HomeNalar Politik“Caper” Ke Prabowo, Kaesang Mulai Berpolitik?

“Caper” Ke Prabowo, Kaesang Mulai Berpolitik?

Putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep menunjukkan gestur menarik terkait Prabowo Subianto. Mulai dari mengambilkan nasi untuk Prabowo saat sang Menhan silaturahmi ke rumah pribadi Presiden Jokowi di Solo, hingga memakai kaus bergambar Prabowo dalam konten youtube pribadinya. Sederet gestur itu kiranya memiliki makna bernuansa politik khusus jika diinterpretasikan dari sudut pandang tertentu. Mengapa demikian? 


PinterPolitik.com 

Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, gerak-gerik yang bernuansa politis dalam ruang publik akan menarik perhatian. Salah satunya, yang tertuju dan dilakukan oleh putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep. 

Pertama, Kaesang terekam mengambilkan nasi untuk Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam jamuan makan siang saat sang Ketum Partai Gerindra tersebut bersilaturahmi ke rumah pribadi Presiden Jokowi di Solo saat momen lebaran (22/4) lalu. 

Momen itu pertama kali diunggah oleh sang kakak yang juga putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dalam akun Twitter pribadinya saat menanggapi pertanyaan netizen yang bertanya apakah dirinya sudah menemani Prabowo berkeliling Solo. 

Gestur menarik tersebut kemudian memancing komentar dari banyak pihak. Hal itu karena sebelumya juga Kaesang dikabarkan mulai tertarik untuk terjun ke dunia politik mengikuti jejak sang ayah dan kakak yang sudah lebih dulu terjun ke politik dan mengemban jabatan publik. 

Komentar yang datang tak terkecuali dari elite PDIP tempat Presiden Jokowi bernaung. Salah satu elite PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan hal itu wajar sebagai wujud implementasi budaya jawa yang menyambut tamu dan bentuk kesantunan anak muda kepada tokoh yang lebih senior. 

Terbaru, Kaesang juga menunjukkan gestur menarik saat memakai kaus bertuliskan “Prabowo” dalam konten youtube pribadinya yang di upload pada 5 Mei lalu berjudul PDP EPS-11- Praz Teguh Bongkar Alasan Bapak Kalah di Padang. Terkait itu, Gibran memberikan komentar bahwa adiknya tersebut mungkin mengidolai sosok Prabowo. 

infografis kaesang sebaiknya gabung pdip

Gibran mengatakan dengan gestur yang ditunjukkan Kaesang tersebut tidak berarti sang adik akan bergabung dengan Partai Gerindra. 

Hendrawan juga menafsirkan hal yang sama dengan Gibran mengenai aksi Kaesang menggunakan kaus Prabowo. 

Anggota Komisi XI DPR RI itu juga menduga Kaesang mengagumi sosok Prabowo sekaligus insting politik sebagai anak muda untuk menarik perhatian publik. 

Lantas, mengapa Kaesang menunjukkan gestur yang tampak bermakna khusus ketika dirinya disebut akan terjun ke dunia politik? 

Ekspresi Politik Kaesang?  

Generasi muda, seperti Kaesang, terkenal lebih ekspresif dalam mengekspresikan sesuatu melalui sebuah gestur, simbol, bahasa, dan yang lainnya. Bahkan tak jarang, anak muda ini menciptakan sebuah subkultur dalam masyarakat. 

Baca juga :  Perang Bharatayuddha Jokowi vs Megawati

Nicole Pfaff dalam tulisannya yang berjudul Youth Culture as a Context of Political Learning: How Young People Politicize Amongst Each Other menjelaskan bagaimana gaya berpakaian, preferensi musik dan media, kode perilaku tertentu atau bentuk interaksi kaum muda dapat dibaca sebagai ekspresi budaya dan estetika dari pengalaman hidup mereka dan orientasi saat ini dan masa depan. 

Misalnya, gaya punk tahun 1970-an sebagai “gaya dalam pemberontakan” dan mengamati bagaimana pasar mengeksploitasi musik subkultur ini, fashion, dan “gaya jalanan” visual. 

Selain itu, Amir Piliang dalam bukunya Semiofika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna menjelaskan dalam komunikasi nonverbal, seseorang bisa ditafsir mengenai sikap politis dan ideologi yang dipegangnya. 

infografis ramai ramai parpol sambut kaesang

Itu dapat dilihat dari gestur mereka memperkuat dan meyakinkan khalayak tentang pesan, ideologi, dan makna yang disampaikan. 

Komunikasi nonverbal dapat mempertegas apa yang tak dapat ditegaskan melalui ucapan, meyakinkan kita tentang apa yang tak dapat diyakinkan melalui ucapan. Karena itu, gestur bersifat “yang etis” sekaligus “yang politis” (political). 

Politik tak dapat dilepaskan dari komunikasi nonverbal karena di dalam politik ada fungsi komunikasi untuk meyakinkan publik. Setiap potensi komunikasi nonverbal dikerahkan untuk menegaskan pesan, ideologi, makna, dan nilai-nilai politik. 

Melalui komunikasi nonverbal pula, seseorang mengerahkan segala potensi seperti busana, indera, simbol sebagai bagian “multimodal” untuk memperkuat pesan dan makna politik. 

Dalam konteks gestur yang ditunjukkan Kaesang, terlihat bagaimana anak muda seperti dirinya ekspresif dalam menunjukkan sebuah perilaku dan ekspresi politik, termasuk kekaguman terhadap aktor politik serta kemungkinan sinyal awal keberpihakan politik tertentu. 

Aksi mengambilkan nasi yang terdokumentasikan dan pemakaian kaus kiranya disadari Kaesang sebagai representasi visual yang relevan, mengingat dirinya juga telah menjadi pusat perhatian di media sosial. 

Gestur tersebut kemudian mungkin sajakenjelaskan apa yang tidak bisa diucapkan oleh Kaesang karena terbentur posisi orang tuanya, Presiden Jokowi yang merupakan kader PDIP dan partainya tersebut sudah menunjuk Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres). 

Boleh jadi, gestur Kaesang juga merupakan gambaran dukungan keluarganya, termasuk Presiden Jokowi. 

Mengingat, sebelum PDIP secara resmi menunjuk Ganjar sebagai capres, Presiden Jokowi berulang kali secara tersirat maupun tersurat menunjukkan dukungan ke Prabowo dengan menyebutkan bahwa kali ini giliran Prabowo untuk menjadi Presiden. 

Lalu, apa benar gestur Kaesang tersebut bentuk dukungan kepada Prabowo? Atau ada maksud lain dari Kaesang yang ditujukan kepada Prabowo? 

Baca juga :  Prabowo Sindir Fufufafa?
gimana kalau kaesang wali kota depok

Investasi Politik? 

Daniel Kapust dalam tulisannya Flattery and the History of Political Thought menjelaskan teknik sanjungan merupakan salah satu teknik yang ampuh dalam dunia politik. 

Teknik ini sudah lama dipraktikkan karena mampu mengemas intensi yang secara jelas memperlihatkan seseorang yang ‘”haus akan kekuasaan” menjadi lebih halus. 

Melihat penjelasan tersebut, boleh jadi gestur Kaesang terkait Prabowo menjadi salah satu bentuk rayuan atau sanjungan Kaesang terhadap Prabowo untuk mendukungnya terjun ke dunia politik. Terlebih lagi, Gibran mengatakan bahwa sosok Prabowo adalah idola sang adik. 

Kaesang yang mulai tertarik untuk terjun ke dunia politik seperti apa yang disampaikan Gibran dan Presiden Jokowi jelas membutuhkan dukungan dan bimbingan politik dari para tokoh politik senior. 

Tapi, mengapa Kaesang memilih sosok Prabowo yang menjadi sosok itu? 

Ada beberapa kemungkinan alasan kenapa Kaesang memillih sosok Prabowo. Pertama, dirinya yang mengidolai sosok Prabowo yang merupakan living legend dalam dunia militer, politik, dan pemerintahan. 

Reputasi Prabowo dalam tiga bidang tersebut memang tidak perlu lagi diragukan prestasi dan totalitasnya. Sosok Prabowo yang berwibawa dan memiliki karisma dalam kepemimpinan kiranya membuat Kaesang melihat Prabowo sosok yang spesial. 

Kedua, Kaesang tampaknya melihat sosok Prabowo dan Partai Gerindra dapat merepresentasikan nilai-nilai dan ideologi politik yang diyakininya. Bisa saja, Kaesang tidak melihat hal itu dari PDIP yang merupakan partai tempat sang ayah, Presiden Jokowi, bernaung dan selalu dianggap “hanya” petugas partai. 

Terakhir, dirangkulnya Prabowo oleh orang tua Kaesang, Presiden Jokowi ke Kabinet telah membuat Prabowo mendapat panggung pemerintahan yang selama ini belum pernah direngkuhnya. 

Hal tersebut kemudian membuka ruang penafsiran bahwa “hutang budi politik” eksis di antara Prabowo dan Jokowi. 

Ihwal yang mungkin saja membuat Kaesang “menagih secara tidak langsung” Prabowo untuk merespons dengan dukungan untuk terjun ke dunia politik, sama seperti apa yang orang tuanya lakukan kepada Prabowo. 

Akan tetapi, analisis diatas masih sebatas interpretasi semata. Maksud Kaesang sebenarnya dengan menunjukkan gestur tersebut kepada Prabowo agaknya belum dapat dipastikan. 

Yang jelas, jika maksud itu adalah bentuk Kaesang meminta dukungan ke Prabowo untuk terjun ke dunia politik, patut ditunggu apakah Prabowo akan memberikan tanggapan positif. Utamanya ketika Kaesang santer digosipkan akan maju sebagai calon Wali Kota Depok. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S83) 

spot_imgspot_img

#Trending Article

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

Menyoal Kabinet Panoptikon ala Prabowo

Pemerintahan Prabowo disebut memiliki kabinet yang terlalu besar. Namun, Prabowo bisa jadi memiliki kunci kendali yakni konsep "panoptikon".

Tidak Salah The Economist Dukung Kamala?

Pernyataan dukungan The Economist terhadap calon presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, jadi perhatian publik soal perdebatan kenetralan media. Apakah keputusan yang dilakukan The Economist benar-benar salah?

Ridwan Kamil dan “Alibaba Way”

Ridwan Kamil usulkan agar setiap mal di Jakarta diwajibkan menampilkan 30 persen produk lokal. Mungkinkah ini gagasan Alibaba Way?

Hype Besar Kabinet Prabowo

Masyarakat menaruh harapan besar pada kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Rahasia Kesaktian Cak Imin-Zulhas?

Dengarkan artikel ini: Audio ini dibuat menggunakan AI. Di tengah kompetisi untuk tetap eksis di blantika politik Indonesia, Zulkifli Hasan dan Muhaimin Iskandar tampak begitu kuat...

Prabowo, the Game-master President?

Di awal kepresidenannya, Prabowo aktif menggembleng Kabinet Merah Putih. Apakah Prabowo kini berperan sebagai the game-master president?

Indonesia First: Doktrin Prabowo ala Mearsheimer? 

Sejumlah pihak berpandangan bahwa Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto akan lebih proteksionis. Seberapa besar kemungkinannya kecurigaan itu terjadi? 

More Stories

Ketua DPR, Golkar Lebih Pantas? 

Persaingan dua partai politik (parpol) legendaris di antara Partai Golkar dan PDIP dalam memperebutkan kursi Ketua DPR RI mulai “memanas”. Meskipun secara aturan PDIP paling berhak, tapi beberapa pihak menilai Partai Golkar lebih pantas untuk posisi itu. Mengapa demikian?

Anies “Alat” PKS Kuasai Jakarta?

Diusulkannya nama Anies Baswedan sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta oleh PKS memunculkan spekulasi jika calon presiden (capres) nomor urut satu ini hanya menjadi “alat” untuk PKS mendominasi Jakarta. Benarkah demikian?

Pemilu 2024, Netralitas Jokowi “Diusik” PBB? 

Dalam sidang Komite Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, anggota komite Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan netralitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait lolosnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto. Lalu, apa yang bisa dimaknai dari hal itu?