HomeNalar PolitikAhok, Sosok Kejutan 2024?

Ahok, Sosok Kejutan 2024?

LSI Denny JA menggambarkan bahwa bisa ada sosok Mr. X yang mengejutkan dalam bursa Pilpres 2024. Nama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bisa saja menjelma menjadi sosok Mr. X tersebut.


Pinterpolitik.com

Belum kering keringat masyarakat merasakan lelahnya Pilpres 2019, pembicaraan tentang Pilpres 2024 ternyata telah dimulai. Beberapa nama mulai dibicarakan untuk melaju di pesta demokrasi lima tahun mendatang tersebut. Salah satu lembaga survei terkemuka, LSI Denny JA bahkan menyodorkan 15 nama yang bisa masuk bursa capres 2024.

Ada beberapa nama tenar yang masuk ke dalam capres 2024 versi LSI Denny JA. Nama-nama seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan, capres-cawapres 2019 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, hingga Kepala BIN Budi Gunawan masuk ke dalam daftar nama tersebut.

Ada satu hal menarik yang masuk ke dalam capres versi LSI Denny JA. Mereka menyisakan satu tempat untuk “Mr/Ms X” yang saat ini belum teridentifikasi. Lembaga survei tersebut mendeskripsikan Mr/Ms X itu sebagai faktor kejutan yang saat ini belum dibicarakan.

Secara spesifik, lembaga itu menyebutkan satu nama yang bisa menjadi Mr/Ms X tersebut. Adalah mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) nama yang masuk hitungan salah satu lembaga survei terkemuka itu.

Pernyataan tersebut tergolong menarik karena meski sempat meroket, karier politik Ahok seperti terjun bebas pasca dinamika Pilgub DKI Jakarta 2017. Merujuk pada hal tersebut, bagaimana sebenarnya kans Ahok sebagai Mr X ala LSI Denny JA ini?

Menjadi Mr. X

Tidak mudah memang meramal siapa yang akan bertahta sebagai presiden pada 2024. Sejumlah nama memang punya potensi luar biasa, tetapi 2024 masih tergolong lama, sehingga kejutan apapun bisa muncul, termasuk soal Mr X dan Ms X ala LSI Denny JA ini.

Lembaga survei itu mengambil contoh kasus Jokowi di tahun 2014 yang awalnya sama sekali tidak diperhitungkan. Kala itu, Jokowi memang secara karier politik memang belum sematang banyak elite-elite parpol tanah air.

Merujuk pada efek kejut tersebut, LSI Denny JA menilai bahwa sosok Ahok dapat menjelma menjadi Mr. X yang tak terprediksi. Memang, sejauh ini Ahok belum bisa dinilai secara utuh gerak-gerik politiknya akan seperti apa. Pasca menyelesaikan masa hukumannya akibat kasus penistaan agama, Ahok seperti mengambil jarak sejenak dengan dunia politik.

Sejauh ini, belum ada kabar resmi apakah Ahok akan kembali mencoba peruntungannya dalam Pilkada. Belum ada berita pula apakah ia akan ambil bagian di pemerintahan Jokowi jilid II dengan menduduki jabatan menteri.

Baca juga :  2029 "Kiamat" Partai Berbasis Islam? 

Meski demikian bukan berarti mantan Bupati Belitung Timur itu nihil peluang. Ahok sebenarnya tetap berada di hati pendukung fanatiknya. Kebebasannya dari penjara adalah hal yang dinanti-nanti oleh para pendukung tersebut yang berharap Ahok tetap punya karier di dunia politik.

Masih ada waktu selama lima tahun baginya jika ia benar-benar memutuskan menjadi sang Mr. X di tahun 2024. Waktu tersebut bisa saja ia isi dengan aktivitas politik tertentu untuk membangun ulang karier politiknya pasca kasus penistaan agama.

Fenomena Jokowi

Sebagaimana disebut sebelumnya, kemunculan Jokowi di tahun 2014 menjadi gambaran bahwa kejutan masih sangat mungkin terjadi untuk urusan Pilpres. Ahok bisa saja mengalami perjalanan serupa dengan Jokowi jika benar-benar menjadi Mr. X untuk 2024.

Perjalanan Jokowi di 2014 memang tergolong luar biasa. Untuk menggambarkan perjalanan tersebut, Greg Fealy, associate professor dari Australia National University menggunakan istilah Jokowi phenomenon atau fenomena Jokowi. Label yang sama kemudian digunakan oleh akademisi Australia yang lain, yaitu Ross Tapsell.

Tapsell menggambarkan bagaimana Jokowi bisa mengalami lesatan karier, sehingga bisa disebut sebagai sebuah fenomena. Mantan Wali Kota Solo tersebut kala itu menjadi sorotan utama media nasional seiring dengan gayanya yang tak seperti kebanyakan politisi.

AhiAhok butuh fenomena seperti Jokowi jika ingin melaju pada Pilpres 2024 dengan mulus Share on X

Jokowi saat itu muncul sebagai antitesis bagi kebanyakan elite politik tanah air. Ia tampak membumi dan merakyat tak hanya karena latar belakangnya yang non-elite, tetapi juga interaksi intensnya dengan masyarakat yang kerap diliput media. Blusukan yang ia lakukan ketika menjadi gubernur dan wali kota diwartakan secara nasional sehingga ia semakin terkenal.

Hal tersebut dipadukan dengan kebijakannya sebagai pejabat publik yang kerap dianggap reformis bahkan revolusioner. Kebijakan-kebijakan tersebut menjadi bahan pembicaraan tak hanya di media massa, tetapi juga di media sosial.

Berbagai pemberitaan media ini membuat Jokowi begitu populer dan diharapkan bisa melaju di Pilpres 2014, meski namanya tak pernah dibicarakan. Hal ini tergambar dari namanya yang tiba-tiba melesat dalam berbagai survei jelang Pilpres 2014.

Dalam kadar tertentu, Ahok sendiri sebenarnya ikut terbawa dalam arus fenomena Jokowi di tahun 2014 tersebut. Meski begitu, kala itu momentum memang lebih banyak mengarah kepada Jokowi yang melaju pada gelaran Pilpres 2014.

Mencari Sorotan

Fenomena seperti yang terjadi pada Jokowi memang masih sangat mungkin terjadi. Meski demikian, mengulang fenomena tersebut dalam kasus Ahok boleh jadi bukanlah perkara yang benar-benar mudah. Hal ini terkait dengan momentum politik Ahok yang dimiliki saat ini.

Baca juga :  Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Dalam kasus Jokowi, sorotan media tampak menjadi faktor penting yang membuatnya menjadi fenomena nasional. Sementara itu, Ahok saat ini tergolong sulit untuk dipantau akan mendapat sorotan positif media dari sisi mana.

Bagaimanapun, kejadian yang menimpanya selama beberapa waktu terakhir membuat gambaran media dan masyarakat secara umum menjadi tak terlalu maksimal. Memori tentang kasus penistaan agama tetap akan melekat dalam perjalanan hidupnya.

Hal tersebut belum termasuk ganjalan peraturan perundang-undangan yang mensyaratkan seorang capres tak pernah diancam dengan pidana lima tahun atau lebih. Ahok sendiri dalam kasus penistaan agama menjalani hukuman dua tahun penjara. Meski demikian, pasal penistaan agama ini sebenarnya memuat hukuman maksimal lima tahun penjara.

Tak hanya itu, perkara kehidupan pribadinya juga bisa merintangi jalannya menjadi fenomena serupa Jokowi. Perceraiannya dengan Veronica Tan bisa mengubah pandangan masyarakat terutama kelompok perempuan.

Selain itu, Ahok sendiri hingga hari ini belum ada tanda-tanda akan memegang jabatan politik tertentu. Hal ini membuatnya cenderung tak semudah sosok lain dalam memunculkan diri sebagai media darling demi menjadi sang Mr. X. Ahok misalnya tak bisa mengeluarkan kebiasaannya dalam membuat kebijakan menggebrak karena tak punya jabatan. Padahal, hal ini merupakan pembeda dirinya dengan kebanyakan sosok lain.

Jika melihat kasus Jokowi, lonjakan popularitasnya tampak lebih mudah digapai karena ia memiliki jabatan publik. Gerakan seperti blusukan menjadi lebih mudah dilakukan karena ia menjadi gubernur. Merujuk pada hal tersebut, Ahok boleh jadi memerlukan posisi tersendiri agar bisa menjadi Mr.X seperti Jokowi.

Salah satu peluang yang paling realistis boleh jadi adalah bergabung dengan pemerintahan Jokowi dengan menjadi menteri. Sejak dulu, namanya kerap dibicarakan sebagai kandidat kuat menteri dalam negeri. Selain itu, Ahok sendiri pernah mengungkapkan minatnya untuk menjadi Dirjen Bea Cukai.

Di luar itu, ada posisi yang kini tengah dibuka pendaftarannya, yaitu pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Posisi ini tergolong ideal untuk mendapatkan sorotan media dan jadi fenomena seiring dengan maraknya kasus korupsi di negeri ini.

Pada akhirnya, boleh jadi hanya  Ahok yang benar-benar mengetahui apakah 2024 nanti akan menjadi panggungnya untuk meramaikan dunia politik atau tidak. Terlepas dari hal itu, ia tetap memiliki peluang meski saat ini belum terlihat benar-benar lebar. Masih ada waktu panjang untuk membuktikan apakah Ahok akan jadi Mr. X atau tidak. (H33)

 

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Membaca Siapa “Musuh” Jokowi

Dari radikalisme hingga anarko sindikalisme, terlihat bahwa ada banyak paham yang dianggap masyarakat sebagai ancaman bagi pemerintah. Bagi sejumlah pihak, label itu bisa saja...

Untuk Apa Civil Society Watch?

Ade Armando dan kawan-kawan mengumumkan berdirinya kelompok bertajuk Civil Society Watch. Munculnya kelompok ini jadi bahan pembicaraan netizen karena berpotensi jadi ancaman demokrasi. Pinterpolitik Masyarakat sipil...

Tanda Tanya Sikap Gerindra Soal Perkosaan

Kasus perkosaan yang melibatkan anak anggota DPRD Bekasi asal Gerindra membuat geram masyarakat. Gerindra, yang namanya belakangan diseret netizen seharusnya bisa bersikap lebih baik...