Pada awalnya Partai NasDem terlihat percaya diri mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024. Namun, berbagai sikutan politik ke NasDem membuat banyak pihak bertanya, apakah Surya Paloh akan tetap mendukung Anies? Mungkinkah Paloh telah salah membuat prediksi?
PinterPolitik.com
Tiga bulan sebelum Partai NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bacapres pada 3 Oktober 2022, PinterPolitik telah menerbitkan artikel soal keraguan majunya Anies di Pilpres 2024. Artikel yang berjudul Anies Tidak Akan Jadi Presiden? itu diterbitkan pada tanggal 3 Juli 2022.
Keraguan itu terbukti belakangan ini. Jalan Anies menuju 2024 terlihat sangat terjal. Tidak hanya soal Koalisi Perubahan yang terus dirongrong, ada pula isu Anies akan menjadi tersangka KPK di kasus Formula E. Sebagai partai pertama dan utama yang mendukung Anies, perhatian khusus dapat kita tujukan kepada NasDem.
Sebagaimana dijelaskan dalam artikel Pilpres 2024 Hampir Pasti Ganjar vs Prabowo?, setelah deklarasi Anies berbagai goncangan menimpa NasDem. Mulai dari diminta keluar koalisi pemerintah, hingga terganggunya berbagai bisnis sang ketua umum, Surya Paloh.
Melihat track record-nya, sebenarnya tidak begitu sulit memprediksi bahwa berbagai pihak akan menjegal pencapresan Anies. Banyak pihak menyalahkan Anies atas pembelahan politik ekstrem di Pilgub DKI 2017 dan Pilpres 2019.
Lantas, sebagai pebisnis dan politisi senior, apakah Surya Paloh tidak mempertimbangkan potensi pencegalan tersebut?
Paloh Dikejutkan Jokowi?
Tentu tidak mungkin menyimpulkan bahwa Paloh tidak mempertimbangkannya. Namun, tampaknya ada kalkulasi yang membuat Paloh meyakini gejolaknya tidak sebesar ini. Dan variabel itu sepertinya adalah hubungan hangat Paloh dengan Jokowi.
Hubungan Surya Paloh dan Jokowi adalah pertalian persahabatan yang hangat. Paloh setidaknya telah mendukung karier politik Jokowi sejak Pilgub DKI Jakarta 2012. Di NasDem Tower juga berdiri patung Jokowi. Patung itu spesial. Itu adalah satu dari sedikit patung yang dibuat sampai seluruh badan di NasDem Tower.
Mengutip Aristoteles, itu kita sebut sebagai political friendship atau politike philia. Gagasan itu bertolak pada konsep homonoia, yakni kesamaan pikiran yang kemudian menciptakan kesatuan hati. Ini membuat political friendship menjadi sentral di iklim politik. Hubungan pertemanan yang kuat merupakan modal besar dalam membangun kerja sama politik.
Pada konteks Paloh dan Jokowi, Paloh mungkin merasa sudah memiliki homonoia dengan Jokowi. Mungkin Paloh merasa mereka memiliki kesamaan pikiran dan kesamaan hati.
Namun, gelojak bertubi-tubi yang menghampiri NasDem pasca deklarasi Anies tampaknya membantah itu. Sepertinya tidak ada homonoia.
Jika demikian yang terjadi, dalam kacamata psikologi, apa yang dialami Paloh dikenal dengan illusion of control (ilusi kontrol).
Rolf Dobelli dalam bukunya The Art of Thinking Clearly, menjelaskan ilusi kontrol adalah tendensi psikologis ketika seseorang percaya dapat memengaruhi atau mengontrol sesuatu yang sebenarnya tidak dapat dilakukannya.
Jika Dobelli menggunakan istilah tendensi, Ellen J. Langer dalam tulisannya Illusion of Control menggunakan istilah ekspektasi. Menurut Langer, ini adalah fenomena ketika seseorang terlalu tinggi menaksir probabilitas kesuksesannya melampaui probabilitas objektif yang ada.
Mungkin karena merasa memiliki homonoia, Paloh merasa tidak akan mendapat gejolak besar karena dapat mengontrol keadaan. Namun, ilusi kontrol tampaknya telah mengejutkan Paloh. Sang Ketum NasDem mungkin tidak menyangka Jokowi akan seberani itu. RI-1 bahkan secara terbuka mengaku akan cawe-cawe di 2024.
Lantas, dengan berbagai hantaman yang ada, apakah Paloh akan tetap mendukung Anies?
Paloh akan Menyerah?
Ini akan menjadi pertarungan untuk Surya Paloh. Pertarungan antara idealisme dan pragmatisme sebagai seorang pengusaha. Poin sebagai pengusaha menjadi perhatian khusus karena terdapat karakter umum di dalamnya.
Dina Gerdeman dalam tulisannya These Entrepreneurs Take a Pragmatic Approach to Solving Social Problems di Harvard Business School, menjelaskan pengusaha memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan pragmatis ketika menyelesaikan masalah. Itu tentu saja bertolak dari upaya untuk mengamankan bisnis yang tengah berjalan.
Jika karakter sebagai pengusaha lebih dominan, mungkin Paloh akan di titik untuk menyerah mendukung Anies. Sekalipun tidak melepas dukungan, terdapat jalan tengah dengan tidak maksimal memberi dukungan.
Misalnya ada tawaran begini. Tidak masalah tetap mengusung Anies di 2024, tapi NasDem jangan memberikan dukungan penuh. Sebagai bayarannya hantaman terhadap NasDem akan dihentikan.
Namun, jika karakter idealisme yang lebih dominan, Anies akan tetap didukung sepenuh hati. Simpulan itu dapat kita tarik jika membaca buku biografi Paloh yang berjudul Editorial Kehidupan Surya Paloh.
Paloh pernah merasakan pil pahit ketika Prioritas dibredel pada 29 Juni 1987. Media yang dipimpin Paloh itu merupakan taring baru kala itu. Berita-beritanya tajam dan kritis, sehingga banyak dibaca dan disukai oleh berbagai kalangan.
Yang menarik adalah, hubungan Paloh dengan keluarga Soeharto sebenarnya baik. Ia misalnya berkawan lama dengan putra ketiga Soeharto, Bambang Trihatmodjo. Namun, kedekatan dengan keluarga Soeharto nyatanya tidak membuat Paloh bermanis lidah di media yang dipimpinnya, Prioritas.
Well, kita lihat saja bagaimana kelanjutan pencapresan Anies. Apakah karakter pragmatis atau idealis yang akan mendominasi, pilihan ada padamu Pak Surya Paloh. (R53)