HomeHeadlineBeranikah Prabowo Mengambil Yusril?

Beranikah Prabowo Mengambil Yusril?

Dipilihnya Mahfud MD sebagai cawapres pendamping Ganjar Pranowo sekiranya mengubah peta perhitungan. Untuk mengimbangi Mahfud di kubu Ganjar, Prabowo Subianto dinilai perlu menarik Yusril Ihza Mahendra. Lantas, beranikah Prabowo mengambil Yusril sebagai cawapresnya?


PinterPolitik.com

Anies Bawedan dan Ganjar Pranowo sudah mendapatkan cawapresnya. Anies bersama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin), sedangkan Ganjar bersama Menko Polhukam Mahfud MD. Hari ini, pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud sudah mendaftar di KPU hari ini.

Publik kini menanti, siapa dan kapan cawapres Prabowo diumumkan. Dengan belum ada respons berarti, kubu Prabowo tampaknya masih deadlock.

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada 16 Oktober yang mengabulkan Sebagian gugatan Almas Tsaqibbirru benar-benar mengubah permainan.

Sepertinya tengah ada perdebatan panjang karena Gibran Rakabuming Raka berpeluang untuk menjadi cawapres Prabowo. Nama Gibran memang sudah lama masuk bursa sebagai cawapres pendamping Prabowo. Pun demikian dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang memiliki modal kapital yang melimpah.

Memilih antara Gibran dan Erick sepertinya cukup rumit bagi Prabowo. Memilih Gibran berarti mendapatkan dukungan politik Presiden Jokowi. Sementara memilih Erick berarti tidak perlu pusing soal masalah logistik.

False Dilemma

Namun, jika berpikir lebih jernih, memilih antara Gibran dan Erick sebenarnya adalah false dilemma. False dilemma adalah kekeliruan bernalar ketika menilai hanya ada dua pilihan yang dimiliki, padahal terdapat pilihan ketiga atau pilihan lain.

Jika benar ada deadlock, besar kemungkinan Prabowo Tengah terjebak false dilemma. Apabila memilih Gibran, berarti mendapat restu politik Jokowi, namun rentan mendapatkan reaksi negatif masyarakat.

Dana apabila memilih Erick, berarti mendapat sokongan logitis, namun Erick belum memiliki basis massa yang kuat, meluas, dan militan.

Baca juga :  “Parcok” Kemunafikan PDIP, What's Next?

Jika benar terjadi, Prabowo harus keluar dari false dilemma itu. Prabowo sebenarnya tidak terjebak pada dua nama karena ada satu nama lagi yang menjanjikan, yakni Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra.

Kelebihan Yusril

Yusril memiliki rekam jejak dan kapabilitas yang tidak perlu dipertanyakan. Pakar Hukum Tata Negara dari Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Fahri Bachmid menjelaskan bahwa hanya Yusril kandidat cawapres yang sudah siap mengurus negara.

Rekam jejak dan kepakaran Yusril tidak diragukan lagi di bidang hukum, kelembagaan, dan pemerintahan. Menurut Fahri, itu berbeda dengan kandidat cawapres lain yang butuh waktu 1,5 sampai 2 tahun untuk belajar terlebih dahulu mengenai masalah dan bagaimana membenahi persoalan negara.

“Dilantik sebagai wapres di bulan Oktober nanti, malamnya Prof Yusril akan langsung bekerja,” ujar Fahri pada Rabu (4/10/2023).

***

Meskipun Namanya tidak berseliweran di survei-survei elektabilitas sebanyak kandidat lainnya, kita sering kali lupa betapa populernya nama seorang Yusril Ihza Mahendra.

Yusril sudah dikenal publik sejak era Soeharto. Artinya, Prof Yusril dikenal oleh masyarakat lintas zaman. Bukti kuatnya adalah begitu banyak orang tua yang memberi nama anaknya Yusril Ihza Mahendra.

Ada pula aspek kedekatan massa Islam dan penguasaan panggung debat.

Yusril dapat diterima oleh semua kalangan, baik Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan kelompok Islam lainnya. Yusril juga diketahui dekat dengan keluarga Gus Dur.

Kemudian, dengan dipilihnya Mahfud MD di kubu Ganjar, ini berarti kubu Anies dan kubu Ganjar memiliki sosok yang memiliki kemampuan komunikasi hebat.

Jika tidak memilih cawapres yang bisa mengimbangi kemampuan komunikasi Anies dan Mahfud, Prabowo akan terlihat kalah di debat capres-cawapres nantinya.

Selain itu, ada satu lagi poin yang tidak kalah penting. Memilih Yusril akan membuat duet Prabowo-Yusril menjadi yang paling berbeda. Jika diperhatikan, hanya duet Prabowo-Yusril yang merupakan representasi pasangan Jawa dan luar Jawa. Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud adalah pasangan Jawa-Jawa.

Baca juga :  Prabowo and The Nation of Conglomerates

Well, kita lihat saja. Apakah Prabowo akan berani mengambil Yusril atau tidak. Menarik ditunggu. (R53)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Dengarkan artikel ini: Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut. Meski belum juga terjadi, banyak yang...

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...