“Saya pikir itu ide bagus,” Presiden Joko Widodo tentang kemungkinan Australia bergabung dengan ASEAN
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]ertemuan dua tahunan ASEAN dengan Australia menyisakan sedikit cerita unik. Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) mengutarakan sebuah ajakan menarik. Ia mengajak Negeri Kanguru bergabung dengan ASEAN.
Menurut Jokowi, bergabungnya Australia dengan ASEAN adalah sebuah ide yang bagus. Ia menilai bahwa bergabungnya Negeri Kanguru dengan persatuan bangsa-bangsa di Asia Tenggara itu dapat memberikan stabilitas ekonomi dan politik yang lebih baik di kawasan.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull kemudian menyambut pernyataan Jokowi tersebut. Menurutnya, ia terbuka untuk mendiskusikan ajakan Jokowi tersebut. Meski begitu, ia menegaskan bahwa untuk saat ini, ia menghormati ASEAN dan menilai bahwa urusan ASEAN adalah untuk ASEAN.
Sekilas, ajakan Jokowi tersebut adalah hal yang menarik. Akan tetapi, apakah negara persemakmuran Inggris tersebut akan benar-benar bergabung dengan ASEAN? Lalu, apa yang akan terjadi jika Australia benar-benar melabuhkan diri ke organisasi negara-negara Asia Tenggara tersebut?
Australia Gabung ASEAN?
Sebagai tetangga secara geografis, Australia dan ASEAN memang memiliki hubungan yang cukup erat. Kedua negara menjalin kerja sama dalam sejumlah bidang. Salah satu bukti eratnya hubungan kedua pihak ini adalah pertemuan dua tahunan yang dihelat di Sydney tersebut.
Australia adalah negara pertama yang membuka dialog dengan persatuan negara-negara di Asia Tenggara tersebut. Dialog antara kedua pihak pertama kali terjadi pada tahun 1974. Sejak saat itu, kerja sama di antara keduanya mulai bertumbuh.
Secara formal, Australia menjadi mitra strategis ASEAN pada tahun 2014. Negara tersebut juga kerap berpartisipasi dalam pertemuan seperti ASEAN Regional Forum (ARF), ASEAN Defence Ministers Meeting Plus (ADMM-Plus), atau East Asia Summit (EAS).
Meski berhubungan erat, Australia bukanlah anggota resmi dari organisasi negara-negara Asia Tenggara tersebut. Wacana untuk memberikan kursi bagi negara-benua tersebut pernah mengemuka beberapa kali, namun hingga kini urung terlaksana.
Gagasan ini misalnya pernah dikemukakan di era Perdana Menteri Paul Keating. Beberapa perdana menteri disebut-sebut memang menyimpan keinginan untuk bergabung dengan ASEAN, meski tidak pernah mengungkapkannya dihadapan publik. Sebuah think tank Australia, Australian Strategic Policy Institute juga menyarankan negaranya untuk bergabung dengan organisasi tersebut pada tahun 2024
Berbagai kemungkinan terbuka bagi negeri asal Koala tersebut. Salah satunya adalah dengan memberikan kursi sebagai pengamat kepada mereka. Status ini kini dinikmati oleh Timor Leste dan juga Papua Nugini. Australia bisa memulai jejak menjadi anggota penuh ASEAN melalui status tersebut.
Meski berhubungan cukup erat, jalan Australia menuju ASEAN diprediksi tidak akan mudah. Salah satu alasannya adalah soal budaya yang jauh berbeda. Australia dipandang lebih berbau Eropa ketimbang Asia. Negara ini kerapkali mendukung gagasan-gagasan HAM dan mendorong negara-negara tetangganya untuk mengikuti mereka.
Hal ini bisa menjadi pengganjal bagi negara tersebut. Beberapa negara ASEAN memiliki catatan HAM yang tidak terlalu baik. Dalam beberapa kasus, Australia kerap menekan negara-negara tersebut. Langkah konfrontasional Australia ini disebut-sebut akan mempersulit jalan mereka bergabung dengan ASEAN.
Australia juga harus terlebih dahulu menunggu giliran Timor Leste dan Papua Nugini, jika benar-benar ingin bergabung. Kedua negara tersebut telah terlebih dahulu mengejar status anggota penuh ASEAN dan telah berusaha memenuhi persyaratan. Kedua negara ini tentu tidak ingin usaha mereka dilangkahi secara tiba-tiba oleh negara yang dipimpin Malcolm Turnbull ini.
Risiko Negeri Kanguru
Beberapa kalangan menilai bahwa ada sejumlah potensi risiko jika Australia bergabung dengan ASEAN. Beberapa orang menduga, jika hal ini terjadi maka keuntungan akan lebih banyak dinikmati negara persemakmuran Inggris tersebut, ketimbang negara-negara di Asia Tenggara lainnya.
Salah satu hal yang dikhawatirkan adalah terjadinya pergeseran sentralitas di Asia Tenggara dari negara-negara anggota ASEAN ke Australia. Pergeseran ini memberikan keuntungan strategis terutama ekonomi bagi negara di selatan Indonesia tersebut.
Peran Indonesia sebagai negara paling besar di Asia Tenggara dapat digantikan oleh Australia. Selain itu, Australia juga dapat mengambil untung paling banyak dari hubungan tersebut khususnya dari Indonesia.
Berdasarkan pernyataan Keating, Indonesia adalah tempat “jualan” utama bagi negara persemakmuran Inggris tersebut. Menurut Keating, Indonesia adalah tempat di mana roti Australia mendapatkan mentega. Integrasi Australia dengan ASEAN tidak lain hanya sebuah siasat agar hubungan Indonesia-Australia membaik sehingga mereka dapat menikmati banyak keuntungan ekonomi dari Indonesia.
The Sydney Declaration, a joint statement of the #ASEANinAus Special Summit, has been released by ?? PM @TurnbullMalcolm, an agreement reflecting the importance of #SEAsia to regional future security and prosperity. https://t.co/kPNhXe88tJ pic.twitter.com/GzxHooSCsB
— ASEAN-Australia (@ASEANinAus) March 18, 2018
Bagi mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa, bergabungnya Negeri Kanguru tersebut dengan ASEAN justru dapat memberikan gangguan bagi kawasan Asia Tenggara. Hal ini terutama berkaitan dengan ketegangan yang dapat muncul dengan Tiongkok.
Sebagian besar negara di Asia Tenggara memang memiliki kedekatan khusus dengan Negeri Tirai Bambu, Tiongkok. Negara-negara seperti Kamboja dan Laos dikenal amat dekat dengan Tiongkok. Negara seperti Indonesia juga tengah membangun kedekatan khusus dengan Beijing.
Sementara itu, Australia sendiri lebih dekat dengan dunia Barat terutama dengan AS. Dalam beberapa kesempatan, Australia terlihat lebih memihak ke negara-negara Eropa ketimbang tetanggnya di Benua Asia. Hal ini terutama jika pemerintahan negara tersebut dipegang oleh Partai Konservatif.
Tiongkok tentu tidak akan senang jika pengaruhnya di Asia Tenggara diganggu oleh kekuatan AS yang diwakili oleh Australia. Jika akhirnya Australia benar-benar bergabung dengan ASEAN, maka kemungkinan akan ada perang pengaruh antar Tiongkok dengan Australia.
Tiongkok tampak seperti mengurangi pengaruh AS di wilayah Asia termasuk di Asia Tenggara. Hal ini nampak dari agresivitas negara tersebut membangun relasi dengan negara-negara ASEAN. AS belakangan sudah tidak terlihat suci karena langkah Tiongkok tersebut. Jika Australia bergabung dengan organisasi bangsa-bangsa Asia Tenggara, maka tindakan Tiongkok dapat terasa sia-sia.
Rasa enggan Tiongkok pada Australia sudah tergambar, misalnya pada Inisiatif Chiang Mai. Kala itu, beberapa negara seperti Indonesia, tidak memiliki masalah jika Australia bergabung dengan inisiatif tersebut. Meski begitu, Tiongkok tidak sependapat sehingga menolaknya. Hal ini menjadi tanda Tiongkok tidak dapat dengan mudah menerima kehadiran Australia.
Menurut Natalaegawa, jika Australia bergabung dengan ASEAN maka Tiongkok akan memecah belah negara-negara di Asia Tenggara. Negeri Tirai Bambu tersebut bisa saja memanfaatkan pengaruhnya di kawasan tersebut untuk membentuk sekutu dengan beberapa negara untuk memusuhi Australia dan negara yang mendekatinya.
Respons ala Jawa Jokowi
Menurut peneliti Lowy Institute, Aaron Connelly, ajakan Jokowi pada Turnbull untuk bergabung dengan ASEAN bukanlah sesuatu yang harus dianggap serius. Menurutnya, Jokowi hanya sedang memberikan respons “ramah tamah” khas Jawa kepada salah satu jurnalis Australia.
Conelly menyebutkan bahwa secara realita, Australia belum mendapat undangan resmi untuk bergabung dengan persatuan negara-negara Asia Tenggara tersebut. Ia menambahkan bahwa Australia tidak akan bergabung dengan ASEAN dalam waktu dekat.
Reality check: Australia has not been invited to join ASEAN, and will not be invited to join ASEAN in our lifetimes. Jokowi was offering a "Javanese response," trying to be polite with Hartcher.
— Aaron Connelly (@ConnellyAL) March 15, 2018
Hal senada juga diutarakan oleh Pakar Hukum Internasional Hikmahanto Juwana. Menurutnya, ajakan Jokowi tersebut hanya sekadar basa-basi dan bukan sesuatu yang serius. Oleh karena itu, bergabungnya Australia dengan ASEAN tidak akan terwujud dalam waktu dekat.
Menurut Hikmahanto, ajakan tersebut harus dibicarakan terlebih dahulu dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Indonesia tidak bisa begitu saja memberikan undangan kepada negara persemakmuran Inggris tersebut tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.
Jokowi bisa saja hanya sedang berupaya memperbaiki hubungan dengan negara persemakmuran Inggris tersebut. Dia bisa jadi hanya ingin “mendinginkan” hubungan di antara kedua negara yang meski dekat, kerap mengalami konfrontasi.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, hampir bisa dipastikan Australia tidak akan bergabung dengan ASEAN dalam waktu dekat. Ajakan Jokowi tidak lain hanya basa-basi ketika menjawab pertanyaan dari para jurnalis.
Di luar itu, terlalu banyak risiko yang akan dialami negara-negara di Asia Tenggara jika negara yang dipimpin Malcolm Turnbull tersebut bergabung dengan ASEAN. Oleh karena itu, jalan Australia diprediksi akan sangat terjal. (H33)