Dengarkan artikel berikut. Audio ini menggunakan teknologi artificial intelligence.
Dunia sedang ramai membicarakan Asteroid YR4, yang diprediksi bisa menabrak Bumi pada tahun 2032. Tapi, adakah kemungkinan bahwa ada intrik politik di balik teror yang muncul soal asteroid ini?
Asteroid YR4 menjadi topik hangat di berbagai media karena diprediksi bisa menabrak Bumi pada tahun 2032.
Tidak heran, asteroid yang ditemukan pada Bulan Desember 2024 ini awalnya hanya memiliki kemungkinan menabrak Bumi 1,2 persen, akan tetapi pada Bulan Februari 2025, kemungkinan itu naik menjadi 3,1 persen Dengan kemungkinan tumbukan setinggi itu, perhitungan tabrakan Asteroid YR4 jadi salah satu prediksi tabrakan asteroid dengan probabilitas tertinggi yang pernah tercatat.
Jika asteroid yang disebut memiliki diameter 40-90 meter ini benar-benar menghantam, energi yang dilepaskannya diperkirakan setara dengan 8 megaton TNT—cukup untuk menghancurkan sebuah kota besar dan menimbulkan dampak global. Oleh karena itu, wajar jika muncul kekhawatiran dari berbagai pihak, termasuk ilmuwan, pemerintah, dan masyarakat umum.
Namun, di balik kepanikan ini, ada hal lain yang layaknya perlu diperhatikan. Sejarah mencatat bahwa ancaman asteroid seperti ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, asteroid-asteroid seperti 99942 Apophis dan 2012 DA14 juga sempat disebut-sebut berpotensi menabrak Bumi, tetapi akhirnya tidak terjadi. Kepanikan yang sama juga pernah muncul pada tahun 2000 dengan isu asteroid yang disebut-sebut akan menyebabkan kiamat kala itu.
Melihat pola yang terus berulang, wajar jika muncul pertanyaan: benarkah asteroid YR4 memang ancaman serius yang perlu dikhawatirkan? Atau justru ini hanya ketakutan yang sengaja dibesar-besarkan? Jika memang begitu, apa tujuannya?

Prediksi yang Sarat akan Politik?
Sejak pengumuman ancaman asteroid YR4, berbagai media telah menyoroti potensi bencana besar yang bisa terjadi jika asteroid tersebut benar-benar menghantam. Salah satu prediksinya, asteroid tersebut jika menabrak kota besar bisa memunculkan korban jiwa sampai 100 juta orang.
Namun, jika kita melihat pola pemberitaan dan kepanikan yang sengaja dibangun, ada alasan kuat untuk mencurigai bahwa narasi ini bukan hanya soal ancaman luar angkasa, tetapi juga bagian dari strategi politik tertentu.
Dalam konteks politik Amerika Serikat, ketakutan akan ancaman luar angkasa bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja. Isu seperti ini kerap digunakan untuk membentuk opini publik yang mendukung kebijakan tertentu. Donald Trump, yang baru saja kembali menjabat sebagai Presiden, memiliki agenda besar dalam memperkuat kehadiran AS di luar angkasa. Salah satu kebijakan utamanya adalah meningkatkan anggaran untuk United States Space Force (USSF), cabang militer yang didirikannya pada tahun 2019.
Dengan dalih menjaga keamanan luar angkasa dari ancaman asing—baik itu negara lain maupun benda luar angkasa—Trump berupaya meyakinkan publik dan Kongres bahwa peningkatan anggaran ini adalah sebuah keharusan. Maka, membangun ketakutan akan asteroid bisa menjadi strategi untuk menciptakan kebutuhan akan program luar angkasa yang lebih besar dan, secara tidak langsung, membenarkan kebijakan anggaran yang menguntungkan pemerintahan Trump dan sekutunya.
Tidak hanya itu, Trump juga baru-baru ini menunjuk Jared Isaacman sebagai Administrator NASA. Isaacman, seorang miliarder yang dikenal karena misinya di luar angkasa bersama SpaceX, memiliki kepentingan besar dalam eksplorasi dan pertahanan antariksa. Penunjukannya menjadi simbol akan arah kebijakan luar angkasa AS yang semakin berorientasi pada kepentingan sektor swasta dan peningkatan investasi pertahanan di luar angkasa.
Karena hal-hal ini, tidak heran bila memang sedang ada kampanye narasi yang bertujuan menciptakan atmosfer ketakutan terhadap ancaman asteroid untuk menjadi strategi efektif demi mengamankan anggaran besar bagi NASA, Space Force, dan perusahaan-perusahaan luar angkasa yang terkait dengan mereka.
Sebagai bukti riil, kita bisa melihat proyek Double Asteroid Redirection Test (DART) yang dikembangkan selama masa kepemimpinan Trump. Proyek ini, yang bertujuan untuk menguji teknologi pengalihan asteroid, mendapatkan pendanaan besar dengan alasan perlunya sistem pertahanan planet yang lebih kuat.
Narasi yang digunakan dalam kampanye DART sangat mirip dengan yang sekarang muncul dalam diskursus mengenai YR4: Bumi berada dalam bahaya, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkannya adalah dengan meningkatkan investasi di bidang pertahanan antariksa. Dengan kata lain, skenario ancaman asteroid telah digunakan sebelumnya sebagai justifikasi untuk mendanai program-program luar angkasa, dan tampaknya pola ini bisa saja kembali digunakan dengan kemunculan YR4.
Lantas, bagaimana kita seharusnya menanggapi perkembangan isu ini?

Belajar dari Sejarah?
Ketakutan massal yang diciptakan oleh isu asteroid ini memiliki kemiripan dengan fenomena Nuclear Fever selama Perang Dingin.
Kala itu, masyarakat AS dan dunia dipaksa percaya bahwa perang nuklir dengan Uni Soviet adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat. Hasilnya? Anggaran pertahanan meningkat drastis, proyek-proyek militer seperti pembangunan bunker dan pengembangan senjata nuklir terus mendapatkan pendanaan, dan perusahaan-perusahaan terkait industri pertahanan memperoleh keuntungan besar.
Apakah ketakutan akan asteroid YR4 hanya sekadar skenario pengulangan dari strategi yang sama? Jika kita melihat pola yang terus berulang, ada alasan kuat untuk mencurigai bahwa ini adalah bagian dari kampanye sistematis untuk memperkuat legitimasi pendanaan program luar angkasa. Dengan Trump yang berambisi menjadikan AS sebagai penguasa luar angkasa dan NASA yang kini dipimpin oleh seorang miliarder dengan kepentingan bisnis di sektor ini, skenario fearmongering ini tampaknya semakin masuk akal.
Sejarah telah menunjukkan bahwa teknik fearmongering bukanlah hal baru dalam strategi politik, terutama ketika berbicara soal peningkatan anggaran teknologi dan pertahanan. Selama Perang Dingin, pemerintah AS menggunakan ancaman perang nuklir sebagai alat untuk membenarkan pengeluaran besar-besaran di bidang militer dan penelitian teknologi. Kini, skenario serupa tampaknya kembali digunakan, tetapi dengan ancaman yang berbeda: asteroid.
Maka dari itu, masyarakat perlu lebih kritis dalam menanggapi isu semacam ini. Meskipun NASA telah meningkatkan probabilitas tumbukan asteroid 2024 YR4 menjadi 3,1%, sejumlah ilmuwan menekankan bahwa tidak ada alasan untuk panik. Mereka mengharapkan bahwa dengan lebih banyak data, penilaian risiko akan terus berubah dan kemungkinan besar menurun.
David Rankin, seorang insinyur dari Catalina Sky Survey di Universitas Arizona, contohnya mengungkapkan bahwa asteroid ini juga memiliki kemungkinan untuk menabrak Bulan. Jika itu terjadi, dampaknya mungkin bisa dilihat dari Bumi, meskipun tidak akan langsung membahayakan manusia. Selain itu, Gareth Collins, profesor ilmu planet di Imperial College London, meyakini hal yang sama. Menurutnya, material yang terlempar akibat tumbukan kemungkinan besar akan terbakar saat memasuki atmosfer Bumi.
Yang jelas, untuk saat ini tidak ada pihak manapun yang bisa memastikan hasil akhir dari trajektori YR4. Yang pasti, sejarah menunjukkan bahwa ketakutan yang dikendalikan dengan baik selalu menjadi alat politik yang efektif, dan tampaknya teknik ini masih terus digunakan hingga saat ini. (D74)