HomeNalar PolitikDibalik Pencopotan Kahar Muzakir

Dibalik Pencopotan Kahar Muzakir

Dibalik pencopotan Kahar Muzakir minggu lalu, terbersit kabar bahwa faktor utamanya adalah adanya intrik di internal Partai Golkar. Benarkah?


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]M[/dropcap]inggu lalu, Kahar Muzakir ‎dicopot dari jabatan Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR.‎ Namun penggantinya hingga sekarang belum ditetapkan. Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Idrus Marham, proses rotasi anggotanya di DPR masih berjalan.

Menurutnya pergantian posisi di internal Fraksi Golkar sebagai penyegaran untuk meningkatkan kinerja. “Kalau dicopot kan ada kesalahan, tapi untuk pacu kinerja‎,” ujar Idrus di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (18/4). Ia mengatakan, alasan penggantian ini agar yang bersangkutan bisa fokus sebagai Ketua Koordinator Bidang Kepartaian.

Apalagi, kata dia, ada sejumlah agenda politik besar ke depan, yaitu pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Meski begitu, penggantian Kahar ini dianggap sangat mengagetkan, karena selama ini ia dinilai tidak melakukan kesalahan atau pelanggaran. Apalagi, Kahar dikenal sebagai sosok yang cukup dekat dengan Ketua Umum Golkar, Setya Novanto.

 

Berdasarkan informasi dari seorang sumber, pencopotan Kahar ini disinyalir karena isu adanya manuver yang tengah ia lakukan di internal Golkar belakangan ini. Manuver tersebut, lanjut si sumber, terkait dengan posisi Novanto yang tersandung kasus mega korupsi KTP elektronik. Apalagi, saat ini sang ketua umum inipun telah dicekal KPK, agar tidak bepergian ke luar negeri.

Konon, Kahar pernah melontarkan wacana adanya seorang Pelaksana Tugas (Plt) untuk menggantikan Novanto. Dengan begitu, ketua DPR tersebut tidak perlu lagi mengurusi partai. “Idenya memang bagus, yaitu untuk menyelamatkan Golkar supaya tidak tergerus karena kasus e-KTP. Tetapi idenya terlalu cepat disampaikan dan Kahar paling depan untuk mendorong adanya Plt,” kata seorang sumber di Jakarta, Kamis (27/4).

Baca juga :  Gibran Wants to Break Free?

Mendengar ide tersebut, Novanto kabarnya kaget. Namun setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata ide itu datangnya bukan hanya dari Kahar saja. Ia mengatakan, ada kelompok di internal partai berlambang beringin ini yang mendorongnya. “Kahar dipengaruhi sesama rekannya dari kelompok alumni di Golkar,” ungkapnya.

Selain itu, tambahnya, penggantian Kahar sebetulnya juga untuk menghindarkan dirinya dari gangguan kelompok-kelompok di Golkar. “Ada yang ingin memainkan isu Munaslub melalui isu Plt. Mereka percaya, jika benar-benar terjadi Munaslub, Novanto akan menyerahkan estafet kepemimpinan ke Kahar. Namun dengan digantinya Kahar, skenario itu gagal, sehingga mereka mulai meminta Wapres Jusuf Kalla untuk turun tangan,” pungkasnya.

Beberapa tahun belakangan ini, partai politik tertua di Indonesia ini memang selalu mengalami kisruh internal. Apakah ini bukti bahwa Golkar gagal melakukan regenerasi dengan baik? Adanya kubu-kubu yang sejak lama telah ada di partai kuning ini, juga membuat partai Orde Baru tersebut kerap ricuh disetiap pergantian kepemimpinan. Berikan pendapatmu. (Suara Pembaruan)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...