HomeNalar PolitikDewi Shinta dan Tes Kesucian

Dewi Shinta dan Tes Kesucian

Kecil Besar

“Bila perlu sebelum pernikahan harus diatur persyaratan yang tegas, yakni mereka masih dalam posisi kudus, suci artinya perawan atau tidak. Untuk itu, harus ada tes keperawanan. Jika ternyata sudah tidak perawan lagi, maka perlu tindakan preventif dan represif dari pemerintah.” ~ Binsar Gultom


PinterPolitik.com

Bumi gonjang ganjing…

Di alam maya pewayangan, Dewi Shinta terpana. Di dunia, seorang hakim tinggi bernama Binsar Gultom tiba-tiba nongol dengan ide pembuktian keperawanan sebelum pernikahan. Wahai, sang Dewi mau pingsan rasanya. Terbayang kembali bagaimana dirinya dulu rela moksa ditelan bumi, daripada harus kembali bertemu dengan Sri Rama. Suaminya yang gagah perkasa, tapi minim kepercayaan pada istrinya. Padahal, ia telah berusaha membuktikan kesuciannya dengan selamat dari jilatan panas api. Namun rasa curiga itu, telah menggerogoti cinta kekasihnya.

Apalah arti cinta tanpa saling percaya? Pertanyaan itu ternyata masih tersisa di dunia, tepatnya di salah satu negara yang terlewati khatulistiwa. Ketika negara-negara lain sudah menginjakkan kaki di bulan, mengarungi samudra ruang angkasa laksana Sang Jatayu Raksasa. Negara ini, Indonesia namanya, masih saja ada yang bergelut dengan masalah kesucian, keperawanan. Siapa lagi yang akan dipersalahkan dan dijadikan korban, tentu lagi-lagi perempuan. Dalam hatinya, Dewi bertanya-tanya, mengapa masih ada penegak hukum dan keadilan yang pemikirannya kuno begini?

Dewi paham betul, mengapa ketika itu Rama memintanya membuktikan kesucian dan kesetiaan dirinya. Bagi titisan Dewa Wishnu, kedua hal itu adalah segalanya. Namun apakah kesetiaan tersebut harus diperlihatkan hanya dengan berupa kesucian fisik semata? Buktinya, setelah dibuktikan pun kecurigaan Rama sedikitpun tak berkurang dari hatinya. Lalu apa gunanya semua tes menyakitkan yang harus ia lakukan? Karena toh pada akhirnya, harus kembali terbuang di hutan. Ditinggalkan, dinistakan. Lalu di mana korelasi antara kesucian dengan cinta dan kasih sayang itu?

Baca juga :  Inikah Akhir Hidup NATO?

Mengingat masa lalu, memang menyesakkan. Namun lebih menyakitkan lagi, ternyata dosa Rama masih saja ada yang terbawa kaumnya hingga di abad modern ini. Banyaknya kecaman yang dilontarkan, baik dari para aktivis perempuan, pembela Hak Asasi Manusia, dan para akademisi, cukup menghibur hati Dewi. Setidaknya, ia tak perlu sampai turun ke bumi untuk mengutuk hakim itu sendiri. Ternyata warga di negeri Pertiwi ini, sudah banyak belajar dari dosa masa lalunya. Dan itulah akhir ceritanya, karena sang Dewi hendak mandi dulu di pancuran.  (R24)

spot_imgspot_img

#Trending Article

PDIP Terpaksa “Tunduk” Kepada Jokowi?

PDIP melalui Puan Maharani dan Joko Widodo (Jokowi) tampak menunjukan relasi yang baik-baik saja setelah bertemu di agenda Ramadan Partai NasDem kemarin (21/3). Intrik elite PDIP seperti Deddy Sitorus, dengan Jokowi sebelumnya seolah seperti drama semata saat berkaca pada manuver PDIP yang diharapkan menjadi penyeimbang pemerintah tetapi justru bersikap sebaliknya. Lalu, kemana sebenarnya arah politik PDIP? Apakah akhirnya secara tak langsung PDIP akan “tunduk” kepada Jokowi?

The Irreplaceable Luhut B. Pandjaitan? 

Di era kepresidenan Joko Widodo (Jokowi), Luhut Binsar Pandjaitan terlihat jadi orang yang diandalkan untuk jadi komunikator setiap kali ada isu genting. Mungkinkah Presiden Prabowo Subianto juga memerlukan sosok seperti Luhut? 

The Danger Lies in Sri Mulyani?

IHSG anjlok. Sementara APBN defisit hingga Rp31 triliun di awal tahun.

Deddy Corbuzier: the Villain?

Stafsus Kemhan Deddy Corbuzier kembali tuai kontroversi dengan video soal polemik revisi UU TNI. Pertanyaannya kemudian: mengapa Deddy?

Sejauh Mana “Kesucian” Ahok?

Pasca spill memiliki catatan bobrok Pertamina dan dipanggil Kejaksaan Agung untuk bersaksi, “kesucian” Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok seolah diuji. Utamanya, terkait pertaruhan apakah dirinya justru seharusnya bertanggung jawab atas skandal dan kasus rasuah perusahaan plat merah tempat di mana dirinya menjadi Komisasis Utama dahulu.

Teror Soros, Nyata atau “Hiperbola”? 

Investor kondang George Soros belakangan ramai dibincangkan di media sosial. Apakah ancaman Soros benar adanya, atau hanya dilebih-lebihkan? 

Begitu Sulit Sri Mulyani

Kementerian Keuangan belum juga memberikan paparan kinerja APBN bulan Januari 2025.

Mitos “Hantu Dwifungsi”, Apa yang Ditakutkan?

Perpanjangan peran dan jabatan prajurit aktif di lini sipil-pemerintahan memantik kritik dan kekhawatiran tersendiri meski telah dibendung sedemikian rupa. Saat ditelaah lebih dalam, angin yang lebih mengarah pada para serdadu pun kiranya tak serta merta membuat mereka dapat dikatakan tepat memperluas peran ke ranah sipil. Mengapa demikian?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...