HomeNalar PolitikAnies-AHY: Ideal Lawan Jokowi?

Anies-AHY: Ideal Lawan Jokowi?

Wacana pasangan Anies-AHY tiba-tiba mengemuka untuk Pilpres 2019. Bagaimana peluang pasangan ini?


PinterPolitik.com

[dropcap]K[/dropcap]ocok lagi kocok lagi. Mungkin itu yang terus-menerus dilakukan kelompok oposisi untuk menemukan komposisi lawan yang tepat bagi kandidat petahana Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sudah banyak nama berseliweran di telinga masyarakat, namun hingga saat ini belum ada yang terealisasi. Apalagi, koalisi mereka sendiri belum resmi terbentuk.

Kocok ulang formasi capres-cawapres memang sangat wajar dilakukan mereka. Menentukan komposisi pasangan terbaik jelas bisa mempengaruhi peluang kemenangan kelompok ini. Terlebih, Jokowi sebagai petahana tampak sangat kuat dan berpeluang besar kembali menang.

Belakangan, beredar isu munculnya formasi terbaru dari kelompok oposisi. Dikabarkan, pasangan Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) disiapkan empat partai untuk menjadi lawan Jokowi. Pasangan ini sendiri diperkirakan merupakan tindak lanjut dari pertemuan dua pimpinan partai, yaitu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Jika benar pasangan tersebut yang diajukan, bagaimana peluang mereka melawan Jokowi sebagai petahana? Mungkinkah pasangan tersebut memberi kejutan? Lalu bagaimana dengan nasib Prabowo yang kerap disodorkan sebagai kandidat utama kelompok oposisi?

Wacana Anies-AHY

Wacana tentang pasangan Anies-AHY sebenarnya bukan pertama kali berhembus. Isu tersebut pernah berseliweran di media sosial, terutama di tengah gerilya PKS menawarkan nama Anies sebagai capres. Kala itu, PKS tertarik pada opsi tersebut sebagai alternatif, yakni lewat pasangan Anies-Ahmad Heryawan.

Di luar PKS, wacana serupa pernah dikembangkan oleh elite-elite Demokrat. Disebutkan bahwa beberapa kader Demokrat menilai pasangan ini bisa menjadi opsi bagi mereka, tetapi masih menunggu rekan koalisi. Partai-partai seperti PKS, PAN, PKB, dan Gerindra saat itu dilirik untuk mewujudkan pasangan tersebut.

Anies-AHY

Demokrat mengibaratkan pasangan Anies-AHY sebagai SBY-Jusuf Kalla (JK) jilid II. Mereka menyebut bahwa jika pasangan tersebut bisa bertarung, maka akan ada reuni SBY-JK seperti di Pilpres 2004. Meski begitu, saat itu tidak ada titik temu di antara partai-partai oposisi, sehingga opsi Anies-AHY kembali mentah.

Kini, wacana itu berhembus kembali. Justru politisi PDIP Effendi Simbolon-lah yang menjadi pembocor bahwa pasangan Anies-AHY disiapkan kelompok oposisi. Menurut penuturan Effendi, ada empat partai yang sepakat untuk mengusung pasangan tersebut, meski tidak merinci partai apa saja.

Sejauh ini, memang belum ada deklarasi resmi baik dari Anies-AHY maupun dari partai-partai yang diisukan akan mengusung. Meski begitu, jika diperhatikan, pasangan ini bisa menjadi opsi yang menarik untuk ditandingkan dengan Jokowi sebagai petahana.

Berdasarkan survei yang dirilis oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, pasangan Anies-AHY memang tergolong pasangan yang dianggap bisa bersaing dengan Jokowi. Hal ini terutama jika dibandingkan dengan opsi pasangan yang belakangan sedang dirumorkan, yaitu Prabowo-AHY.

Dalam survei tersebut, pasangan Anies-AHY mendapat perolehan suara responden sebesar 33,4 persen. Angka tersebut lebih besar dari raihan Prabowo-AHY yang hanya sebesar 12,3 persen. Perolehan suara Anies-AHY juga masih lebih besar jika dibandingkan dengan Prabowo-Anies yang mendapat 19,6 persen.

Baca juga :  Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Menurut survei tersebut, Anies-AHY adalah salah satu pasangan yang berpotensi menjadi penantang kuat Jokowi. Oleh karena itu, potensi pasangan ini tidak bisa dianggap remeh.

Unggul Atas Prabowo?

Pasangan Anies-AHY dalam beberapa aspek memang dapat dikatakan memiliki keunggulan khusus jika dibandingkan dengan Prabowo. Oleh karena itu, bisa saja hasil survei yang dirilis oleh LSI Denny JA tersebut memang mendekati kenyataan.

Anies dan AHY misalnya dianggap sebagai pasangan yang segar jika dibandingkan dengan Prabowo. Hal ini diungkapkan oleh politisi PKS Mardani Ali Sera. Menurutnya, pasangan ini menggambarkan generasi muda yang siap menghadapi masa depan.

Keunggulan politisi muda seperti Anies dan AHY ini disebutkan misalnya oleh Alberto Alesina dari Harvard University. Ia menyebut tiga alasan politisi muda lebih unggul ketimbang politisi tua. Pertama, mereka memiliki karier yang lebih panjang sehingga memiliki kekhawatiran akan masa depan karier. Kedua, mereka cenderung adaptif dengan kebijakan jangka panjang. Terakhir, mereka lebih produktif dalam bekerja.

Kondisi ini membuat mereka cenderung lebih strategik dalam menentukan langkah politik mereka. Mereka akan sangat berhati-hati demi masa depan karier politik mereka. Hal ini berbeda dengan Prabowo yang berada di usia jauh lebih matang ketimbang Anies dan AHY. Sikap strategik Anies-AHY dapat membuat mereka lebih unggul daripada Prabowo saat menghadapi Jokowi.

Anies-AHY dapat mengikuti gelombang kemenangan pemimpin muda dunia. Kemenangan Emmanuel Macron di Prancis dan Justin Trudeau di Kanada bisa saja mereka ikuti. Apalagi, belakangan ada kandidat muda mengejutkan yaitu Alexandria Ocasio-Cortez yang mengalahkan petahana dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat di New York untuk kursi Kongres. Bisa saja Anies-AHY terbawa euforia kejutan yang dibawa Ocasio-Cortez.

Kedua pasangan ini juga disebut-sebut bisa membawa momentum dari Pilgub DKI Jakarta 2017. Keduanya memang pernah bertarung di ajang level provinsi tersebut. Pentingnya momentum politik ini diungkapkan misalnya oleh Patrick J. Kenney dan Tom W. Rice. Prabowo dalam konteks ini, tidak memiliki momentum setinggi AHY, apalagi Anies.

Tidak hanya sekadar bertarung, Anies bahkan berhasil memenangkan pertarungan tersebut meski tidak diunggulkan. Anies sudah memiliki rekam jejak defying the odds atau melawan kemungkinan di pesta demokrasi Jakarta 2017. Bagi pasangan Anies-AHY, melawan kemungkinan akan lebih mudah ketimbang Prabowo yang berkali-kali ditimpa nasib sial kala mengikuti pemilihan.

Tidak hanya momentum kemenangan yang bisa diraih oleh pasangan Anies-AHY dari gelaran Pilgub Jakarta 2017. Mereka juga dapat menjaga nuansa politik Islam yang sangat kentara di pesta demokrasi tersebut. Sosok Anies dapat dianggap sebagai representasi kelompok Islam yang lebih mumpuni ketimbang Prabowo.

Baca juga :  Rahasia Kesaktian Cak Imin-Zulhas?

Momentum menasionalnya isu politik Islam ini dikemukakan misalnya oleh Marcus Mietzner dari Australia National University. Secara khusus, Anies dalam pandangan Mietzner dianggap sebagai sosok yang dekat dengan kalangan Islam garis keras. Hal ini membuat ia dapat lebih mudah meraup suara dari golongan tersebut.

Pasangan Anies-AHY juga dapat mendapat keuntungan karena memadukan dua unsur tradisional di negeri ini yaitu pasangan sipil dan militer. Hal ini jelas lebih menguntungkan untuk dijual ketimbang pasangan Prabowo-AHY yang sama-sama berasal dari unsur militer.

Pasangan ini kemudian menguatkan nuansa nasionalis-religius yang menjadi dua kutub utama politik di negeri ini. Anies menjadi representasi kelompok Islam, sementara AHY bisa menjadi corong bagi kelompok nasionalis. Di atas kertas, pasangan ini adalah paduan yang sempurna ketimbang opsi pasangan Prabowo-AHY.

Keunggulan Anies atas Prabowo juga karena Anies saat ini adalah buah bibir masyarakat dan media. Nyaris setiap hari nama Gubernur Jakarta tersebut menghiasi pemberitaan media dan pembicaraan masyarakat. Bisa dikatakan Anies lebih sering hadir di depan masyarakat ketimbang Prabowo melalui kondisi tersebut.

Kiprah Anies sebagai seorang gubernur membuat ia dapat lebih banyak lampu sorot ketimbang Prabowo. Apalagi, ia adalah gubernur ibukota yang paparan medianya jauh lebih besar ketimbang provinsi-provinsi lain. Dibandingkan Prabowo yang jarang turun gunung, nama Anies jelas lebih banyak hadir di telinga masyarakat.

Di luar faktor-faktor itu, pasangan Anies-AHY juga berpotensi lebih mudah dijual jika harus bersinggungan dengan dunia internasional. Baik Anies maupun AHY memiliki citra yang cukup baik di mata dunia internasional ketimbang Prabowo. Hal ini membuat mereka bisa saja lebih mudah mendapat restu dari negara lain saat Pemilu dan menjalankan pemerintahan.

Anies dalam sebuah dokumen  yang dibocorkan oleh Wikileaks juga disebut-sebut sebagai sahabat baik Amerika Serikat (AS). Sementara itu, AHY adalah jebolan berbagai pendidikan militer negeri Paman Sam tersebut. Bisa saja, pasangan ini lebih mudah direstui Washington ketimbang Prabowo yang belakangan ditimpa isu tak sedap dari negeri tersebut.

Pasangan ini juga bisa memecah ikatan tertentu yang ada di kubu Jokowi. Anies diberitakan memiliki kedekatan khusus dengan wapres Jokowi saat ini, yaitu JK. Anies dapat mengalihkan dukungan salah satu patron politik paling tersohor negeri ini ke kubu mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Anies sedikit memiliki keungggulan jejaring ketimbang Prabowo.

Tentu semua ini hanya sebatas kemungkinan. Akan tetapi, Anies-AHY bisa saja memang lebih seksi untuk dijual ketimbang Prabowo. Pendaftaran Pilpres masih menyisakan hitungan hari, sehingga semuanya masih bisa terjadi. (H33)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

More Stories

Membaca Siapa “Musuh” Jokowi

Dari radikalisme hingga anarko sindikalisme, terlihat bahwa ada banyak paham yang dianggap masyarakat sebagai ancaman bagi pemerintah. Bagi sejumlah pihak, label itu bisa saja...

Untuk Apa Civil Society Watch?

Ade Armando dan kawan-kawan mengumumkan berdirinya kelompok bertajuk Civil Society Watch. Munculnya kelompok ini jadi bahan pembicaraan netizen karena berpotensi jadi ancaman demokrasi. Pinterpolitik Masyarakat sipil...

Tanda Tanya Sikap Gerindra Soal Perkosaan

Kasus perkosaan yang melibatkan anak anggota DPRD Bekasi asal Gerindra membuat geram masyarakat. Gerindra, yang namanya belakangan diseret netizen seharusnya bisa bersikap lebih baik...