Pasar wisata halal dunia diprediksi tumbuh menjadi US$180 miliar pada 2020 dari posisi saat ini, US$116 miliar. Indonesia pun diprediksi bakal menjadi salah satu negara yang diuntungkan oleh pesatnya pertumbuhan industri tersebut
PinterPolitik.com
[dropcap size=big]N[/dropcap]amun, mengapa industri perbankan khususnya syariah di tanah air belum ‘tergiur’ menopang sektor ini?
Sampai saat ini, baru anak usaha Bank BNI yaitu BNI Syariah yang sudah memiliki program pengembangan pariwisata halal. Sedangkan anak usaha bank BUMN lainnya masih sebatas pada ketertarikan semata.
Bicara soal pesona wisata halal di tanah air, sejumlah destinasi yang kita miliki saat ini boleh dikatakan harusnya bisa ‘memanjakan’ para wisatawan. Hal ini juga disadari oleh pemerintah. Namun sayangnya, pemerintah pun menyadari bahwa potensi besar yang dimiliki itu belum dimanfaatkan dengan maksimal.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah mengatakan potensi pengembangan ekonomi syariah di dalam negeri masih besar. Untuk sektor pangsa pasar perbankan syariah saja baru mencapai 5%.
“Indonesia memiliki ruang yang sangat besar dalam ekonomi syariah, karena dari 250 juta jiwa penduduknya, 216 diantaranya adalah Muslim. Ini sebuah peluang untuk mendorong ekonomi syariah berkembang di Indonesia. Sekarang baru 5% dari potensi yang ada, sehingga ada peluang 95% yang bisa dikembangkan,” papar Jokowi di Hotel Fairmont, Jakarta.
Selanjutnya Jokowi mengatakan, regulasi pun sudah dipersiapkan pemerintah dengan matang. Selain itu telah diterbitkan pula Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia yang memberikan arah strategis pengembangan keuangan syariah Indonesia ke depan serta dibentuknya Komite Nasional Keuangan Syariah.
Disamping itu banyak sektor yang bisa dioptimalkan oleh industri syariah, mulai dari perbankan, asuransi, pariwisata juga industri lainnya, seperti kosmetik, makanan dan sebagainya.
Sebaliknya, wisata halal di tanah air masih dipandang sebagai sebuah ‘tren’ saja. Padahal, konsep wisata jenis ini kini sudah menjadi gaya hidup. Bahkan di beberapa negara, jenis wisata halal sudah mulai menjadi ladang bisnis yang menggiurkan.
Contohnya, promosikan konsep wisata halal Taiwan kini tengah gencar incar turis Indonesia untuk genjot industri pariwisatanya.
“Muslim tidak perlu khawatir ke Taiwan. Kami punya banyak fasilitas untuk wisatawan muslim,” ungkap Tony Wu, Director of Taiwan Tourism Bureau di Jakarta Maret Lalu.
Menurut Tony, penduduk muslim di Taiwan saat ini berjumlah lebih dari 50.000 jiwa dari total jumlah penduduknya yang mencapai 23 juta jiwa.
Ada tujuh masjid besar yang tersebar di seluruh Taiwan. Selain itu, hampir di setiap destinasi wisata disiapkan musholla termasuk di bandara.
Begitu pula dengan makanan halal. Untuk penyediaan makanan halal, pemerintah Taiwan telah bekerjasama dengan lembaga sertifikasi halal bernama Chinese Muslim Association. Bahkan saat ini Taiwan sudah memiliki lebih dari 100 hotel dan restoran yang bersertifikat halal.
Adapun alasan Taiwan mulai menggarap wisata halalnya, lantaran mereka melihat meningkatnya pertumbuhan wisatawan asal negara mayoritas muslim terutama dari Indonesia setiap tahun.
Untuk diketahui, pemerintah Taiwan mulai mengembangkan wisata halalnya sejak lima tahun terakhir. Pada 2016 lalu Taiwan menempati urutan 7 destinasi wisata dunia yang disukai wisatawan muslim berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI) yang dirilis mastercard.
Pada lingkup yang lebih luas, Indonesia pun masih di bawah Malaysia, Turki, dan Uni Emirat Arab di posisi keempat dalam GMTI. Entah faktor apa yang menyebabkan pengelolaan wisata halal di tanah air serasa masih kurang maksimal dan serius digarap.
Dapat di maklum, sepanjang tahun 2016 lalu bisnis industri perbankan terutama syariah Indonesia banyak mengalami kendala. Diwarnai oleh tingkat kompetisi bisnis jasa keuangan yang semakin ketat, karena mulai berlakunya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) dimana untuk industri perbankan hal ini tertuang dalam ASEAN Banking Integration Framework (ABIF).
Semakin sengitnya persaingan di industri jasa keuangan dinilaiberdampak terhadap kinerja di perbankan syariah karena masih terkendala beberapa masalah seperti keterbatasan modal, sumber dana, SDM dan TI yang belum mumpuni.
Selain itu adanya kasus pembobolan sejumlah bank termasuk dua bank BUMN yang terungkap pada tahun 2016 lalu, ikut pula menyumbang terhadap minat perbankan dalam menggarap bisnis sektor pariwisata halal.
Kembali jika kita sedikit bandingkan antara Taiwan dengan Indonesia, sebenarnya Indonesia jauh lebih baik dibanding Taiwan. Indonesia dari Sabang sampai Marauke memiliki sumber daya yang tak kalah hebatnya.
Indonesia juga negara dengan mayoritas penduduk muslim yang besar. Modal ini seharusnya sudah cukup bagi kita untuk mengelola potensi wisata halal di tanah air. Apalagi, kita sebetulnya memiliki pasar yang sudah pasti dan jelas, yakni konsumen muslim domestik. Jadi pasar luar hanya sebagai pelengkap bukan menjadi tujuan utama.
Hal ini seperti dikatakan mantan Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano yang mengatakan, berbicara persaingan bisnis tidak harus mencari bisnis ke luar negara. Tapi yang utama adalah bagaimana bisa mempertahankan semua sektor di industri perbankan khususnya syariah. Sebab, semua negara pasti berfikir untuk bisa masuk ke Indonesia.
“Jangan malah kita berfikir sebaliknya, misal bagaimana caranya kita buka cabang di negara lain karena market terbesar ada disini. Saya setuju Global, sejauh kita telah kuasai dulu pasar kita 100 persen. Kita beruntung dengan faktor mayoritas rakyat dan demografi pasar Indonesia yang luas sekali dari Sabang sampai Merauke, bukan hanya di pulau Jawa saja,” ujar Dinno.
“Jangan sampai nanti kita sibuk dan terlena memikirkan bagaimana bisa global, tidak membenahi pasar sendiri, akhirnya pasar kita direbut mereka dan kita gelagapan,” tambahnya.
Pendapat tersebut ada benarnya, karena melihat potensi Indonesia yang sedemikian besar itu sebenarnya sudah menjadi incaran bisnis dunia. Pada akhir Desember 2016 lalu, Indonesia untuk kali pertama menjadi juara umum World Halal Tourism Award (WHTA) di Dubai, Arab.
Di ajang tersebut Indonesia berhasil menyapu bersih 12 dari 16 kategori yang dilombakan. Keberhasilan ini tak ayal membuat Indonesia semakin percaya diri untuk mengembangkan bisnis wisata halalnya.
Adapun 12 kategori yang dimenangkan Indonesia dalam ajang tersebut:
- World’s best airline for halal travellers: diraih oleh Garuda Indonesia
- World’s best airport for halal travellers: Sultan Iskandar Muda International Airport (Aceh)
- World’s best family friendly hotel: the Rhadana Kuta, Bali
- World’s most luxurious family friendly hotel: the Trans Luxury Hotel, Bandung
- World’s best halal beach resort: Novotel Lombok Resort & Villas
- World’s best halal tour operator: Ero Tour, Sumatera Barat
- World’s best halal travel website : www.wonderfullomboksumbawa.com
- World’s best halal honeymoon destination : Sembalun Valley Region, Nusa Tenggara Barat
- World’s best hajj & umrah operator: esq Tours & Travel
- World’s best halal destination: Sumatera Barat
- World’s best halal culinary destination: Sumatera Barat
- World’s best halal cultural destination: Aceh
Melihat hal ini, Menteri Pariwisata Arief Yahya saat itu mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi pariwisata halal yang tinggi, sayangnya selama ini tidak dimanfaatkan dengan maksimal.
“Kita sangat kaya potensi wisata halal dan ini semata-mata lifestyle atau bisnis. Jadi konyol sekali kalau ada pengusaha yang tidak garap potensi yang sedemikian besarnya,” katanya di Jakarta.
Tercatat dari hasil studi yang dilakukan mastercard-crescentrating GMTI tahun 2016, total kunjungan wisatawan muslim global mencapai 117 juta pada 2015. Dari jumlah itu, pangsa pasar Indonesia diperkirakan masih di bawah 2%. Sementara itu, jumlah wisatawan muslim rata-rata tumbuh 4,5% per tahun dan diperkirakan mencapai 168 juta pada 2020.
Masih sangat besarnya potensi yang ada dan momentum pertumbuhan wisata halal tersebut, tak elok kiranya jika itu tidak dimanfaatkan sesegera mungkin.
Peran BUMN Pariwisata
Saat ini pemerintah telah memulai dengan penetapan tiga daerah sebagai fokus wisata halal, yakni Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Sumatera Barat. Selanjutnya rencananya akan dikembangkan lagi ke destinasi lainnya, seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Riau dan Jawa Tengah.
Agustus tahun lalu, tim percepatan pengembangan pariwisata halal juga telah memulai sebuah langkah sigap dengan menyusun satu roadmap pengembangan pariwisata halal. Diharapkan peta jalan tersebut dapat menjamin arah, konsep dan pengembangan wisata halal ke depannya.
Terkait hal itu, Kementerian BUMN meresponnya dengan merencanakan pembangunan wisata di Sumatera Barat. Salah satunya dengan rencana untuk menghidupkan kembali (reaktivasi) jalur kereta di Sumatera Barat (Sumbar) dengan trayek Kayu Tanam-Padang Panjang- Bukittinggi yang akan dilakukan oleh PT KAI.
Kementerian BUMN juga meminta bantuan dari sinergi usaha BUMN untuk merevitalisasi pedagang di kawasan Panorama, Padang, dan Kelok Sembilan sehingga bisa lebih rapi. Nantinya direncanakan pula PT Patrajasa akan membangun hotel di Bukittinggi.
Sebelumnya di tahun 2016, lima perusahaan BUMN dan dua anak usaha BUMN telah melakukan penandatangan perjanjian kerjasama sinergi pengembangan bisnis bidang pariwisata dan sinergi hotel milik perusahaan BUMN. Sinergi ini juga dilakukan dalam rangka mengembangkan industri pariwisata terutama untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Perusahaan BUMN dan anak usaha yang melakukan sinergi tersebut diantaranya, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero), PT Hotel Indonesia Natour, PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Garuda Indonesia Tbk, PT Patra Jasa dan PT Aero Wisata.
Sebagai realisasi sinergi tersebut Kementerian BUMN juga telah membentuk Satuan Tugas dimana sinergi yang dilakukan berupa pembuatan portal bersama bernama exploreIndonesia. Web online tersebut sudah diluncurkan pada 12 Desember 2016 dan dikelola PT Patra Jasa bekerjasama dengan PT PPI.
Selanjutnya, sinergi BUMN tersebut juga dikomandoi PT Hotel Indonesia Natour, BUMN tersebut bersinergi dengan PT Aero Wisata dan Patra Jasa, untuk memperkuat dan meningkatkan jaringan perhotelan.
Sedangkan PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWC), Prambanan dan Ratu Boko berkontribusi dalam melakukan sinergi BUMN pariwisata untuk memperkuat kerjasama di Koridor Yogyakarta, Solo dan Semarang.
Sebagai pengelola di kawasan Borobudur PT TWC benar-benar serius mempersiapkan segala sesuatunya. Salah satunya dengan membangun home stay di setiap desa yang ada di sekitar Borobudur.
Satu desa dibangun 20 kamar homestay. Di sekitar kawasan Borobudur ada 20 desa, akan dibangun 400 kamar baru. Bulan Maret ini tiga desa sudah memiliki home stay baru. Berarti sudah ada tambahan 60 kamar. Diharapkan tahun 2017 ini, pembangunan home stay untuk 20 desa akan tuntas.
Home stay dibangun di lahan desa atau tanah milik warga, oleh sinergi BUMN dengan menelan biaya sebesar Rp 70 juta per kamar. Jika satu desa 20 kamar, maka dana yang dikucurkan sebesar Rp 1,5 miliar per desa.
Tak mau ketinggalan, tiga BUMN penyedia jasa transportasi juga melakukan sinergi demi mendukung pengembangan sektor pariwisata. PT Garuda Indonesia, PT Kereta Api Indonesia dan PT Angkasa Pura I sudah bersepakat mengintegrasikan antar moda transportasi dan serta pengembangan jaringan secara berkelanjutan.
Pengintegrasian antar moda transportasi tersebut akan diterapkan pada Bandara Internasional Juanda Surabaya, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara Internasional Kulonprogo Yogyakarta, dan Bandara Internasional Adi Soemarmo Solo.
Akhirnya, keseriusan semua pihak terkait terhadap hal ini dinantikan. Pemerintah maupun pelaku usaha dari berbagai sektor harus bersama-sama mulai membangun industri tersebut.Dibutuhkan tidak hanya sinergi yang cukup kuat di antara berbagai sektor, tapi juga keseriusan untuk mereguk potensi yang lebih besar.
Sejalan dengan itu, promosi untuk destinasi wisata halal Indonesia juga harus dilakukan secara serius. Sebab, dampak dari branding yang kuat, bisa mendongkrak kinerja industri pariwisata. Ada empat hal kunci yang paling dicari wisatawan muslim dalam bepergian yaitu; makanan halal, tempat ibadah, pelayanan dan akomodasi. Ini harus menjadi perhatian, jangan sampai tiga hal tersebut terlewat atau bahkan tidak ada.
Sumber : https://www.bumnwatchdog.com/industri-syariah-bangkit/