HomeNalar PolitikDeddy Mizwar Jadi Nyagub?

Deddy Mizwar Jadi Nyagub?

Kecil Besar

Walau sudah lama masuk dalam bursa calon gubernur Jabar. Namun hingga kini, belum ada parpol yang secara tegas mendukung Deddy Mizwar, walau konon sudah ada dua partai yang akan mendukungnya.


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]N[/dropcap]iatan Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar) Deddy Mizwar untuk segera mendeklarasikan diri sebagai calon gubernur di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jabar 2018 mendatang, masih terjegal dengan sikap kedua partai politik (parpol) yang belum secara tegas menyatakan dukungan mereka secara tegas padanya.

“Kami segera mengumumkan keputusan penting terkait langkah di Pilgub Jabar 2018. Keputusan itu diumumkan setelah lebaran nanti,” kata seorang sumber, di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (8/6) lalu. Ketika ditanya parpol mana yang akan memberikan dukungan, ia mengatakan akan ada dua partai.

“Namun ini masih bisa berubah di detik-detik terakhir. Saat ini, kami masuk tahap finalisasi hasil komunikasi.” Sudah cukup lama nama Deddy Mizwar masuk dalam bursa kandidat cagub Jabar, terutama dari Partai Gerindra dan PKS. Kedua parpol ini memasang nama Deddy berdasarkan hasil survei yang memperlihatkan popularitasnya yang tinggi.

“Dalam tiga survei terakhir, nama Deddy juga menjadi kandidat kuat bersama nama lain, yakni Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi. Dalam survei Indobarometer, Deddy memiliki keterkenalan dan kesukaan yang cukup tinggi, yakni di atas 80 persen. Ini menjadi penilaian positif kami terhadap kandidat yang akan diusung,” jelasnya.

Pernyataan sumber tersebut disetujui oleh Ketua Departemen Pembinaan Badan Legislatif Daerah DPP PKS Haris Yuliana, menurutnya peluang Deddy untuk diusung menjadi kandidat pada Pilgub Jabar 2018 sangat tinggi. “Peluang Deddy Mizwar untuk diusung jadi Cagub Jabar paling besar, pertimbangannya dari segi komunikasi, Ini yang paling dekat walaupun belum ada keputusan tetap. Ini masalah peluang ya, paling besar.”

Baca juga :  PHK Indonesia, Waspada Sindrom Katak Rebus? 

Menurutnya, saat ini Deddy merupakan salah satu sosok eksternal atau non kader yang cukup sering berkomunikasi dengan PKS. “Karena hingga saat ini belum ada tokoh non kader yang sedekat ini dengan PKS seperti Pak Deddy Mizwar, Ridwan Kamil dulu memang dekat tapi kan sekarang beda punya sikap sendiri,” katanya, namun menegaskan kalau belum ada kesepakatan resmi antara PKS dengan Deddy terkait pencalonannya.

Ia menegaskan keputusan siapa kandidat calon kepala daerah yang akan diusung oleh PKS di Pilgub Jawa Barat 2018 sepenuhnya ada di tangan DPP PKS. “Kemarin sudah ada hasil Pemira tapi sampai sekarang belum jelas hingga saat ini siapa yang akan diusung oleh PKS. Yang jelas, kita tunggu saja nanti bagaimana hasil DPP,” lanjut Haris yang melanjutkan kalau hal ini juga terkait koalisi dengan Partai Gerindra.

“Dengan Gerindra itu baru kesepahaman, belum ada ikatan resmi. Kita dekat dengan Gerindra itu betul, tapi belum ada ikatan atau kesepakatan. Ibaratnya orang baru saling lirik jatuh cinta, sebatas itu saja,” jelasnya. Secara terpisah, Wakil Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Gerindra Ferry Juliantono membenarkan, Deddy Mizwar memiliki potensi cukup tinggi untuk memenangi Pilkada Jawa Barat 2018.

“Pak Deddy Mizwar adalah salah satu dari beberapa tokoh lain yang sedang dipersiapkan Partai Gerindra di Jawa Barat. Siapa pun partainya akan memandang pak Deddy Mizwar sebagai tokoh yang karena pengalamannya sebagai Wakil Gubernur akan punya modal sebagai Gubernur,” kata Ferry di Bandung, Selasa (6/6).

Ferry pun tidak menutup kemungkinan jika memasangkan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi jika nantinya Partai Gerindra jadi berkoalisi dengan Partai Golkar di Pilkada Jawa Barat 2018. “Pak Deddy Mizwar bisa menjadi representasi buat banyak partai. Nantinya Pak Deddy Mizwar bisa dianggap Kader Gerindra atau bapak dari semua partai,” pungkasnya. (Suara Pembaruan)

Baca juga :  Hasto Will be Free?
spot_imgspot_img

#Trending Article

Return of the Wolf Warrior?

Retorika internasional Tiongkok belakangan mulai menunjukkan perubahan. Kira-kira apa esensi strategis di baliknya? 

Prabowo’s Revolusi Hijau 2.0?

Presiden Prabowo mengatakan bahwa Indonesia akan memimpin revolusi hijau kedua di peluncuran Gerina. Mengapa ini punya makna strategis?

Cak Imin-Zulhas “Gabut Berhadiah”?

Memiliki similaritas sebagai ketua umum partai politik dan menteri koordinator, namun dengan jalan takdir berbeda, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Zulkifli Hasan (Zulhas) agaknya menampilkan motivasi baru dalam dinamika politik Indonesia. Walau kiprah dan jabatan mereka dinilai “gabut”, manuver keduanya dinilai akan sangat memengaruhi pasang-surut pemerintahan saat ini, menuju kontestasi elektoral berikutnya.

Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Pembangunan pabrik BYD di Subang disebut-sebut terkendala akibat premanisme. Sementara LG “kabur” dari investasinya di Indonesia karena masalah “lingkungan investasi”.

Honey Trapping: Kala Rayuan Jadi Spionase

Sejumlah aplikasi kencan tercatat kerap digunakan untuk kepentingan intelijen. Bagaimana sejarah relasi antara spionase dan hubungan romantis itu sendiri?

Menguak CPNS “Gigi Mundur” Berjemaah

Fenomena undur diri ribuan CPNS karena berbagai alasan menyingkap beberapa intepretasi yang kiranya menjadi catatan krusial bagi pemerintah serta bagi para calon ASN itu sendiri. Mengapa demikian?

It is Gibran Time?

Gibran muncul lewat sebuah video monolog – atau bahasa kekiniannya eksplainer – membahas isu penting yang tengah dihadapi Indonesia: bonus demografi. Isu ini memang penting, namun yang mencuri perhatian publik adalah kemunculan Gibran sendiri yang membawakan narasi yang cukup besar seperti bonus demografi.

Anies-Gibran Perpetual Debate?

Respons dan pengingat kritis Anies Baswedan terhadap konten “bonus demografi” Gibran Rakabuming Raka seolah menguak kembali bahwa terdapat gap di antara mereka dan bagaimana audiens serta pengikut mereka bereaksi satu sama lain. Lalu, akankah gap tersebut terpelihara dan turut membentuk dinamika sosial-politik tanah air ke depan?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...