HomeNalar PolitikDianiaya Senior, Taruna Akpol Tewas

Dianiaya Senior, Taruna Akpol Tewas

Kecil Besar

PinterPolitik.com

[dropcap size=big]K[/dropcap]amis (18/5) pagi, Mohammad Adam, seorang Brigadir Dua Taruna Akademi Kepolisian (Akpol), menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Akpol. Diduga dia meninggal akibat dianiaya seniornya.

Kabar tersebut dibenarkan Kabid Humas Polda Jateng Kombes Djarod Padakova. “Benar, anak taruna Akpol tingkat II meninggal dunia, diketahui tadi [Kamis] pagi sekitar jam 02.00 WIB,” kata Djarod, seperti terlansir detik.com.

Taruna Akpol Tewas
Mohammad Adam

Pihak kepolisian melakukan autopsi terhadap jenazah Adam sejak Kamis siang hingga sore sekitar pukul 17.00 WIB. Hasilnya, dari luka luar, terdapat luka memar di dada tengah, kiri, dan kanan. Sedangkan tewasnya korban berasal dari luka di kedua paru-paru sehingga mengalami gagal napas dan kekurangan oksigen. “Hasil autopsi sudah keluar. Korban luka di paru-paru kanan dan kiri karena tekanan kuat. Korban pingsan dan kekurangan oksigen,” ucap Djarod.

Terkait dugaan penganiayaan, Polisi memeriksa sejumlah saksi. Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Condro Kirono mengatakan bahwa pihaknya memeriksa 21 orang taruna. Para saksi yang diperiksa sebagian besar adalah para taruna baik tingkat II atau tingkat di atasnya. “21 taruna yang (diperiksa) diduga mengetahui berada, pada saat korban meninggal dunia,” ujar Condro.

Lalu Jumat (19/5) siang, Condro memastikan, Adam meninggal karena penganiayaan. Penyidik telah melakukan Olah TKP, menyita barang bukti dan pemeriksaan intensif serangkaian saksi-saksi. “Penganiayaan terjadi di flat kosong, yang tidak dipakai (gudang). Dari saksi-saksi yang dikumpulkan, penganiayaan terjadi karena taruna senior melihat junior tidak disiplin di saat pesiar, ada beberapa pelanggaran,” tandasnya.

Keluarga mendiang sangat menyesalkan peristiwa ini. Handri, salah seorang paman dari mendiang Adam, menyatakan bahwa jika memang terbukti ada tindak kekerasan, keluarga berencana menuntut. “Selama ini anaknya memang tidak ada cerita [soal kekerasan di Akpol] seperti itu,” tegasnya.

Baca juga :  Mitos “Hantu Dwifungsi”, Apa yang Ditakutkan?

Sementara Kapolri Tito Karnavian mempertanyakan, sebab masih terjadinya kekerasan di lingkungan Akpol dan akan bertindak tegas terhadap pelaku.  “Saya telepon Kepala Polda Jawa Tengah Pak Condro untuk memproses pidana taruna yang terlibat. Saya minta Divisi Profesi dan Pengamanan turun melihat,” ujarnya.

“Ini momentum mengubah budaya yang masih berlaku. Nanti kita akan evaluasi mengenai pengasuh di situ (barak Akpol), kenapa budaya itu (kekerasan) tak berhenti,” tutur Jenderal Tito.

Indonesia Police Watch (IPW) sangat menyesalkan kasus Adam. “Kasus ini menunjukkan bahwa kekerasan masih menjadi bagian terselubung dalam sistem pendidikan di kepolisian,” kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta Pane.

Neta mengatakan, kasus Adam bagai gunung es bahwa kekerasan masih cukup kental bercokol di sistem pendidikan kepolisian. “Selama ini IPW kerap mendapat laporan tentang adanya taruna yang melarikan diri atau kasus dugaan pelecehan seks. Namun setiap kali dipersoalkan IPW pejabat berwenang selalu membantahnya,” kata Neta.

Selain itu, dampak kekerasan juga melanda korban dan keluarganya. Mereka selalu tutup mulut karena khawatir dikeluarkan dari Akpol jika buka mulut. Bahkan ada taruna yang sudah tidak kuat untuk menjalani pendidikan di Akpol, keluarganya tetap memaksa bertahan. Memang jumlah kasus kasus seperti itu tidak signifikan jumlahnya tapi tetap mengganggu profesionalisme pendidikan di Akpol.

“Para mantan Gubernur Akpol juga harus mau bicara jujur ke internal Polri tentang apa yang pernah terjadi di lingkungan Akpol, terutama yang menyangkut sikap prilaku para taruna, terutama lagi yang menyangkut anak anak jenderal, sehingga bisa dilakukan pembenahan dan kasus kekerasan, seperti yang menyebabkan tewasnya Mohammad Adam tidak terulang lagi,”katanya.

Saat-saat seperti ini sepertinya suara Gusdur perlu diingat kembali. Katanya, “Polisi yang baik cuma tiga: Pak Hoegeng almarhum bekas Kapolri, patung polisi, dan polisi tidur.” Kalau belum “sah” jadi polisi saja sudah melakukan kekerasan, jangan-jangan kalau sudah lulus akademi bukannya jadi pak Hoegeng, malah jadi patung polisi?

Baca juga :  Didit The Peace Ambassador?

(Berbagai Sumber/H31)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo & Trump Alami “Warisan” yang Sama?

Kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) jadi sorotan dunia. Mungkinkah ada intrik mendalam yang akhirnya membuat AS terpaksa ambil langkah ini?

Didit The Peace Ambassador?

Safari putra Presiden Prabowo Subianto, Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo atau Didit, ke tiga presiden RI terdahulu sangat menarik dalam dinamika politik terkini. Terlebih, dalam konteks yang akan sangat menentukan relasi Presiden Prabowo, Joko Widodo (Jokowi), dan Megawati Soekarnoputri. Mengapa demikian?

Prabowo Lost in Translation

Komunikasi pemerintahan Prabowo dinilai kacau dan amburadul. Baik Prabowo maupun para pembantunya dianggap tak cermat dalam melemparkan tanggapan dan jawaban atas isu tertentu kepada publik, sehingga gampang dipelintir dan dijadikan bahan kritik.

2029 Anies Fade Away atau Menyala?

Ekspektasi terhadap Anies Baswedan tampak masih eksis, terlebih dalam konteks respons, telaah, dan positioning kebijakan pemerintah. Respons dan manuver Anies pun bukan tidak mungkin menjadi kepingan yang akan membentuk skenario menuju pencalonannya di Pilpres 2029.

The Pig Head in Tempo

Teror kepala babi dan bangkai tikus jadi bentuk ancaman kepada kerja-kerja jurnalisme. Sebagai pilar ke-4 demokrasi, sudah selayaknya jurnalisme beroperasi dalam kondisi yang bebas dari tekanan.

PDIP Terpaksa “Tunduk” Kepada Jokowi?

PDIP melalui Puan Maharani dan Joko Widodo (Jokowi) tampak menunjukan relasi yang baik-baik saja setelah bertemu di agenda Ramadan Partai NasDem kemarin (21/3). Intrik elite PDIP seperti Deddy Sitorus, dengan Jokowi sebelumnya seolah seperti drama semata saat berkaca pada manuver PDIP yang diharapkan menjadi penyeimbang pemerintah tetapi justru bersikap sebaliknya. Lalu, kemana sebenarnya arah politik PDIP? Apakah akhirnya secara tak langsung PDIP akan “tunduk” kepada Jokowi?

The Irreplaceable Luhut B. Pandjaitan? 

Di era kepresidenan Joko Widodo (Jokowi), Luhut Binsar Pandjaitan terlihat jadi orang yang diandalkan untuk jadi komunikator setiap kali ada isu genting. Mungkinkah Presiden Prabowo Subianto juga memerlukan sosok seperti Luhut? 

The Danger Lies in Sri Mulyani?

IHSG anjlok. Sementara APBN defisit hingga Rp31 triliun di awal tahun.

More Stories

Simpang Siur Suara Yusril

Heboh, kata Yusril, Jokowi sudah bisa digulingkan dari jabatan presidennya karena besarnya utang negara sudah melebihi batas yang ditentukan. Usut punya usut, pernyataan tersebut...

Elit Politik Di Balik Partai Syariah 212

Bermodal ikon '212', Partai Syariah 212 melaju ke gelanggang politik Indonesia. Apakah pembentukan partai ini murni ditujukan untuk menegakan Indonesia bersyariah ataukah hanya sekedar...

Blokir Medsos, Kunci Tangani Terorisme?

Kebijakan pemerintah memblokir Telegram menuai pujian dan kecaman. Beberapa pihak menilai, hal tersebut merupakan bentuk ketegasan pemerintah terhadap mereka yang turut memudahkan jaringan terorisme...