PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menandatangani perjanjian awal atau head of agreement tentang pemenuhan suplai gas untuk penggunaan bahan baku pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
PinterPolitik.com
Dalam perjanjian tersebut, PT Pertamina melalui anak usahanya PT PGN akan menyuplai kebutuhan gas untuk digunakan oleh PLN pada PLTG milik mereka.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan pihaknya melalui anak usahanya PT PGN akan membangun fasilitas regasifikasi untuk mengubah Liquefied Natural Gas (LNG) menjadi gas industri. Pembangunannya ada di 52 titik pembangkit listrik diesel milik PLN di seluruh Indonesia.
Menurut Nicke dengan adanya 52 titik pembangkit tersebut dapat menghasilkan listrik sebesar 1.870 megawatt. Untuk tahun ini akan ada 5 lokasi yang selesai pembangunan fasilitas regasifikasinya dan bisa langsung beroperasi. 5 lokasi tersebut dapat menghasilkan 430 megawatt listrik.
“Jadi ada 52 lokasi, kapasitasnya bisa 1.870 mw total semuanya. Ini akan diselesaikan dalam jangka waktu dua tahun terbagi jadi 4 tahap. Di tahun ini tahap pertama sebanyak 5 lokasi dengan kapasitas 430 mw,” kata Nicke.
Pertamina sendiri akan mengeluarkan dana sebesar US$ 1,3 miliar atau berkisar Rp 18,2 triliun (kurs Rp 14 ribu). Nicke mengatakan pembangkit listrik PLN sendiri bisa dual fuel alias bisa menggunakan gas dan BBM. Jadi bisa meringankan investasi untuk fasilitas gasnya.
“Investasi dari Pertamina dalam hal ini lewat PGN total investasi sekitar US$ 1,3 billion. Kalau pembangkit ini dual fuel bisa pake diesel bisa gas bisa, jadi nggak banyak nambah capex-nya,” tambah Nicke.
Dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 13K/13/MEM/2020 pemerintah memang menugaskan Pertamina untuk melaksanakan penyediaan pasokan dan pembangunan infrastruktur LNG untuk PLN. Dalam hal ini untuk penyediaan tenaga pada pembangkit listrik PLN (PLTG).
Kepmen tersebut juga menugaskan PLN untuk melaksanakan kegiatan gasifikasi pembangkit tenaga listrik dan pembelian LNG dari Pertamina dalam rangka konversi penggunaan Diesel dengan LNG.
Sementara itu Dirut PLN, Zulkifli Zaini mengatakan dengan penggunaan gas untuk membangkitkan listrik, yang awalnya butuh Rp 16 triliun untuk biaya operasional kini cuma Rp 12 triliun per tahun.
“Dari sisi PLN kita mengubah yang tadinya opex berbentuk BBM diesel jadi bentuk gas. Yang tadinya Rp 16 triliun per tahun jadi 12 triliun per tahun,” ungkap Zulkifli.
Zulkifli menambahkan, PLN bisa menghemat biaya operasional untuk pembangkit diesel sebesar Rp 4 triliun per tahunnya. “Jadi dari sisi PLN kita dapat penghematan Rp 4 triliun karena ubah BBM menjadi gas,” pungkasnya. (R58)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.