HomeData PolitikKepada Siapa Demokrat Berpaling?

Kepada Siapa Demokrat Berpaling?

Kecil Besar

Paslon yang menolak hasil rekapitulasi bisa mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) dalam kurun waktu 27 Februari-1 Maret 2017. KPU akan berkoordinasi tentang adanya dugaan gugatan Pilkada DKI Jakarta.


pinterpolitik.com

JAKARTA – Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta segera menetapkan Pilkada DKI Jakarta berjalan dua putaran. Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno menjelaskan, Pilkada DKI berjalan dua putaran karena jumlah suara salah satu pasangan calon (paslon) tidak mencapai batas minimum satu putaran.

Menurut Sumarno di Jakarta Minggu, (26/2/2017), dari hasil rekapitulasi dipastikan Pilkada DKI berlanjut ke putaran kedua, karena tidak ada calon yang mendapatkan suara lebih dari 50 persen.

Ia pun mengungkapkan paslon yang menolak hasil rekapitulasi bisa mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) dalam kurung waktu 27 Februari – 1 Maret 2017. KPU  akan berkoordinasi tentang adanya dugaan gugatan Pilkada DKI Jakarta.

“Kalau tidak ada, maka tanggal 2 atau 3 Maret, akan ditetapkan hasilnya sekaligus sekaligus akan ditetapkan pasangan calon peserta putaran kedua,” katanya.

“Kalau ada gugatan, memang mundur, dan pelaksanaannya juga mundur hingga Juni,” tambahnya,

Menurut sumber, beberapa partai politik pengusung pasangan nomor satu, yaitu PPP, PKB, dan PAN sudah mulai merapatkan dukungan ke pasangan Anies – Sandi. Langkah itu berbeda dengan Partai Demokrat, yang sampai saat ini belum juga menentukan pilihan dukungannya, walaupun Ketua DPD Partai Gerindra Jakarta, M. Taufik,  mengklaim, pertemuan dengan Ketua Timses Agus-Sylvi Nachrowi Ramli beberapa waktu lalu sudah memberikan sinyal positif partai merapat ke koalisi Anies-Sandi.

“Pak Nachrowi sudah ketemu saya. Sudah oke, tinggal ketemu pak SBY,” kata Taufik di Jakarta, Minggu (26/2/2017).

Tak kalah sibuknya, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto kabarnya  sudah mengirimkan surat langsung meminta bertemu kepada Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.

Baca juga :  How About Dasco’s Destiny?

Juru bicara dari paslon Ahok-Djarot, Ruhut Sitompul,  langsung merespons manuver yang dilakukan Partai Gerindra tersebut. Bahkan, dia pesimistis Partai Demokrat akan merapat di Gerindra, karena melihat dari masa lalunya.

“Pak SBY itu orangnya kalau yang dia inginkan gak jadi, dia pasti jadi penyeimbang,” ujar Ruhut, Minggu.

Apakah betul Partai Demokrat akan jadi penyeimbang? Lalu bagaimana Demokrat menentukan pilihannya pada saat putaran kedua nanti. Apakah akan jadi golput?

Mengingat hubungan yang kurang harmonis antara Demokrat dengan PDIP, sampai kapan kita tak tahu, yang pasti kita semua menantikan kejutannya. Apa pun pasti akan dilakukan oleh ketua partai untuk memenangkan pertarungan tersebut. (Berbagai sumber/Fit/E19)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Titiek Puspa: ‘Pinnacle’ Nyanyian Soeharto?

Penyanyi legendaris, Titiek Puspa, yang meninggal dunia pada Kamis (10/3) kemarin kerap disebut "penyanyi Istana." Mengapa demikian?

PHK Indonesia, Waspada Sindrom Katak Rebus? 

Bahaya PHK masih terus mengancam Indonesia. Bagaimana kita bisa mengambil pelajaran besar dari permasalahan ini? 

The Tale of Budi Gunawan

Kehadiran Budi Gunawan dalam pertemuan antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu lingkar elite yang berpengaruh.

How About Dasco’s Destiny?

Peran, manuver, serta konstruksi reputasi Sufmi Dasco Ahmad kian hari seolah kian membuatnya tampak begitu kuat secara politik. Lalu, mengapa itu bisa terjadi? Serta bagaimana peran Dasco dalam memengaruhi dinamika politik-pemerintahan dalam beberapa waktu ke depan?

Prabowo & Trump Alami “Warisan” yang Sama?

Kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) jadi sorotan dunia. Mungkinkah ada intrik mendalam yang akhirnya membuat AS terpaksa ambil langkah ini?

Didit The Peace Ambassador?

Safari putra Presiden Prabowo Subianto, Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo atau Didit, ke tiga presiden RI terdahulu sangat menarik dalam dinamika politik terkini. Terlebih, dalam konteks yang akan sangat menentukan relasi Presiden Prabowo, Joko Widodo (Jokowi), dan Megawati Soekarnoputri. Mengapa demikian?

Prabowo Lost in Translation

Komunikasi pemerintahan Prabowo dinilai kacau dan amburadul. Baik Prabowo maupun para pembantunya dianggap tak cermat dalam melemparkan tanggapan dan jawaban atas isu tertentu kepada publik, sehingga gampang dipelintir dan dijadikan bahan kritik.

2029 Anies Fade Away atau Menyala?

Ekspektasi terhadap Anies Baswedan tampak masih eksis, terlebih dalam konteks respons, telaah, dan positioning kebijakan pemerintah. Respons dan manuver Anies pun bukan tidak mungkin menjadi kepingan yang akan membentuk skenario menuju pencalonannya di Pilpres 2029.

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...