“Greed, for lack of a better word, is good. Greed is right. Greed works. Greed clarifies and cuts through to the essence of the evolutionary spirit.” ~ Gordon Gekko – Wall Street.
pinterpolitik.com
[dropcap size=big]K[/dropcap]utipan yang diucapkan Gordon Gekko dalam film Wall Street sepertinya mewakili sosok pemain saham yang handal dan juga terkenal sebagai penguasa Wall Street, sosok tersebut bernama Carl Icahn. Carl Icahn adalah seorang pendiri dan pemilik saham mayoritas perusahaan Icahn & Co. atau yang dikenal dengan nama Icahn Enterprises. Sebuah perusahaan yang bergerak dibidang investasi, properti, otomotif dan masih banyak lainnya.
Mengawali karirnya di Wall Street sejak tahun 1961, Carl Icahn dikenal dengan julukan “Corporate Raider” atau yang berarti “pemburu perusahaan”. Dimana ia memelalui perusahaan Icahn Enterprises membeli sejumlah besar saham perusahaan lain untuk mendapatkan saham mayoritas di perusahaan tersebut.
Corporate Raids sudah menjadi ciri khas dari investor di tahun 1970-an hingga 1980-an. Dalam bermain saham, Carl Icahn selalu mempunyai strategi yang khas, yaitu ia akan mengincar perusahaan yang nilai sahamnya di bawah harga. Ketika harganya sudah benar – benar turun dan para investor mulai melakukan penjualan saham, maka ia akan segera membelinya.
Dengan kekuatannya sebagai pemegang saham mayoritas, maka akan dengan mudah ia dapat mengatur dan memonopoli jalannya perusahaan. Berbagai cara pun akan dilakukan termasuk harus memecat CEO, jajaran dewan deraksi dan manajemen yang ada, dan diganti dengan orang-orang yang sesuai dengan kemauannya. Bisa juga dengan cara memecah perusahaan menjadi beberapa bagian. Hal tersebut dilakukan agar ia akan dapat menaikan harga nilai saham perusahaan tersebut dengan cepat.
Bisa dikatakan bahwa Carl Icahn melakukan praktik arbitrasi, dimana ia membeli dengan harga yang lebih rendah dan menjual dengan harga yang lebih tinggi. Dengan resiko yang rendah, maka keuntungan yang diperoleh berasal dari selisih antara harga pasar yang satu dengan yang lainnya.
Salah satu perusahaan yang merasakan Corporate Raids –nya Carl Icahn adalah perusahaan penerbangan Trans World Airlines. Di mana Carl Icahn yang saat itu menjadi pemegang saham mayoritas menjual semua aset-aset penting perusahaan penerbangan tersebut.
Saat perusahaan ini bangkrut, Carl Icahn selaku pemilik modal sama sekali tidak mengalami kerugian. Hal ini disebabkan kebijakan perusahaan yang diambil itu menguntungkan Carl Icahn: dengan menjual aset-aset secara otomatis hasil penjualannya akan masuk ke kantong Carl Icahn sebagai pemilik saham.
Icahn dan Trump
Bisa dikatakan hubungan antara Trump dan Carl Icahn terjalin dengan baik, ia juga termasuk salah satu orang terdekat Trump. Icahn adalah sosok yang sebelumnya mendorong Donald Trump untuk maju pada Pilpres Amerika Serikat 2016. Dia juga mengumumkan pembentukan komite yang mendorong reformasi pajak perusahaan.
“Carl bersama saya sejak awal dan dengan dia merupakan salah satu pengusaha hebat di dunia, itu sesuatu yang sangat saya hargai,” kata Trump
Sebelumnya juga ia dijanjikan untuk menduduki kursi menteri keuangan, ternyata Trump lebih mempercayai Steve Mnuchin sebagai menteri dan Icahn ditempatkan sebagai ‘Special Advisor’ alias staff khusus Trump.
Icahn dan Freeport
Beberapa tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2015 Carl Icahn telah resmi menjadi penguasa baru perusahaan tambang milik Amerika Serikat, PT Freeport McMoran Inc (FCX), dimana perusahaan ini adalah induk usaha dari PT. Freeport Indonesia yang saat ini sedang kisruh dengan pemerintah Indonesia terkait pembayaran pajak.
Carl Icahn menjadi penguasa baru di Freeport setelah membeli 88 juta lembar saham pada penutupan Selasa 25 Agustus 2015. Ini membuat Icahn menjadi pemegang saham terbesar raksasa pertambangan ini, yaitu sebesar 91,2 juta saham atau 9,1 Persen kepemilikan dari perusahaan penambang ini.
Icahn sepertinya sudah lama memantau perjalanan PT Freeport McMoran Inc yang sudah mulai terseok – seok jalannya akibat turunnya harga komoditas. Bagaimana tidak terseok, harga tembaga yang menjadi komoditi andalan Freeport harus turun sebesar 18 persen sejak awal tahun. Freeport juga melaporkan bahwa mereka mengalami rugi bersih sebesar $4,16 per saham pada setengah tahun pertama 2015.
Masuknya Icahn menjadikan Freeport terus berada dalam sorotan, karena dia terus mendesak perusahaan tambang ini untuk fokus dalam penyelesaian utang. Icahn melakukan negosiasi dengan manajemen. Salah satunya dengan memangkas jumlah direksi dari 16 menjadi 11. Selain itu, dia juga mendudukkan dua orang perwakilan dari Icahn Enterprises sebagai direktur di jajaran dewan direksi Freeport.
Tidak beberapa lama setelah Icahn membeli saham PT Freeport McMoran Inc, direktur utama sekaligus pendiri PT Freeport McMoran Inc, James Moffett, menyatakan pengunduran dirinya pada 31 Desember 2015 waktu setempat.
Pengunduran diri James Moffett dilakukan beberapa bulan setelah miliarder Carl Icahn membeli 8,8 persen saham Freeport McMoran. Kehadiran Icahn sebagai pemilik saham baru membawa misi perubahan yang serius di tubuh Freeport. Salah satunya, menekan Moffett agar mengundurkan diri dari jabatannya.
Bagaimana penyelesaian kasus Freeport di Indonesia?
PT Freeport Indonesia (PTFI) masih terus bernegosiasi dan berkomunikasi dengan pemerintah Indonesia untuk mencari jalan keluar masalah yang membelit, yaitu soal perubahan Kontrak Karya (KK) ke Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
Belum lama ini PT Freeport Indonesia juga mengancam akan membawa permasalahan ini ke penyelesaian sengketa di luar peradilan umum (arbitrase) jika tak kunjung menemui kata sepakat. Mendengar kabar tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menegaskan, pengajuan arbitrase bukan hanya bisa dilakukan oleh Freeport. Mantan Menteri Perhubungan ini menegaskan, pemerintah pun bisa mengajukan kasus ini ke arbitrase.
Agak susah untuk melawan Freeport, diakibatkan adanya sosok Carl Icahn yang berada di puncak kepemimpinan PT Freeport McMoran Inc. Melihat kedekatan hubungan Icahn dengan Presiden Amerika, Donald Trump, bisa menjadikan kasus ini menjadi lebih rumit.
Bahkan Presiden Direktur Freeport McMoran Inc, Richard Adkerson, mengatakan apa pun yang terjadi di Indonesia akan memengaruhi perusahaan induk dan akan menjadi perhatian Pemerintah Amerika Serikat yang saat ini dipimpin oleh Trump, dan Trump dengan segala macam propagandanya bisa mengakibat kedua negara ini terlibat konflik.
Pemerintah Trump dengan Carl Icahn pasti akan mati-matian mempertahankan aset PT Freeport Indonesia untuk tetap berada di tanah Papua. Selain karena kebutuhan secara ekonomi, juga terkait kebanggan sebagai perusahaan milik dalam negeri Amerika.
Di lain sisi, ada satu hal yang harus diperjuangkan, Rakyat Indonesia mendambakan tambang emas di Papua yang sebelumnya dikelola oleh Freeport untuk dikembalikan kepada Indonesia. Karena itu tanah kita, dan hasil bumi kita, jadi kita juga harus bisa menikmatinya.
Tinggal kini bagaimana pemerintah Indonesia bersiap mengahadapi persidangan di Arbitrase seandainya pihak Freeport melakukan tuntutannya, berani demi kepentingan bangsa dan negara, itupun kalau berani, kalau tidak? (A15)