perekat” KIB. Koalisi yang terlihat rapuh sejak awal itu akan memiliki simbol penyatu. Selain itu, jika Sandiaga Uno benar-benar bergabung dengan PPP, bukan tidak mungkin kita akan melihat duet RK dan Sandi di Pilpres 2024. Itu akan menjadi duet yang luar biasa.
Sandi sendiri juga memiliki modal politik yang kurang lebih sama dengan RK. Keduanya populer, rupawan, dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Namun, poin plus Sandi adalah modal kapitalnya yang besar.
Menurut berbagai pihak, biaya kampanye untuk nyapres setidaknya menyentuh Rp7 triliun. Kekayaan Sandi yang sebesar Rp10,6 triliun membuatnya dapat membiayai sendiri kampanyenya.
Kedua, sama seperti alasan Partai NasDem mengusung Anies Baswedan, Partai Golkar juga akan mendapatkan efek ekor jas jika mengusung RK. Mengacu pada data Pileg 2019, persentase pemilih Golkar dalam mencoblos caleg daripada partai sebesar 80% – hanya kalah dari NasDem (86,3%) dan PAN (82,4%).
Artinya, untuk mendongkrak perolehan suara di Pileg 2024, Golkar mutlak membutuhkan sosok-sosok prominen seperti Ridwan Kamil.
Ketiga, seperti yang dibahas sebelumnya, mengusung RK akan menjadi branding Partai Golkar. Partai beringin akan dilihat sebagai partai yang mengusung sosok baru, muda, energik, dan kaya gagasan. Dan yang terpenting, branding itu diharapkan dapat meningkatkan keterpilihan Golkar di kalangan pemilih muda.
Well, sebagai penutup, tentu hanya waktu yang dapat menjawab karier politik RK ke depannya. Golkar sendiri menyebut terdapat banyak opsi untuk RK. Jika tidak diusung menjadi capres atau cawapres, RK sepertinya akan diusung menjadi Gubernur DKI Jakarta atau Gubernur Jawa Barat. (R53)