Bu Yani mengatakan bahwa pola Pilkada DKI Jakarta bisa diterapkan di Pilkada Jawa Barat. Apa bisa?
PinterPolitik.com
[dropcap]S[/dropcap]iapa yang nggak kenal dengan Buni Yani. Terdakwa kasus ujaran kebencian ini memang cukup populer saat Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Lewat unggahan videonya tentang pernyataan Ahok mengenai isi surat Al Maidah ayat 51, ia ‘sukses’ membuat Ahok masuk bui. Bahkan atas prestasinya ini, ia diberi gelar sebagai ‘Pahlawan Pilkada DKI Jakarta’. Buseet, hebat amat ya. Kayaknya para pengikut Gus Dur perlu belajar dari cara Buni Yani, biar Gus Dur bisa segera mendapat gelar pahlawan, ehh salah kamar.
Kelihatannya gelar kepahlawanannya hanya bersifat temporal. Pasca Pilkada DKI Jakarta, bapak kita ini kedapatan jualan mug untuk menyambung hidupnya. Duh, kasian amat ya. Inikah rasanya ditinggalkan? Upps.
Tapi, Buni Yani tetaplah Buni Yani. Walaupun, jadi korban nyinyiran netizen, ia sepertinya santai-santai aja. Status terdakwa, nggak jadi halangan baginya untuk berkoar-berkoar di media sosial. Apakah karena Buni Yani memang ‘sakti’ atau ‘sakit’? Atau ada sosok ‘sakti’ yang berada di belakangnya sehingga ia berani berbuat demikian?
Pola DKI bisa dipakai di Pilkada Jabar. Pendukung Sudradjat-Syaikhu dan pendukung Demiz jangan saling serang, justru harus saling dukung dan sinergi. Kalau ada putaran kedua, siapapun yg lolos nanti masing2 pihak harus rela mendukungnya. Ayo bersatu.
— Pejuang Keadilan (@BuniYani) January 1, 2018
Mulanya saya berpikir fenomena ‘rangkap jabatan’ cuma berlaku bagi para menteri yang terjun ke dunia politik aja. Eh, ternyata oh ternyata, pola ini juga dipakai oleh Buni Yani. Walaupun, kini berstatus terdakwa, ia juga ‘rangkap jabatan’ sebagai pengamat politik. Wow, luar biasa.
Baru-baru ini, ia mengeluarkan sebuah pernyataan yang cukup kontrversial. Ia mengatakan bahwa pola Pilkada DKI Jakarta bisa diterapkan di Pilkada Jawa Barat (Jabar). Pernyataan tersebut, memantik banyak tanggapan dari warganet.
Kalau mau dipikir-pikir, mungkin omongan Buni Yani bisa dibenarkan, soalnya pada Pilkada Jabar nanti Gerindra, PAN dan PKS tetap dalam satu paket. Koalisi ‘trisula maut’ ini memang terbukti sukses besar pada Pilkada DKI tahun lalu. Mungkinkah kesuksesan tersebut bakal terulang di Jabar?
Namun, melihat suasana dan kondisi Jabar yang berbeda dengan Jakarta, maka komentar Buni Yani patut diragukan. Bisa jadi, ini hanya sekadar gimik atau sensasi semata. Tapi , tetap harus diwaspadai agar tak muncul lagi ‘ahok-ahok’ lain pada Pilkada Jabar nanti. (K-32)