HomeHeadlineAkar Rumput PBB Modal Yusril Cawapres?

Akar Rumput PBB Modal Yusril Cawapres?

Munculnya nama Yusril Ihza Mahendra sebagai salah satu kandidat cawapres Prabowo Subianto dinilai berkat dukungan akar rumput PBB yang kuat dan solid di beberapa daerah seperti Sumatera Barat, Aceh, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan.


PinterPolitik.com

Semakin dekatnya batas waktu pendaftaran pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 membuat para bakal calon presiden (bacapres) harus segera menentukan sosok yang akan mendampingi mereka.

Salah satu kandidat bacapres yang belum menentukan sosok pendampingnya dalam Pilpres 2024 adalah Prabowo Subianto.

Muncul beberapa nama yang kemudian dinilai cocok untuk mendampingi Prabowo, salah satunya adalah Ketua Umum (Ketum) PBB Yusril Ihza Mahendra.

Dia merupakan seorang politisi dan ahli hukum tata negara yang kiprahnya sudah diakui secara nasional maupun internasional.

Sejatinya, sosok Yusril sendiri bukanlah sosok yang asing bagi Prabowo, dia pernah menjadi saksi ahli tim Prabowo-Hatta dalam sengketa Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi (MK).

infografis yusril cawapres prabowo

Yusril yang dinilai dekat dengan kelompok Islam dan dapat diterima oleh berbagai kalangan kiranya dapat membantu meningkatkan elektabilitas dan perolehan elektoral Prabowo Subianto yang sebelumnya sempat dianggap “membelot” ke kubu Jokowi.

Faktor lainnya, Prabowo yang digambarkan sebagai sosok nasionalis dinilai membutuhkan sosok pendamping yang dekat dengan kelompok Islam, dan kriteria itu tampaknya ada di sosok Yusril Ihza Mahendra.

Mantan Mensesneg ini selain dikenal sebagai praktisi hukum, memang juga dikenal sebagai sosok yang cukup mewakilkan kelompok Islam.

Lahir dari keluarga yang memiliki keterkaitan dengan Partai Masyumi, tujuan Yusril mendirikan PBB adalah untuk meneruskan nilai-nilai Masyumi.

Basis Akar Rumput Kuat

Meskipun bukan sebuah partai yang lolos ke Senayan, PBB dinilai mempunyai basis massa akar rumput yang cukup kuat di berbagai daerah.

Baca juga :  Bandara Kedua Bali: Prabowo Tepati Janji?

Hal ini terlihat pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 dimana PBB mempunyai basis suara yang cukup besar di empat provinsi, diantaranya Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan.

Itu diungkapkan oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. “Simbolisasi partai Islam yang bergabung punya basis kuat di Sumbar, Aceh, Jabar, dan Kalimantan Selatan,” ujar Hasto pada 29 Januari 2019.

Hal ini tampaknya juga disebabkan adanya budaya patron klien atau kepatuhan politik yang dianut oleh para santri kepada para ulama dan kiai yang dianggap menjadi panutannya dan kemudian bertransformasi menjadi dukungan elektoral.

Sebenarnya, kepatuhan politik ini tidak hanya berlaku pada santri, kelompok masyarakat lain yang juga menghormati ulama, kiai, dan tokoh masyarakat kiranya juga akan memiliki tendensi yang sama akan kepatuhan politik.

Hal ini terlihat dari beberapa dukungan terhadap Yusril dari berbagai ulama, kiai, dan tokoh masyarakat.

Belum lama ini, sebanyak 113 Ninik Mamak dan pemangku adat dari 18 kabupaten dan kota se-Sumatera Barat menggelar konsolidasi pemenangan PBB dan mendorong Yusril untuk menjadi cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.

Selain itu, muncul juga dukungan dari tokoh masyarakat Aceh Prof. Muhammad Siddiq Armia yang juga merupakan Guru Besar UIN Ar Raniry Banda Aceh.

Berbagai dukungan dari para tokoh masyarakat itu kiranya dapat menjadi basis massa yang berarti bagi dukungan elektoral untuk PBB dan Yusril jika menjadi cawapres Prabowo nantinya.

Dengan berbagai dukungan modal sosial itu, kiranya akan dikonversi menjadi sebuah modal politik yang sangat berarti bagi Yusril.

Bahkan, modal sosial lainnya datang dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sudah secara terang-terangan mendukung Yusril jika maju dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang.

Baca juga :  Hype Besar Kabinet Prabowo

Hal ini disampaikan Jokowi saat berpidato dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai PBB di Kelapa Gading, Jakarta 11 Januari 2023.

Dukungan ini merupakan modal penting bagi Yusril, mengingat restu Jokowi tersebut akan mempengaruhi elektabilitasnya untuk bersaing dengan kandidat lain.

infografis makin terang yusril cawapres prabowo1

Kunci Kemenangan Pilpres

Persaingan bursa cawapres untuk menjadi pendamping Prabowo terbilang alot. Dalam Pilpres 2024 kali ini tampaknya menjadi momentum bagi nama Yusril Ihza Mahendra patut diperhitungkan sebagai cawapres Prabowo.

Itu juga diungkapkan oleh pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin. “Pilpres 2024 adalah momentum Yusril untuk menjadi cawapres,” ungkapnya pada 14 September 2024.

Sosok Yusril bisa menjadi “kepingan puzzle”pendamping yang bisa melengkapi Prabowo Subianto.

Yusril bisa dianggap sebagai win-win solutions bagi koalisi partai besar gagasan Prabowo jika perundingan koalisi parpol tersebut menemui deadlock.

Setelah pada pilpres sebelumnya menjadi pendukung atau juru kampanye para capres dan cawapres, Pilpres 2024 nampaknya memang merupakan waktu yang tepat untuk Yusril bisa melangkah lebih jauh dalam dunia politik nasional. 

Dengan segala pengalaman panjang yang dimiliki Yusril, dia tampak lebih siap jika maju dalam bursa persaingan kandidat di Pilpres kali ini.

Yusril sendiri pernah nyaris mencalonkan diri sebagai capres pada 1999, ketika masa transisi Orde Baru (Orba) ke era reformasi. Namun, hal itu urung terjadi karena dirinya diminta mundur oleh berbagai tokoh.

Well, menarik untuk melihat sejauh mana modal yang dimiliki Yusril dapat menjadikannya dipilih untuk menjadi pendamping Prabowo Subianto. (S83)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri hingga kini belum terlihat ikut langsung dalam kampanye Pilkada. Kira-kira apa alasannya? 

Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ramai-ramai bicara soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang disertai dengan protes di media sosial, tiba-tiba juga ramai pula banyak akun men-share kembali kasus lama soal nama dua pejabat publik – Airlangga Hartarto dan Luhut Pandjaitan – yang di tahun 2021 lalu disebut dalam Pandora Papers.

“Sekolam” Ahok, Kesaktian Anies Luntur?

Keputusan Anies Baswedan meng-endorse Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 memantik interpretasi akan implikasi politiknya. Utamanya karena Anies pada akhirnya satu gerbong dengan eks rivalnya di 2017 yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan PDIP serta tendensi politik dinasti di dalamnya, termasuk yang terjadi pada Pramono.

Siasat Prabowo Akui Sengketa LCS

Pemerintahan Prabowo disorot karena ‘akui’ klaim tumpang tindih LCS dalam joint statement Tiongkok. Mungkinkah ada siasat strategis di baliknya?

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Anies Di-summon PKS!

Ahmad Syaikhu in a battle against Dedi be like, “I summon Anies Baswedan!”  #Anies #AniesBaswedan #PilkadaJawaBarat #AhmadSyaikhu #IlhamHabibie #PKS #pinterpolitik #infografis #politikindonesia #beritapolitik #beritapolitikterkini

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

More Stories

Ketua DPR, Golkar Lebih Pantas? 

Persaingan dua partai politik (parpol) legendaris di antara Partai Golkar dan PDIP dalam memperebutkan kursi Ketua DPR RI mulai “memanas”. Meskipun secara aturan PDIP paling berhak, tapi beberapa pihak menilai Partai Golkar lebih pantas untuk posisi itu. Mengapa demikian?

Anies “Alat” PKS Kuasai Jakarta?

Diusulkannya nama Anies Baswedan sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta oleh PKS memunculkan spekulasi jika calon presiden (capres) nomor urut satu ini hanya menjadi “alat” untuk PKS mendominasi Jakarta. Benarkah demikian?

Pemilu 2024, Netralitas Jokowi “Diusik” PBB? 

Dalam sidang Komite Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, anggota komite Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan netralitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait lolosnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto. Lalu, apa yang bisa dimaknai dari hal itu?