Langkah Abdul Somad menemui tokoh-tokoh NU menimbulkan tafsiran politik terutama dari tim pemenangan Jokowi.
Pinterpolitik.com
[dropcap]U[/dropcap]staz Abdul Somad adalah fenomena dalam dunia dakwah Islam di Indonesia. Lulusan Al Azhar Kairo ini menarik perhatian banyak orang melalui ceramahnya di media sosial. Agenda pengajiannya tergolong padat dari bulan ke bulan dan selalu dihadiri oleh banyak orang.
Menanjaknya popularitas Somad membuat ia dianggap memiliki pengaruh politik yang cukup besar. Merujuk pada hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, penceramah asal Riau ini menjadi satu dari lima ulama dengan pengaruh politik paling besar. Hal ini membuatnya diperebutkan oleh kandidat yang akan bertarung dalam suatu pemilihan, termasuk di Pilpres 2019.
Secara umum, nama Somad kerap diidentikkan dengan Prabowo Subianto. Hubungan Somad dengan PA 212 membuat namanya dianggap berafiliasi dengan kandidat nomor urut 02 tersebut. Meski begitu, anggapan itu belakangan seperti tengah digoyahkan.
Dalam beberapa waktu terakhir, Somad tampak rajin menemui ulama-ulama terkemuka dari Nahdlatul Ulama (NU). Melihat kondisi tersebut, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf menafsirkan bahwa ada kode Somad akan merapat ke kubu mereka.
Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi apakah Somad mendukung Jokowi atau tidak. Meski begitu, penting untuk diketahui, apakah Somad akan benar-benar berlabuh ke kubu Jokowi. Tak hanya itu, penting pula untuk dilihat sepenting apa posisi Somad, sehingga TKN harus melakukan tafsiran demikian.
Gerak-gerik Somad
Tradisi sowan atau mengunjungi ulama yang senior merupakan hal yang lazim dalam tradisi umat Islam di Indonesia. Meski lazim, di tahun politik seperti ini, kunjungan kepada ulama kerap diartikan dan mungkin memang memiliki arti politik. Hal ini termasuk safari Somad ke beberapa ulama NU.
Di antara kunjungan tersebut, Somad mengunjungi dua ulama terkemuka di mata kaum Nahdliyin, yaitu Habib Luthfi bin Yahya dan juga Maimun Zubair (Mbah Moen). Lagi-lagi, ulama sekaliber mereka lazim menerima kunjungan dari orang-orang berpengaruh, tetapi banyak yang menganggap bahwa ada unsur politis di balik kunjungan ini.
Tafsiran politis ini mengemuka karena baik Habib Luthfi maupun Mbah Moen kerap dianggap terafiliasi dengan Jokowi. Apalagi, safari Somad ke ulama-ulama NU di Jawa Tengah tersebut dikabarkan karena terkait dengan keinginannya untuk bergabung secara resmi dengan NU.
Habib Luthfi, meski tak pernah mengemukakan secara resmi pilihan politiknya, memang kerap tampil berbarengan dengan Jokowi. Jokowi misalnya pernah menghadiri Muktamar Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah, sebuah tarekat yang dipimpin oleh Habib Luthfi. Tak hanya itu, sang habib juga pernah marah tatkala sebuah acara haul diributkan oleh sekelompok orang yang meneriakkan 2019 ganti presiden.
Sementara itu, Maimun Zubair baru-baru ini tengah menjadi buah bibir terkait dengan salah ucap dalam doanya saat Jokowi hadir ke pesantrennya di Rembang. Meski sempat jadi kontroversi, Mbah Moen kemudian diklaim mendukung Jokowi bersama dengan PPP, partai di mana ia menjadi sosok dihormati.
Gerak-gerik Somad di Jateng ini, jika merujuk pada pernyataan Taj Yasin, putra Mbah Moen, memang tak selalu terkait politik. Menurutnya, pertemuan-pertemuan itu memiliki maksud lain, salah satunya terkait niat Somad untuk masuk NU. Meski begitu, NU sendiri belakangan sikap politiknya tampak semakin dekat ke Jokowi. Hal ini membuat jika Somad resmi bergabung, maka publik bisa menangkap bahwa sinyal Somad mendukung Jokowi semakin kuat.
Terlepas dari itu semua, Kubu TKN Jokowi-Ma’ruf jelas menyambut baik pertemuan Somad dengan ulama-ulama NU tersebut. Tim sukses kandidat nomor urut 01 itu bahkan menyebut bahwa pertemuan Somad dengan ulama-ulama tersebut menggambarkan bahwa Somad ingin lepas dari citra bahwa ia terafiliasi kepada Prabowo.
Demi Otoritas
Mendapatkan dukungan Somad boleh jadi adalah hal penting bagi siapa pun yang berlaga di Pilpres, termasuk bagi Jokowi. Sebagai seorang penceramah, pengaruh Somad terlampau penting untuk dibiarkan mengambang tanpa memihak satu kubu.
Secara profil, Somad sebenarnya dapat dikatakan sebagai seorang ustaz yang pemahamannya cukup komprehensif. Gelar akademis yang ia dapat dari Al Azhar memberikan modal yang baik baginya dalam berdakwah. Pemahamannya tentang hukum Islam kemudian menjadi lebih seimbang dan komprehensif, sehingga disukai banyak orang. Di luar itu, gayanya yang unik saat berceramah membuat ia lebih mudah digemari jemaah ketimbang penceramah yang bergaya monoton.
Di luar itu, Somad lahir di era yang disebut sebagai The Rise of New Islamic Authority oleh Alexander Arifianto dari Rajaratnam School of International Studies. Di era tersebut, terjadi perubahan dari otoritas tradisional Islam menjadi figur-figur ustaz populer, baik itu melalui televisi maupun media sosial. Somad menjadi salah satu figur yang cocok dengan deskripsi tersebut.
Secara khusus, Somad sebagai ustaz populer cenderung sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini. Berdasarkan studi Pusat Studi Islam dan Transformasi Sosial (CIS Form) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, anak muda saat ini lebih suka belajar agama melalui media sosial. Oleh karena itu, wajar jika Somad memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi masyarakat Indonesia.
Jika pengikut di media sosial menjadi ukurannya, popularitas Somad memang luar biasa. Pelanggan videonya di Youtube kini telah menembus angka 1 juta. Sementara itu, jumlah pengikutnya di Instagram lebih istimewa, yaitu mencapai 7,4 juta.
Selain itu, merujuk pada hasil survei LSI Denny JA, sekitar 30,2 persen masyarakat mendengar imbauan dari Abdul Somad. Hal ini membuatnya masuk ke dalam lima besar ulama paling berpengaruh secara politik.
Dalam kadar tertentu, penceramah-penceramah populer ini memiliki pandangan yang lebih konservatif jika dibandingkan dengan kelompok Islam tradisional. Hubungan penceramah populer dengan kelompok konservatif ini membuat mereka mudah dimobilisasi. Dalam kadar tertentu, Kikue Hamayotsu menyebutkan bahwa kemampuan ini membuat mereka kerap digunakan oleh para politisi untuk ambisi politik tertentu.
Oleh karena itu, wajar jika TKN ingin mengamankan dan buru-buru mengklaim dukungan Somad. Menambah amunisi dalam bentuk dukungan Somad jelas menjadi senjata berharga bagi mereka.
Mungkinkah Berlabuh?
Pertanyaannya adalah, mungkinkah Somad benar-benar mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi? Jika melihat gerak-geriknya yang tengah dekat dengan NU, bisa saja ada yang mengartikan demikian, terlebih PBNU tampak arah politiknya semakin tak malu-malu mendukung Jokowi.
Akan tetapi, menurut Arifianto, Somad dalam perkembangan NU, tergolong ke dalam NU Garis Lurus (NUGL). Faksi ini cenderung lebih konservatif dan memiliki pandangan berbeda dengan pengurus-pengurus PBNU seperti Said Aqil yang lebih moderat dan terkadang dilabeli liberal.
Oleh karena itu, pendengar ceramah Somad dari golongan NU bukanlah para pengurus organisasi tersebut yang belakangan cenderung lebih moderat. Menurut Arifianto, penggemar ceramah Somad berasal dari anggota biasa dari kelompok tersebut.
Tak hanya itu, Somad juga terlanjur terafiliasi kuat dengan kubu Presidium Alumni (PA) 212. Namanya bahkan digadang-gadang menjadi cawapres dari kelompok tersebut. Somad juga beberapa kali melontarkan kata-kata positif kepada Rizieq Shihab, pentolan utama dari kelompok tersebut.
Secara spesifik, dalam kirimannya di media sosial, Somad juga bahkan tak ragu untuk memberikan endorsement-nya kepada Prabowo. Ia sempat menunjukkan dukungan kepada pasangan Prabowo dan Salim Segaf Al Jufri sebagai pasangan tentara dan ulama.
Hal-hal ini membuat Somad memang lebih banyak disukai oleh kelompok konservatif. Secara spesifik, pangsa pasarnya secara elektoral memiliki kecenderungan untuk memilih Prabowo.
Melihat pangsa pasar ceramahanya yang memiliki pandangan demikian, sulit untuk membayangkan Somad akan mendeklarasikan dukungannya kepada Jokowi secara terang-terangan. Penggemar ceramahnya bisa berkurang drastis jika itu terjadi. Meski begitu, bukan berarti Somad tidak akan melunak dan meminimalisir afiliasinya kepada Prabowo, PA 212, dan hal-hal yang terkait.
Abdul Somad memiliki pengaruh penting dalam politik Indonesia Share on XJika melihat pola perubahan dukungan beberapa tokoh belakangan ini, hal itu bisa saja terjadi. Mengambil contoh dari kalangan tokoh agama, ada sosok Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang (TGB) yang awalnya dikenal sebagai pendukung Prabowo, namun ternyata akhirnya mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi. Terlepas dari latar belakang perubahan sikap TGB, perubahan sikap serupa bukan tidak mungkin terjadi pada Somad.
Pada akhirnya, dukungan Somad merupakan sesuatu yang layak diperjuangkan dalam mengarungi lautan politik Indonesia. Lalu ke mana akhirnya dukungan Somad akan berlabuh? Ataukah dia akan memendam pilihan politiknya agar terlihat netral? (H33)