Maraknya gerakan non tunai (cashless society) dalam transaksi pembayaran saat ini, membuat penggunaan uang kartal atau kertas menjadi berkurang. Fenomena tersebut tak membuat khawatir Perum Peruri, selaku BUMN yang mencetak uang kartal dan giral di tanah air.
PinterPolitik.com
Direktur Pengembangan Usaha Perum Peruri, Fajar Rizki mengatakan, perkembangan digital ekonomi memang tak terhindarkan, termasuk fenomena cashless society. Namun sampai sejauh ini nilai transaksi non tunai di Indonesia jumlah tidak terlalu besar.
“Hanya di kota-kota besar saja, seperti Jakarta, Surabaya, Makassar dan Medan yang pertumbuhan cashless-nya cukup tinggi. Tapi di daerah di kota kecil, jumlah uang fisik permintaan masih tinggi sekali,” kata Fajar di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (8/1).
Bahkan selama dua tahun belakangan, order kebutuhan BI terhadap uang kertas terus meningkat. Untuk beberapa tahun ke depan, Fajar meyakini, order kebutuhan uang baik kartal maupun giral oleh BI masih terus akan meningkat. “Setiap 2 tahun kita dapat pesanan dari BI itu sekitar 8 miliar lembar uang yang kita produksi untuk BI,” tandasnya.
Fajar menambahkan, selain itu Perum Peruri telah mengembangkan pelayanannya tidak hanya melayani kebutuhan didalam negeri, namun juga melayani permintana dari luar negeri untuk jasa percetakan uang dan dokumen penting lainya.
Tercatat sudah beberapa negara yang menjalin kerja sama dengan Perum Peruri, yaitu Nepal, Bangladesh,Srilangka, Thailand, Philipina, Pakistan dan Peru.
Saat ini kata Fajar sekitar 60-70 persen pendapatan pada Perum Peruri berasal dari pencetakan uang baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan pendapatan usaha mencapai Rp 3,9 triliun pada 2019, angka ini naik sekitar 23 persen dari sebelumnya Rp 3,1 triliun. Sementara itu untuk laba usaha sekitar Rp 595 miliar di 2019.
Meski begitu, Perum Peruri telah mengantisipasi transaksi elektronik dengan membangun anak perusahaan yang mendukung era digitalisasi tersebut.
Selain mencetak uang negara, Perum Peruri diberikan tugas oleh Pemerintah melakukan kegiatan usaha lainnya berupa penyediaan jasa digital sekuriti dan optimalisasi asset. “Saat ini sudah banyak sekali fintech yang menggunakan security digital yang kami buat,” pungkasnya. (R58)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.