HomeNalar PolitikBima Dibungkam, Potret Negara Latah?

Bima Dibungkam, Potret Negara Latah?

Adanya dugaan upaya pembungkaman telah membuat kasus Bima Yudho Saputro menjadi jauh lebih viral. Ini kah potret negara latah yang anti terhadap kritik?


PinterPolitik.com

“Governments never learn. Only people learn.” – Milton Friedman

Kritik TikToker Bima Yudho Saputro terkait infrastruktur di Lampung menarik atensi luas masyarakat. Banyak pihak merespons positif dan menunjukkan foto dan video jalanan Lampung yang tak beraspal seperti dalam kritik Bima.

Namun, viralnya kritik Bima diiringi dengan upaya pembungkaman. Bima diketahui dilaporkan ke polisi. Tidak hanya itu, ayahnya yang seorang PNS telah dipanggil oleh Bupati Lampung Timur. Kediamannya di Lampung juga telah didatangi oleh pihak kepolisian. Ijazah Bima dikabarkan diminta oleh aparat.

Kali ini Bima bersuara perihal apa yang menimpa orang tuanya. Bima yang aman di Australia menyadari orang tuanya lah yang kini terancam. “Di sini yang mengalami ancaman serius itu bukan gue, tapi orang tua gue,” ungkapnya pada 15 April 2023.

Apa yang menimpa Bima memantik perhatian yang lebih luas. Berbagai pesohor negeri ini terlihat memberi dukungan. Pengacara kondang Hotman Paris, misalnya, dengan tegas mengatakan dirinya siap dihubungi.

Ada pula Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni yang meminta pihak kepolisian tidak melanjutkan laporan terhadap Bima.

“Saya minta Pak Kapolri dan seluruh jajaran yang di bawah untuk tidak melanjutkan kasus ini. Pastikan seluruh anggota Bapak, baik itu di Polda, Polres, maupun Polsek, tidak ada yang berani ancam Bima dan keluarga,” ungkap Sahroni pada 16 April 2023.

saat kpk dikritik kpk

Streisand Effect

Semakin viralnya kasus Bima dapat dijelaskan melalui fenomena sosial yang disebut dengan Streisand effect atau efek Streisand. Efek ini juga kerap disebut dengan censorship backfires. Ini adalah fenomena ketika usaha menyensor atau menghapus informasi justru membuatnya tersebar luas, khususnya karena bantuan internet.

Baca juga :  Belah PDIP, Anies Tersandera Sendiri?

Istilah ini diambil dari nama penyanyi Amerika Serikat (AS) Barbra Streisand. Pada 2003, Streisand menggugat fotografer Kenneth Adelman karena menyebarkan foto tampilan pantai yang kebetulan menampilkan rumahnya di Malibu, California, AS.

Adelman bukanlah paparazi, saat itu ia tengah menyediakan lebih dari 12.000 gambar pantai California untuk digunakan para ilmuwan dan peneliti untuk mempelajari erosi pantai.

Yang menarik, sebelum Streisand menggugat Adelman sebesar USD50 juta, foto rumahnya hanya diunggah sebanyak enam kali. Itu pun dua kali oleh pengacara Streisand. Gugatan tersebut kemudian membuat banyak pihak memiliki akses untuk melihat kediaman pribadi Streisand dan membuat foto-foto tersebut viral.

Di situs web Adelman sendiri, foto rumah Streisand telah dilihat lebih dari satu juta kali. Ini belum termasuk pihak-pihak lain, seperti media yang menyebarkan dan mencetaknya berulang kali bahkan sampai sekarang.

Pada 5 Januari 2005, dengan bertolak pada kasus Streisand, jurnalis dan pendiri Techdirt, Mike Masnick untuk pertama kali menggunakan istilah Streisand effect dalam tulisannya Since When Is It Illegal To Just Mention A Trademark Online?.

Justin Parkinson dalam tulisannya The perils of the Streisand effect kemudian memaparkan berbagai fenomena yang menampilkan efek Streisand. Pada 2008, usaha Church of Scientology untuk mendapatkan video pengakuan iman Tom Cruise justru membuatnya tersebar luas.

Lalu pada 2012, Argyll and Bute Council yang melarang Martha Payne, anak berusia sembilan tahun untuk mengambil gambar makanan sekolahnya dan mengunggahnya di blog, justru membuat blog Payne dilihat lebih dari 10 juta kali dan berhasil mengumpulkan dana amal sebesar £130.000.

kantor pemkab digadai rp100 miliar 1

Negara Latah?

Dengan meyakinkan dapat dikatakan bahwa semakin viralnya kasus Bima adalah Streisand effect. Adanya upaya penyensoran atau pembungkaman atas kritik tersebut justru membuatnya jauh lebih viral, dikenal, dan diperbincangkan.

Baca juga :  Prabowo and The Nation of Conglomerates

Tidak hanya pada kasus Bima, berbagai kasus sebelumnya juga menunjukkan Streisand effect. Pada Agustus 2021, misalnya, penghapusan dan pencarian pembuat mural “Jokowi 404: Not Found” di Tangerang, Banten, justru menimbulkan reaksi berantai dengan munculnya mural-mural baru di berbagai tempat. Ada pula lomba mural bertajuk Lomba Mural Dibungkam yang diinisiasi oleh Gejayan Memanggil.

Padahal, apabila pemerintah tidak latah menyikapi kritik-kritik seperti itu, fenomena itu mungkin hanya akan berlalu begitu saja. Masyarakat luas akan membacanya sebagai berita biasa dan mungkin akan menghilang dalam waktu dua minggu.

Chelsea E Manning dalam tulisannya We’re citizens, not subjects. We have the right to criticize government without fear, menyebutkan bahwa dengan semakin terbukanya akses informasi, sudah seharusnya pemerintah menyadari bahwa masyarakat akan semakin mudah bersuara apabila pemerintah tidak menjalankan tugasnya dengan baik.

Kritik yang disampaikan Bima terhadap infrastruktur di Lampung adalah apa yang dijelaskan oleh Manning. Akses informasi yang luas melalui media sosial telah menjadi media alternatif untuk menyampaikan kritik.

Tidak seharusnya pemerintah bersikap resisten terhadap suara masyarakat. Mereka yang duduk di bangku pemerintahan perlu menyadari posisinya dalam kontrak sosial (social contract).

Eksistensi mereka ada untuk menjamin kehidupan dan keselamatan masyarakat, bukannya justru membungkam ketika masyarakat menuntut haknya yang begitu mendasar. (R53)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...