HomeHeadlineAnies Paling Diuntungkan Kisruh PDIP-Jokowi?

Anies Paling Diuntungkan Kisruh PDIP-Jokowi?

Pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin (AMIN) kiranya akan menjadi pihak yang paling diuntungkan dari kisruh yang terjadi antara PDIP dan Presiden Jokowi terkait majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo Subianto. Namun, apakah pasangan AMIN dapat mengambil keuntungan dari situasi tersebut dan memenangkan pilpres?


PinterPolitik.com

Polemik terkait majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto tampaknya akan membawa keuntungan bagi salah satu pasangan capres-cawapres.

Hal itu terjadi karena polemik majunya Gibran menjadikan perpecahan antara loyalis PDIP dan loyalis Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Para loyalis PDIP melihat adanya pengkhianatan dari keluarga Jokowi, termasuk Gibran terhadap partai yang telah membesarkannya.

Sementara, bagi para pendukung Jokowi melihat itu adalah hal yang wajar karena adanya dinamika politik, dan PDIP tidak bisa mengakomodir Gibran ikut dalam kontestasi Pilpres 2024.

Dengan adanya tensi politik yang meninggi antara kubu Gibran ataupun Jokowi dengan PDIP, membuat pasangan lainnya, yakni Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin (AMIN) dapat mengambil keuntungan untuk mendulang dukungan.

anies cak imin menang satu putaran.jpg

Pasangan AMIN kiranya akan menjadi pihak yang paling di untungkan. Ini dikarenakan dengan adanya peseteruan antara PDIP dan Jokowi ini kiranya akan membawa dampak  ke pertarungan Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran.

Sejak penunjukkan Gibran sebagai cawapres Prabowo, pertarungan terbuka sudah mulai terjadi antara kubu PDIP yang mendukung Ganjar dan kubu Jokowi yang mendukung Prabowo.

Meskipun melihat hasil survey saat ini pasangan AMIN selalu dibawah pasangan Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud, bukan tidak mungkin dengan adanya polemik dan berbagai drama yang terjadi antara Jokowi dan PDIP membuat pasangan AMIN dapat membalikkan keadaan.

Hal ini terjadi karena kubu Prabowo-Gibran akan berkutat dengan isu politik dinasti yang sejak awal menyerang mereka.

Sementara, kubu Ganjar-Mahfud tampaknya akan berkutat dengan permasalahan soliditas internal. Hal ini karena tidak dapat dipungkiri pengaruh Jokowi dalam internal PDIP atau efeknya terhadap partai berlambang banteng moncong putih itu masih cukup besar.

Baca juga :  Effendi Simbolon: Membelah Laut “Merah”?

Lantas, mengapa pasangan AMIN akan diuntungkan dengan adanya perseteruan kubu Prabowo dan Ganjar?

Tak Dapat Rintangan Besar

Pertarungan antara kubu Ganjar dan kubu Prabowo membuat pasangan AMIN seakan terlupakan dan tidak dianggap dari kontestasi Pilpres 2024.

Tapi, tampaknya justru itu yang membuat adanya keuntungan bagi pasangan yang diusung oleh Partai NasDem dan PKS ini.

Sebagaimana peryataan yang diungkapkan oleh Sun Tzu dalam bukunya The Art of War, “kenali musuh dan dirimu, maka dalam seratus peperangan kita tidak akan pernah dalam bahaya.”

Pasangan AMIN kiranya akan mendapat keuntungan dari perseteruan antara Jokowi dan PDIP yang secara langsung atau tidak langsung melibatkan kubu Ganjar dan kubu Prabowo.

Mereka tampaknya tidak akan kehabisan energi sebelum pertempuran sesungguhnya, yakni masa kampanye dimulai.

Berbanding terbalik dengan kubu Ganjar dan kubu Prabowo yang seolah totalitas menghabiskan energi untuk menyerang satu sama lain, padahal masa kampanye resmi belum dimulai.

Justru, pasangan AMIN kiranya dapat mengamati mana kelemahan kedua pasangan lain tersebut tanpa ikut serta dalam pertempuran dan terlalu menghabiskan energi.

Dengan mengetahui segala lawan politiknya tersebut pasangan AMIN dapat mengkonsolidasikan kondisi internal mereka sembari menyiapkan amunisi jelang pertempuran sesunggunya.

Atas dasar itu, pasangan ini akan memiliki energi dan kesempatan lebih dibandingkan kedua lawannya yang sudah mencurahkan energinya di saat peperangan belum dimulai.

Kembali, bukan tidak mungkin ini akan membawa pasangan AMIN yang selama ini seolah tak dianggap dan dipandang sebelah mata menghadapi Pilpres 2024 dapat memberi persaingan yang cukup berarti bagi kedua pasangan calon (paslon) lainnya.

janji anies untuk sumatera utara

Dapat Memberi Efek Kejut

Berbagai hasil survey selalu menempatkan pasangan AMIN dalam posisi terbawah. Sedangkan, dua teratas selalu ditempati pasangan Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud dengan margin yang cukup tipis.

Meskipun begitu, masih ada waktu untuk pasangan AMIN untuk merubah jalannya pertandingan Pilpres 2024, mengingat kampanye resmi belum dilakukan.

Baca juga :  Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Ini menjadikan pasangan AMIN bisa dikatakan sebagai kuda hitam dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang.

Kuda hitam dalam politik merujuk pada kandidat atau partai politik yang muncul secara tiba-tiba dan sukses dalam kontes pemilihan, seringkali melewati ekspektasi atau prediksi sebelumnya.

Fenomena ini dapat disebabkan oleh faktor seperti ketidakpuasan terhadap kandidat utama, perubahan situasi politik, atau strategi kampanye yang efektif. Kuda hitam seringkali menjadi sorotan karena keberhasilan mereka yang tidak terduga.

Robert McNamara dalam tulisannya yang berjudul Dark Horse Cadidate: Origin of The Political Term menjelaskan jika istilah kuda hitam sebenarnya muncul dari pacuan kuda.

Robert juga menjelaskan istilah ini adalah pelatih dan joki berusaha untuk kuda yang sangat cepat sebisa mungkin tidak terlihat oleh publik.

Dengan melatih kuda tersebut “dalam kegelapan”, mereka dapat mengikutsertakannya dalam pacuan dan memasang taruhan yang sangat menguntungkan.

Terkait dengan pasangan AMIN, dengan banyaknya drama politik dan munculnya berbagai ketidakpuasan publik terhadap kondisi politik nasional saat ini yang banyak menyoroti perseteruan Jokowi-PDIP, kiranya hal ini membuat mereka seolah tidak terlihat oleh publik.

Hal ini tampaknya membuat pasangan AMIN akan diuntungkan karena mereka akan terus mempersiapkan diri dengan matang jelang pertarungan pilpres tanpa terganggu isu yang kiranya akan menyerang mereka.

Namun, semua ini tergantung dengan strategi kampanye yang efektif untuk dapat membuat pasangan AMIN memberi persaingan yang sengit atau bahkan menyalip kedua pasangan lainnya.

Hal itu pernah dilakukan Anies ketika Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 lalu, Anies yang selalu menempati posisi ketiga dalam survey menjelang Pilgub tetapi pada akhirnya dia berhasil memenangkan Pilgub DKI Jakarta.

Well, menarik untuk ditunggu apakah pasangan AMIN dapat menjadi kuda hitam dalam Pilpres 2024 dan Anies akan mengulang kejadian di Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu. (S83)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri hingga kini belum terlihat ikut langsung dalam kampanye Pilkada. Kira-kira apa alasannya? 

Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ramai-ramai bicara soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang disertai dengan protes di media sosial, tiba-tiba juga ramai pula banyak akun men-share kembali kasus lama soal nama dua pejabat publik – Airlangga Hartarto dan Luhut Pandjaitan – yang di tahun 2021 lalu disebut dalam Pandora Papers.

“Sekolam” Ahok, Kesaktian Anies Luntur?

Keputusan Anies Baswedan meng-endorse Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 memantik interpretasi akan implikasi politiknya. Utamanya karena Anies pada akhirnya satu gerbong dengan eks rivalnya di 2017 yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan PDIP serta tendensi politik dinasti di dalamnya, termasuk yang terjadi pada Pramono.

Siasat Prabowo Akui Sengketa LCS

Pemerintahan Prabowo disorot karena ‘akui’ klaim tumpang tindih LCS dalam joint statement Tiongkok. Mungkinkah ada siasat strategis di baliknya?

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

More Stories

Ketua DPR, Golkar Lebih Pantas? 

Persaingan dua partai politik (parpol) legendaris di antara Partai Golkar dan PDIP dalam memperebutkan kursi Ketua DPR RI mulai “memanas”. Meskipun secara aturan PDIP paling berhak, tapi beberapa pihak menilai Partai Golkar lebih pantas untuk posisi itu. Mengapa demikian?

Anies “Alat” PKS Kuasai Jakarta?

Diusulkannya nama Anies Baswedan sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta oleh PKS memunculkan spekulasi jika calon presiden (capres) nomor urut satu ini hanya menjadi “alat” untuk PKS mendominasi Jakarta. Benarkah demikian?

Pemilu 2024, Netralitas Jokowi “Diusik” PBB? 

Dalam sidang Komite Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, anggota komite Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan netralitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait lolosnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto. Lalu, apa yang bisa dimaknai dari hal itu?