HomeNalar PolitikApakah PDIP "Terbebani" Megawati?

Apakah PDIP “Terbebani” Megawati?

Belakangan ini video Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri dalam peringatan HUT PDIP pada 10 Januari 2023 kembali viral. Di dalam video tersebut, Megawati tersorot cenderung “merendahkan” Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bila kita merefleksikan ulang, kira-kira, apa yang membuat megawati mampu bersikap seperti itu? 


PinterPolitik.com 

Nama Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri, selalu menjadi salah satu topik menarik dalam diskusi politik. Hal ini mungkin karena Megawati tampak tidak malu-malu  menunjukkan dengan kekuatan politiknya.  

Salah satu contohnya adalah video pidato Megawati pada peringatan HUT PDIP pada 10 Januari 2023, yang menariknya sekarang kembali menjadi viral. Dalam pidato tersebut, Megawati terlihat memberikan sindiran tajam kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Megawati tampaknya memberikan sindiran pedas kepada Jokowi dengan mengatakan, ‘Pak Jokowi itu ya ngono loh, mentang-mentang. Lah iya, padahal Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan juga, duh kasihan dah.'” 

Bukan hanya pidato tersebut, tetapi publik belakangan juga dihebohkan oleh video Megawati yang tampak melempar tangan Jokowi saat turun tangga, sementara ia tetap memegang tangan Ganjar Pranowo.  

Beberapa pihak mengartikan pernyataan dan tindakan ini sebagai unjuk kekuatan dari Megawati. Di depan berbagai pihak dan kamera, Megawati kerap dinilai tampak ingin menegaskan bahwa dirinya adalah politisi yang memiliki kekuatan dan posisi begitu tinggi, termasuk kepada Jokowi. 

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, pernah menginterpretasikan bahwa “Megawati ingin menunjukkan bahwa dirinya memiliki kekuatan yang lebih besar daripada Jokowi.” 

Menariknya, menanggapi hal itu, setelah membaca berbagai liputan, Megawati menolak klaim bahwa dirinya sedang melakukan pertunjukan kekuatan di hadapan Jokowi. Megawati juga menyentuh masalah profesionalisme media dalam melaporkan berita. Menurutnya, pernyataannya sering dipotong dan digunakan sebagai bahan cemoohan. 

Baca juga :  Indonesia First: Doktrin Prabowo ala Mearsheimer? 

“Kalau kemarin saya seperti dicap oleh media, yang ngomong, ‘wah Ibu Megawati mengeluarkan sepertinya menunjukkan kekuatannya.’ Saya memang kuat lho,” ungkap Megawati pada 16 Januari 2023. 

Melihat pernyataan dan sikap Megawati, apakah mungkin kalimat “saya memang kuat lho” tadi jadi justru malah perkuat narasi kekuasaan seputar dirinya?  

Lantas, mengapa Megawati kerap terlihat seperti selalu menunjukkan kekuatannya? 

image 8

Megawati dan Analogi Ibu Suri 

 
Bagi mereka yang tertarik pada komunikasi politik, mungkin mereka akan dengan cepat melihat keanehan dalam pidato Megawati. Dalam tulisan berjudul Euphemism and Political Discourse in the British Regional Press oleh Elicier Crespo-Fernández, misalnya, disebutkan bahwa politisi seharusnya cenderung menggunakan bahasa diplomatis untuk menghindari persepsi negatif. 

Namun, dalam kasus Megawati, apakah pidato dalam video-videonya yang viral justru tidak terlalu diplomatis dan lebih to-the-point? Sebagai seorang politisi senior, mungkin publik berekspetasi bahwa Megawati bisa memperkirakan pidatonya dapat diartikan sebagai upaya menunjukkan kekuatan politik. 

Dengan mempertimbangkan keganjilan tersebut, dari sudut pandang studi psikologi, bisa diandaikan Megawati mungkin terjebak dalam psikologi ibu suri (queen dowager). Dalam sejarah beberapa kerajaan seperti di Tiongkok dan Jepang kuno, ratu atau ibu raja memiliki pengaruh politik yang tinggi. Meskipun tidak diakui secara formal dalam hirarki kekuasaan, queen dowager memiliki pengaruh psikologis yang signifikan terhadap sang raja. 

Meskipun Indonesia memang tidak mengadopsi sistem kerajaan, posisi Megawati sebetulnya dapat dianggap sebagai queen dowager saat ini. Megawati beberapa kali menggunakan istilah “petugas partai” untuk merujuk kepada Presiden Jokowi. Berkaitan dengan itu, dalam banyak kasus sejarah, kekuatan yang besar sering membuat queen dowager kehilangan sensitivitasnya, dan sering mengatakan sesuatu yang sifatnya cenderung sewenang-wenang. 

Baca juga :  Pemimpin Jakarta Pilihan Netizen Pinpol

Lantas, apakah memang mungkin kekuatan politik yang besar membuat Megawati tidak sadar dengan dampak dari pernyataan-pernyataan politiknya? 

image 9

Megawati Sebetulnya Tidak Tahu? 

William Pitt the Elder, bangsawan Inggris abad ke-18, pernah mengatakan: ”Unlimited power is apt to corrupt the minds of those who possess it”. Kekuatan yang besar bisa “kontaminasi” pola pikir seseorang yang pernah merasakannya. 

Dalam konteks Megawati, apabila kita mengamati ekspresi dan ucapan beliau dalam berbagai pidato, dapat dianggap bahwa hipotesis tentang terjerumus dalam psikologi ibu suri mungkin cukup meyakinkan. Sebagai pemimpin dari partai petahana yang besar, Megawati bisa jadi merasakan kekuasaan yang luar biasa. 

Dengan memegang 128 kursi di DPR RI, PDIP menjadi satu-satunya partai yang bisa mencalonkan capres-cawapres tanpa bergabung dalam koalisi. Dengan seberapa besar pengaruh tersebut, sesuai dengan pernyataan, tidak mengherankan jika Megawati merasa tidak terkalahkan. Ini juga mungkin yang melatarbelakangi pernyataannya tentang Jokowi di dalam video-video yang viral tadi. 

Umumnya, semakin besar pengaruh seseorang, semakin rendah kesadaran mereka terhadap batasan. Kekhawatiran untuk melakukan kesalahan akan semakin berkurang. Dalam pikiran Megawati, mungkin saja ia hanya menganggap bahwa dirinya sedang memberikan pidato biasa. 

Sebagai penutup, bila asumsi ini benar, maka kita pun bisa menduga bahwa mungkin saja PDIP saat ini berada dalam situasi kepemimpinan yang cukup “vulnerable”. Seperti yang diketahui, PDIP adalah partai yang sangat ditentukan oleh keputusan Megawati, namun, bila Megawati berada dalam kondisi ibu suri, tentu muncul pertanyaan menarik: apakah PDIP saat ini berada di jalur politik yang tepat dalam menyambut 2024? (D74) 

spot_imgspot_img

#Trending Article

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Dengarkan artikel ini: Dibuat dengan menggunakan AI. Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok...

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

More Stories

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

Tidak Salah The Economist Dukung Kamala?

Pernyataan dukungan The Economist terhadap calon presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, jadi perhatian publik soal perdebatan kenetralan media. Apakah keputusan yang dilakukan The Economist benar-benar salah?