“Ayo, I speak foreign languages and shit” – Busta Rhymes, penyanyi rap asal Amerika Serikat
PinterPolitik.com
Belum lama ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim melakukan rapat kerja (raker) bersama Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam raker tersebut, menteri yang biasa dipanggil sebagai Mas Nadiem itu mendapatkan kritik dari politisi PKS Ledia Hanifa karena kerap menggunakan istilah dan kata bahasa Inggris.
Menurut Bu Ledia, raker merupakan rapat resmi yang diatur dalam perundang-undangan. Oleh sebab itu, bahasa Indonesia dianggap menjadi bahasa pengantar resmi yang harus digunakan.
Hmm, mungkin, Mas Nadiem mencoba mengikuti bahasa pergaulan ala anak-anak Jakarta Selatan (Jaksel) nih. Soalnya, beliau beberapa kali menyisipkan kata dan frase bahasa Inggris seperti combine, champion, make sense, extend, dan sebagainya.
Eits, tapi, tunggu dulu. Penggunaan bahasa Inggris kayak gitu kan bukan berarti dilarang. Ya, kan? PKS sendiri kan sering tuh menggunakan istilah dan kata yang bukan berasal dari bahasa Indonesia, melainkan bahasa Arab. Hehe.
Beberapa waktu setelah Mas Nadiem, kini giliran Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama – didampingi Angela Tanoesoedibjo – yang menjalankan rapat kerja (raker) bersama Komisi X DPR. Dalam raker tersebut, beliau mengusulkan beberapa strategi guna mengembangkan industri pariwisata Indonesia, seperti dengan mempopulerkan Indonesia melalui film-film Hollywood dan melalui kopi. Hmm, keren juga sih.
By the way, hal yang serupa kayaknya terulang nih. Tapi, berbeda dengan Mas Nadiem, Pak Wishnutama sadar dan langsung meminta maaf karena merasa kesulitan guna menemukan padanan kata event dalam bahasa Indonesia.
Hmm, mungkin, Pak Wishnutama udah dikasih bocoran sama Mas Nadiem. Kan, keduanya dulu pernah pergi ke sekolah yang sama – dalam drama peringatan Hari Antikorupsi Sedunia 2019. Hehe.
Eh, bisa jadi, Pak Wishnutama memang terbiasa menggunakan kata-kata bahasa Inggris tuh seperti gaya bahasa anak-anak Jaksel. Pasalnya, beliau mengakui kalau kesulitan mencari padanan kata itu dalam bahasa Indonesia. Padahal, kata-kata serupa kan juga banyak di bahasa Indonesia, seperti kegiatan, acara, pagelaran, dan sebagainya.
Ya, bagaimanapun dan bahasa apapun yang digunakan, hal yang terpenting adalah bagaimana pesan yang ingin disampaikan dapat dimaknai dengan baik oleh masing-masing pihak. Dengan begitu, kebijakan dan program yang dibicarakan dapat dievaluasi dan direncanakan bersama dengan baik. Ya, kan? (A43)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.