HomeNalar PolitikAHY Lobi Anies Lewat JK?

AHY Lobi Anies Lewat JK?

Di hari ulang tahun Jusuf Kalla (JK) yang ke-81 tahun, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menemui mantan Ketua Umum Partai Golkar tersebut. Apakah AHY tengah melobi JK untuk menjadi cawapres Anies Baswedan?


PinterPolitik.com

Dinamika Koalisi Perubahan terbilang sangat menarik. Salah satu yang paling menarik untuk disorot adalah sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sejak awal Partai Demokrat terlihat “ngotot” mengusung AHY sebagai cawapres Anies Baswedan.

Sebagaimana terlihat, berbagai resistensi menyambut dorongan itu. Banyak pihak bicara soal elektabilitas AHY yang rendah, serta sentimen negatif soal AHY yang belum berpengalaman.

Terlepas dari itu semua, saat ini daya tawar AHY sepertinya tengah menguat. Partai Demokrat disebut tengah dirayu untuk keluar dari Koalisi Perubahan. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (29 April) dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (3 Mei) menemui AHY dan Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor.

AHY disebut ditawari posisi cawapres agar mau keluar dari Koalisi Perubahan. “Ada godaan itu, tapi kami konsisten mendukung Anies Baswedan,” ungkap Jubir Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra.

Ada dua alasan untuk mengatakan daya tawar AHY tengah menguat. Pertama, tanpa Demokrat, Koalisi Perubahan tidak memenuhi presidential threshold. Dibutuhkan 115 kursi untuk mengusung paslon. Gabungan kursi Partai NasDem (59) dan PKS (50) hanya berjumlah 109 kursi.

Kedua, sejauh ini tidak terlihat ada parpol lain yang tertarik bergabung dengan Koalisi Perubahan. Parpol lain sekiranya berhitung dengan hati-hati. Melihat banyaknya sikutan terhadap Koalisi Perubahan, khususnya terhadap Partai NasDem, parpol lain sekiranya tidak ingin mengalami hal serupa.

bisnis surya paloh tergganggu

Momentum Emas AHY

Melihat apa yang terjadi, ini dapat dikatakan sebagai titik lemah Koalisi Perubahan, namun menjadi titik kuat Partai Demokrat, khususnya AHY. Mengutip nasihat Sun Tzu dalam buku The Art of War, menyeranglah bukan ketika kita merasa kuat, melainkan ketika lawan sedang lemah.

Baca juga :  Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Pada konteks hubungan Partai Demokrat dengan Koalisi Perubahan, ini adalah momentum penyerangan yang tepat. Dalam artian, ini adalah momentum untuk mengusung AHY sebagai cawapres Anies. Demokrat misalnya bisa menggertak untuk keluar dari Koalisi Perubahan jika AHY tidak menjadi pilihan. Itu adalah strategi yang bagus.

Tidak berhenti di sana, AHY juga terlihat mengumpulkan dukungan lainnya. Bertepatan dengan hari ulang tahun ke-81 Jusuf Kalla (JK) pada 15 Mei, AHY mengunjungi JK di kediamannya. Selepas pertemuan, JK terlihat memberi sinyal dukungan terhadap AHY.

“Kalau Pak AHY ini pasti mempunyai kemampuan itu (menjadi cawapres),” ungkap JK.

ahy lobi jusuf kalla

JK sang Jembatan

Ada dua alasan utama untuk memperhatikan serius kunjungan AHY ke JK. Pertama, sudah menjadi rahasia umum bahwa JK memiliki hubungan yang kuat dengan Anies. Hubungan itu terjalin sejak di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yang mana JK adalah senior adalah Anies.

Kedua, AHY juga memiliki hubungan yang baik dengan JK. Ketika diterpa usaha kudeta oleh Moeldoko Cs, AHY juga mengunjungi JK kala itu. Banyak yang percaya ketahanan AHY melawan Moeldoko Cs juga karena bantuan JK.

Hubungan baik JK dengan Anies dan AHY membuatnya menjadi pelobi yang sangat tepat. Frank Farnel dalam bukunya Lobbying: Strategies and Techniques of Intervention, mendefinisikan pelobi sebagai pihak yang melakukan intervensi dan dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Kuatnya pengaruh JK, baik secara personal maupun politik, merupakan kekuatan penekan yang mumpuni. Jika benar AHY tengah berusaha melobi Anies melalui JK, mungkin hanya menunggu waktu sampai AHY ditetapkan sebagai cawapres Anies.

Partai Demokrat sekiranya tengah melakukan dua serangan sekaligus. Pertama, mereka menekan Koalisi Perubahan bahwa mereka adalah bagian yang tidak tergantikan. Kedua, dilakukan pendekatan personal dengan menemui sosok yang dekat dengan Anies. (R53)

Baca juga :  The War of Java: Rambo vs Sambo?
spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Beberapa konglomerat menyiratkan “ketakutan” soal akan seperti apa pemerintahan Prabowo bersikap terhadap mereka.

“Parcok” Kemunafikan PDIP, What’s Next?

Diskursus partai coklat atau “parcok" belakangan jadi narasi hipokrit yang dimainkan PDIP karena mereka justru dinilai sebagai pionir simbiosis sosial-politik dengan entitas yang dimaksud. Lalu, andai benar simbiosis itu eksis, bagaimana masa depannya di era Pemerintahan Prabowo Subianto dan interaksinya dengan aktor lain, termasuk PDIP dan Joko Widodo (Jokowi)?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?

Prabowo dan Prelude Gerindra Empire?

Partai Gerindra di bawah komando Prabowo Subianto seolah sukses menguasai Pulau Jawa setelah tiga “mahapatih” mereka, yakni Andra Soni, Dedi Mulyadi, serta Ahmad Luthfi hampir dapat dipastikan menaklukkan Pilkada 2024 sebagai gubernur. Hal ini bisa saja menjadi permulaan kekuasaan lebih luas di Jawadwipa. Mengapa demikian?

Kejatuhan Golkar di Era Bahlil?

Dengan kekalahan Ridwan Kamil dan Airin Rachmi Diany di Pilkada Serentak 2024. Mungkinkah Golkar akan semakin jatuh di bawah Bahlil Lahadalia?

Ridwan Kamil “Ditelantarkan” KIM Plus? 

Hasil tidak memuaskan yang diperoleh pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) dalam versi quick count Pemilihan Gubernur Jakarta 2024 (Pilgub Jakarta 2024) menjadi pertanyaan besar. Mengapa calon yang didukung koalisi besar tidak tampil dominan? 

Prabowo dan Filosofi Magikarp ala Pokémon

Pemerintahan Prabowo Subianto siapkan sejumlah strategi untuk tingkatkan investasi dan SDM. Mungkinkah Prabowo siap untuk “lompat katak”?

Belah PDIP, Anies Tersandera Sendiri?

Endorse politik Anies Baswedan di Pilgub Jakarta 2024 kepada kandidat PDIP, yakni Pramono Anung-Rano Karno justru dinilai bagai pedang bermata dua yang merugikan reputasinya sendiri dan PDIP di sisi lain. Mengapa demikian?

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...