Site icon PinterPolitik.com

Yenny Wahid Runtuhkan Khilafatul Muhaimin?

Yenny Wahid Runtuhkan Khilafatul Muhaimin?

Yenny Wahid. (Foto: Warta Kita)

“Hahaha inggih Cak. Tapi ndak usah baper to, Cak. Dan memang benar, saya bukan PKB Cak Imin. Saya kan PKB Gus Dur”. – Yenny Wahid


PinterPolitik.com

Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman yang akrab disapa Yenny Wahid kembali memicu perselisihan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Kali ini terkait penggunaan simbol-simbol yang berkaitan dengan ayah Yenny, yaitu K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada setiap acara yang diadakan oleh PKB.

Sedikit memberikan konteks bahwa perseteruan kedua pihak ini bukanlah cerita baru. Yenny sejak awal melihat bahwa Cak Imin adalah orang yang bertanggung jawab atas disingkirkannya Gus Dur dari PKB, tepatnya saat Muktamar PKB tahun 2005 di Ancol.

Yenny berseloroh dengan menyebutkan bahwa isu terkait Khilafatul Muslimin yang saat ini sedang hangat dibicarakan juga bisa diserempetkan ke istilah Khilafatul Muhaimin. Ia mengaku kepemimpinan Cak Imin selama 18 tahun di PKB layaknya sistem pemerintahan Khilafah.

Menurut Yenny, jika Cak Imin ingin menjadi ketua umum PKB sampai kiamat pun dipersilahkan. Tapi jangan menggunakan figur Gus Dur sebagai “jualan politik”. Tentunya argumen Yenny ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali soal sejarah konflik internal yang pernah terjadi.

Di lain sisi, Cak Imin juga disudutkan dengan isu-isu terkait PKB saat ini yang telah mengambil jarak dengan PBNU. Menurut Yenny, hal semacam ini nantinya akan membuat resah konstituen PKB yang sebagian besar adalah warga Nahdliyin.

Cak Imin dan Yenny Wahid

Hmm, apakah semua tindakan Yenny dapat dibaca sebagai langkah fight back terhadap kekuasaan Cak Imin di PKB? Mungkinkah ini semacam cerita berulang yang diawali dengan Gus Dur yang dilengserkan oleh Cak  Imin, kemudian Cak Imin pun akan dilengserkan oleh Yenny Wahid?

Kalau demikian skenarionya, sepintas jadi agak mirip dengan suksesi kekuasaan di era kerajaan Singasari loh. Ini terkait cerita tentang dendam yang panjang, pembunuhan berantai, serta kelicikan politik yang terjadi dalam sebuah istana nan megah.

Semuanya tercatat dengan rapi dalam sebuah kitab setebal 32 halaman dan 1.126 baris seukuran folio bernama Kitab Pararaton. Pada bagian pertama kitab, menceritakan tentang riwayat Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari, dan para raja penerusnya.

Kekuasaan Ken Arok dimulai sesaat setelah menghempaskan Tunggul Ametung. Ia lalu memperistri Ken Dedes yang sebelumnya adalah istri Tunggul Ametung. Tidak berlangsung lama, Anusapati yang merupakan putra sulung Ken Dedes dengan Tunggul Ametung kemudian membunuh ayah tirinya yaitu Ken Arok sebagai pembalasan. Begitu seterusnya sampai beberapa keturunan selanjutnya.

Nah, kembali ke konteks perseteruan Yenny dan Cak Imin, harapan besarnya semoga islah menjadi visi besar masing-masing pihak untuk mengurai benang kusut ini. Semoga tidak ada lagi yang mengutuk kegelapan dan beranjak untuk menyalakan lilin harapan di akhir perseteruan ini.

Dari sini kita dapat melihat bahwa sejarah bukan hanya rangkaian cerita, tapi juga untaian nestapa umat manusia. Seolah benar apa yang dikatakan pemimpin spiritual asal India, Mahatma Gandhi, bahwa jika mata dibayar dengan mata, maka seluruh dunia akan buta.

Hmm, dan jika seluruhnya telah gelap gulita, jangan-jangan token listrik anda yang sebenarnya sedang bermasalah dan belum dibayar. Apalagi, bicara soal listrik sekarang juga lagi sensitif. Upss. (I76)


Salah dan Sejarah Sepakbola
Exit mobile version