Apakah arah pergerakan para alumni 212 bernuansa politis dan mungkinkah cocok untuk menjadi partai politik?
PinterPolitik.com
[dropcap]B[/dropcap]icara soal aksi 212, tapi tak ada sangkut pautnya dengan Wiro Sableng ya? Karena ini berkaitan dengan aksi yang dilakukan oleh sejumlah umat Islam di Jakarta pada 2 Desember tahun lalu. Aksi yang konon katanya bertujuan untuk ‘membela Islam’ tersebut, diduga sarat dengan unsur politis.
Hal ini turut dibenarkan Pak Karyono Wibowo, Direktur Indonesia Public Institute (IPI) ini menjelaskan bahwa manuver yang dilakukan oleh para alumni 212 ada nuansa politiknya. Katanya organisasi keagamaan, kok malah merempet ke politik? Aneh bin ajaib ya.
Pengamat Ini Sarankan Presidium Alumni 212 Bermetamorfosa Jadi Partai Politik – https://t.co/BKx2Xv3T0l
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) December 3, 2017
Ada beberapa indikator untuk menjelaskan pernyataan tersebut. Yang pertama, mengenai aksi 212 tahun lalu dinilai memiliki tujuan politis untuk menumbangkan Ahok. Apalagi dilaksanakan menjelang Pilgub DKI Jakarta.
Hal ini ditandai dengan munculnya jargon yang menganjurkan agar jangan memilih kepala daerah yang diusung oleh partai pendukung penista agama. Jargon tersebut beredar luas di twitter.
Sayang sekali ya, kok media sosial sekelas twitter dipakai untuk menyebar fitnah dan ujaran kebencian. Mungkinkah ini yang menyebabkan burung di twitter lebih kurus dari burung travel*** ya?
Yang kedua, mereka juga mem-viral-kan ungkapan jangan pilih presiden dan partai pengusung presiden yang mendukung penista agama. Bukankah ini dialamatkan kepada Pakde Joko dan Partai koalisinya?
Yang ketiga, ada pernyataan dari pembina presidium alumni 212, Kapitra Ampera. Ia dengan tegas mengatakan bahwa gerakan 212 adalah gerakan real politik, untuk menumbuhkan kesadaran politik.
Lha katanya acara keagamaan, kok malah dikaitkan dengan politik sih? Ini nih yang aneh nih. Emang ada agama yang ngajarin untuk berpolitik? Bukankah politik dan agama itu dua hal yang berbeda?
Dugaan bahwa aksi Reuni Alumni 212 merupakan gerakan politik bukanlah isapan jempol https://t.co/12e5zUbsDd
— Saya Indonesia (@_PeduliBangsa_) December 2, 2017
Mungkin ada baiknya agar para alumni 212 menjadi partai politik atau menjadi underbow partai politik aja ya. Biar jelas dan fokus untuk memperjuangkan aspirasi umat Islam melalui saluran demokrasi yang sudah diatur oleh konstitusi. Bukankah itu lebih bijak? Biar nggak ada lagi kesan atau tendensi memakai nama Islam untuk kepentingan politik. (K-32)