Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok akhir-akhir ini kerap berkoar di hadapan publik usai mengundurkan diri dari posisi komisaris utama (komut) Pertamina. Mengapa Ahok bisa jadi ‘senjata rahasia’ Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri?
“It’s my mouth, I can say what I want to say. Yeah, yeah” – Miley Cyrus, “We Can’t Stop” (2013)
Mungkin, mereka yang mendengarkan musik-musik pop Amerika Serikat (AS) dikejutkan dengan perubahan sifat Miley Cyrus sekitar dasawarsa 2010-an. Miley tiba-tiba tampil dengan gaya-gaya penampilan dan lirik lagu yang vulgar.
Bagaimana tidak terkejut? Miley sebelumnya adalah bintang cilik Disney. Penyanyi pop tersebut selalu tampil lugu dan polos layaknya anak penurut.
Namun, kala itu, citra pemberontak dan penantang Miley justru sangat terlihat di banyak video musik dan lagu-lagunya. Di video klip “We Can’t Stop” yang dilis pada tahun 2013, misalnya, Miley yang sebelumnya biasa berambut panjang tampil dengan rambut pendek dan gaya pakaian yang sangat terbuka.
Kevulgaran Miley-pun semakin dia ekspresikan melalui lirik dalam lagu tersebut. Bila kutipan di awal tulisan diterjemahkan, Miley mengatakan, “Ini mulutku. Aku bisa katakan apapun yang aku ingin katakan.”
Perubahan karakter ini mungkin juga terjadi di dunia politik Indonesia baru-baru ini. Bagaimana tidak? Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok tiba-tiba banyak berbicara mengenai politisi-politisi lainnya, khususnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang kini maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk Prabowo Subianto.
Perubahan sikap ini terjadi usai Ahok mengundurkan diri dari jabatannya sebagai komisaris utama (komut) Pertamina beberapa waktu lalu. Usai mundur, Ahok seakan-akan mengatakan, “Ini mulutku. Aku bisa mengatakan apapun yang aku ingin katakan.”
Namun, mengapa Ahok baru muncul sekarang? Peran apa yang dimainkan Ahok menjelang hari-H Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024?
Ahok Adalah Ahok
Sebenarnya, karakter ceplas-ceplos Ahok ini bukanlah hal baru. Sebelum menjadi tahanan, Ahok adalah politikus yang memiliki sifat blak-blakan. Sifat inilah yang membuat Ahok menjadi seorang Ahok.
Keunikan sifat Ahok ini dijelaskan oleh Michael Hatherell dan Alistair Welsh dalam tulisan mereka yang berjudul Rebel with a Cause: Ahok and Charismatic Leadership in Indonesia. Dalam tulisan itu, Hatherell dan Welsh mencoba mengamati gaya komunikasi Ahok.
Ada beberapa hal yang disebutkan. Salah satunya adalah penggunaan kata “Bapak” dalam komunikasi politik Ahok.
Dalam budaya sosial-politik di Indonesia, penggunaan kata “Bapak” digunakan untuk menyapa dengan lebih sopan. Namun, kata ini digunakan Ahok untuk menjelaskan kepemilikan, khususnya kepemilikan terhadap suatu masalah.
Selain itu, penekanan kata pada kepemilikan oleh Ahok ini membuat narasi justru berfokus pada sosok lawannya yang dianggap oleh publik sebagai biang masalah. Ini membuat gaya komunikasi Ahok lebih bersifat langsung (direct) terhadap lawannya.
Selain itu, Ahok juga kerap menggunakan nada dan intonasi tinggi saat berbicara. Ini juga kadang dipenuhi dengan istilah-istilah yang cenderung dianggap kasar dalam budaya masyarakat Indonesia.
Namun, gaya bicara Ahok yang seperti ini justru memberikan dirinya sebuah keuntungan – apalagi dalam budaya politik Indonesia yang banyak dipengaruhi oleh budaya politik Jawa. Budaya politik Jawa lebih menekankan pada harmoni, yang mana dalam hal ini disokong dengan nilai-nilai tutur kata yang halus.
Ketika berbicara kasar, hal demikian bisa dianggap sebagai upaya yang bisa menciptakan disharmoni dalam budaya politik Jawa. Maka dari itu, Ahok menjadi berbeda dibandingkan dengan politisi-politisi lain.
Belum lagi, gaya komunikasi politik Ahok yang selalu menyoroti masalah dinilai menciptakan karisma pada dirinya – menjadikan dirinya unik dibandingkan dengan politisi-politisi lain yang cenderung membiarkan masalah-masalah yang ada demi menjaga harmoni.
Karisma ini akhirnya membangun citra Ahok sebagai politikus bersih yang ‘memberontak’ terhadap kebobrokan dunia politik Indonesia. Ini juga membuat dirinya populer di publik Indonesia.
Bukan tidak mungkin, dengan karakternya ini, Ahok masih bisa mempengaruhi dinamika dan diskursus politik Indonesia – meskipun sebelumnya tidak banyak bicara di publik saat menjadi komut Pertamina.
Lantas, pertanyaan selanjutnya adalah kenapa sekarang. Mengapa Ahok bisa menjadi ‘senjata’ yang disiapkan oleh Megawati dalam mempengaruhi diskursus politik menjelang Pilpres 2024?
Ahok, ‘Senjata’ Disiapkan Megawati?
Sosok Ahok masih kerap dikaitkan dengan Presiden Jokowi oleh banyak orang. Namun, ini justru bisa menjadi keuntungan bagi Megawati – apalagi di dalam konflik politiknya dengan Jokowi yang semakin memanas.
Mari kembali membahas Miley yang sempat muncul di awal tulisan. Miley, meskipun bukan lagi bintang di Disney Channel, kerap diasosiasikan dengan sosok Hannah Montana – sebuah karakter berusia remaja di sitkom berjudul sama dari Disney Channel.
Bagaimanapun, apapun yang dilakukan Miley, sosok Hannah Montana melekat pada dirinya. Hal yang sama juga berlaku pada sosok Ahok.
Ahok merupakan wakil gubernur untuk Jokowi saat mantan wali kota Solo tersebut jadi orang nomor satu di Jakarta. Pengaitan Ahok terhadap Jokowi ini bisa dianggap sebagai teknik propaganda dan persuasi yang disebut pengasosiasian (association) dalam buku Magedah E. Shabo yang berjudul Techniques of Propaganda and Persuasion.
Atas alasan inilah, Ahok juga menjelaskan bahwa dirinya sempat dipinggirkan agar tidak mengganggu potensi kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019. Ahok dianggap bisa mengganggu suara Jokowi.
Namun, kali ini, pengasosiasian ini justru bisa bermanfaat bagi Megawati di tengah konflik politiknya dengan Jokowi. Pengasosiasian ini bisa membuat apapun yang dibicarakan Ahok soal Jokowi bisa lebih didengarkan oleh publik.
Narasi soal Ahok yang disiapkan oleh Megawati-pun sempat beredar pada tahun 2022. Isu ini sempat disebarkan olah akun @DalamIstana di platform media sosial (medsos) Twitter (sekarang X). “Ahok akan di-plot sebagai pengerek massa di kalangan masyarakat urban,” ujar akun itu pada tahun 2022.
Munculnya Ahok sebagai ‘senjata yang disiapkan’ juga bisa sejalan dengan tren elektabilitas Ganjar Pranowo dan Mahfud MD – pasangan calon (paslon) nomor urut tiga yang diusung oleh PDIP. Bukan tidak mungkin, riak yang ditimbulkan Ahok baru-baru ini akan membawa fokus publik pada Ganjar-Mahfud lagi.Well, ini semua hanyalah gambaran atas dinamika politik baru-baru ini. Yang jelas, Ahok kini sudah kembali menjadi Ahok yang ceplas-ceplos dulu. Menarik untuk diamati soal politisi siapa lagi yang bakal disemprot oleh Ahok. (A43)