HomeNalar PolitikBukan Golkar, Seharusnya Ridwan Kamil ke PDIP?

Bukan Golkar, Seharusnya Ridwan Kamil ke PDIP?

Setelah bergabung ke Partai Golkar, sosok Ridwan Kamil (RK) sebagai salah satu kandidat paling potensial di Pilpres 2024 justru meredup. Menariknya, baru-baru ini Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memberikan rayuan bahwa RK dapat menjadi cawapres Ganjar Pranowo. Untuk maju di Pilpres 2024, apakah RK harus pindah ke PDIP?


PinterPolitik.com

“Don’t wait for the right opportunity: create it.” — George Bernard Shaw

Tanpa perdebatan, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) adalah salah satu sosok yang paling potensial untuk maju di Pilpres 2024. Dengan kuatnya faktor popularitas di demokrasi modern, RK punya modal yang sangat besar untuk menjadi kontestan.

Bayangkan saja, pengikut RK di Instagram mencapai 20,4 juta pengikut. Di sesama politisi dalam negeri, pengikut RK di Instagram hanya dilampaui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan 53,2 juta pengikut.

Kandidat potensial lainnya jauh di bawah RK. Sandiaga Uno 9,2 juta, Anies Baswedan 5,9 juta, Ganjar Pranowo 5,7 juta, Agus Harimurti Yudhoyono 5,5 juta, Prabowo Subianto 5,4 juta, Erick Thohir 3,7 juta, Muhaimin Iskandar 2,4 juta, dan Khofifah Indar Parawansa dengan 1 juta pengikut.

Sepertinya sadar atas potensi itu, RK telah mengatakan kesiapannya untuk maju di Pilpres 2024. “InsyaAllah siap,” ungkapnya pada 20 Oktober 2022. Keputusan bergabung dengan Partai Golkar pada Januari 2023 sekiranya untuk memperbesar peluang tersebut.

Namun, kalkulasi RK mungkin cukup meleset. Alih-alih semakin bersinar setelah gabung ke Partai Golkar, pancaran sinar RK justru terlihat meredup. Sejauh ini Golkar lebih memilih mendorong ketua umumnya, Airlangga Hartarto.

ridwan kamil cawapres terfavorited.

Miskalkulasi RK?

Miskalkulasi yang dialami RK adalah hal lumrah. Itu berkaitan dengan cara kerja otak manusia. Dalam studi Ekonomi Perilaku (Behavioral Economics) dikenal teori yang disebut dengan “ekspektasi rasional”. Teori ini mengasumsikan bahwa manusia sebagai pelaku ekonomi dapat memahami dan mengkalkulasi variabel ekonomi yang kompleks untuk membuat keputusan yang tepat.

Baca juga :  Teknokrat vs Petugas Partai?

Namun, seiring dengan perkembangan studi Psikologi Kognitif, teori itu dibantah dengan sangat keras. Pada dasarnya kemampuan otak manusia untuk memahami, mengumpulkan, dan mengkalkulasi informasi bersifat terbatas.

Aktivitas kognitif yang dilakukan manusia umumnya dipengaruhi oleh berbagai bias yang membuat penilaian objektif menjadi begitu sulit dilakukan.

Jika melihat sejarah, miskalkulasi adalah akar dari berbagai fenomena besar. Salah satu contoh ikoniknya adalah peristiwa Pearl Harbor di Perang Dunia II.

Ilmuwan politik Francis Fukuyama dalam tulisannya 2034 menjelaskan bahwa serangan Jepang ke Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 adalah sebuah miskalkulasi. Saat itu, petinggi militer Jepang percaya serangan tersebut akan memberikan efek kejut kepada Amerika Serikat (AS) agar tidak ikut dalam Perang Dunia II.

Namun, kenyataan berkata sebaliknya. Serangan Pearl Harbor justru menjadi pemantik dan titik balik. Presiden AS Franklin D. Roosevelt mendeklarasikan perang terhadap Jepang dan mulai membangun kapal-kapal induk baru.

Lantas, jika RK memang melakukan miskalkulasi, apa kira-kira langkah selanjutnya?

rk cawapres semua digoda pdip

Berlabuh ke PDIP?

Melihat potensi dan situasi RK, PDIP tampaknya melihat peluang menarik. Ketika menghadiri peletakan batu pertama pembangunan Monumen Plaza Dr (HC) Ir Soekarno di kawasan GOR Saparua, Kota Bandung, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan rayuan melalui pantun.

“Kang Emil memang kaya prestasi. Memajukan Jabar penuh daya seni. Pemilu akan digelar beberapa bulan lagi. Bacawapres Pak Ganjar ternyata ada di sini,” ungkap Hasto pada 28 Juni 2023.

Sebelum pantun Hasto, memang sudah beredar isu bahwa nama RK masuk dalam 10 daftar nama cawapres Ganjar Pranowo.

Kemudian, yang terpenting, tampaknya RK juga menunjukkan ketertarikan serupa. Apabila membuat komparasi, mereka yang mendapat dukungan politik dari PDIP biasanya ditandai dengan pembuatan patung atau monumen Bung Karno.

Baca juga :  Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Lebih menarik lagi, pembangunan monumen itu ternyata bukan yang pertama, melainkan yang kesebelas kali dilakukan oleh RK.

“Kalau ditanya Pak Gubernur seperti apa kecintaan terhadap Bung Karno. Ya, ini adalah inisiatif kesebelas saya pribadi (membangun Monumen Bung Karno), terjauh ada di Aljazair,” ungkap RK.

Well, terlepas dari benar tidaknya terdapat situasi saling tertarik antara RK dan PDIP, jika menghitung di atas kertas, duet Ganjar dan RK dapat dikatakan menjanjikan.

Seperti diketahui, Ganjar memiliki basis pendukung di Jawa Tengah, sedangkan RK di Jawa Barat. Melihat daftar pemilih tetap (DPT) yang sudah dirilis KPU, Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah DPT terbanyak dengan 35,7 juta pemilih. Sedangkan Jawa Tengah di peringkat ketiga dengan 28,2 juta pemilih.

Kemudian, lebih penting lagi, Ganjar dan RK adalah sosok yang disukai oleh pemilih muda. Faktor itu krusial karena Milenial dan Gen Z adalah pemilih mayoritas di Pemilu 2024. Dari 204,8 juta pemilih, kelompok Milenial mencapai 66,8 juta dan kelompok Gen Z mencapai 46,8 juta pemilih.

Dengan peta politik yang masih cair, tentu berbagai kemungkinan dapat terjadi. Jika benar-benar ingin maju di Pilpres 2024, bukan tidak mungkin RK pindah partai ke PDIP untuk menjadi cawapres Ganjar Pranowo. Kita lihat saja. (R53)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Dengarkan artikel ini: Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut. Meski belum juga terjadi, banyak yang...

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...