“You must perfect every fundamental of your business if you expect it to perform well.” – Ray Kroc, pengusaha McDonald’s Corporation
PinterPolitik.com
Drama politik yang terjadi di Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) tampaknya belum juga usai. Meski Pemilu 2019 lalu telah lama berakhir, perseteruan di dalam partai sepertinya masih berlanjut.
Bila diingat kembali, hasil pertarungan Pemilu kemarin berakhir dengan tidak adanya kursi parlemen nasional yang akhirnya berhasil direbut oleh Hanura. Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) pada Mei lalu menyalahkan Wiranto sebagai sosok pendiri dalam sejarah partai tersebut.
OSO kala itu bilang kalau Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) cenderung membiarkan kondisi dan jalannya internal partai. Ternyata, Wiranto mengakui kesalahannya. Namun, pendiri partai itu mengakui kalau satu kesalahan yang dia lakukan adalah menunjuk OSO sebagai ketum.
Drama ini kembali memanas nih setelah Wiranto beberapa waktu lalu dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memimpin Wantimpres yang baru. Kabarnya nih, Pak Wiranto bilang kalau jabatan penasihat kepresidenannya yang baru itu nggak perlu secara hukum disertai juga dengan pengunduran diri dari status kepengurusan partainya, yakni sebagai anggota Dewan Pembina.
Tapi nih, uniknya, Hanura sendiri berpendapat lain. Kontra pendapat ini bukan soal keinginan beliau untuk rangkap jabatan, melainkan malah lebih membahas mengenai status Pak Wiranto sendiri di Hanura. Ketua DPP Hanura Benny Ramdhani sampai-sampai berkata bahwa dirinya heran dengan sikap mantan Menko Polhukam itu.
Pasalnya, mengacu pada pernyataan Pak Benny, Pak Wiranto itu bukan lagi bagian dari Hanura. Bahkan, beliau tidak akan diundang pada pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Hanura ketiga yang digelar dalam beberapa hari ke depan.
Waduh, masa pendiri sendiri nggak diundang nih ke acara partai yang didirikannya? Wah, kasihan dong Pak Wiranto. Beliau jadinya seperti didepak dari partainya sendiri.
Hmm, jadi mirip-mirip sama kisah pendiri restoran McDonald’s yang dituangkan dalam bentuk film berjudul The Founder (2016). Film yang didasarkan pada kisah nyata tersebut menceritakan mengenai bagaimana seorang pebisnis bernama Ray Kroc kala menawarkan kerja sama franchise pada McDonald bersaudara, yakni Richard dan Maurice.
Awalnya, kerja sama mereka berjalan mulus. Namun, bisnis rantai rumah makan yang dijalankan Kroc ini berkembang tanpa mengikuti gaya berbisnis McDonald bersaudara. Restoran-restoran McDonald’s ala Kroc pun akhirnya terus bermunculan secara global dan berujung pada terdepaknya para pendiri asli tersebut.
Hmm, sedih juga ya kalau persoalan yang sama juga terjadi pada Wiranto dan Hanura. Bisa-bisa sosok Wiranto yang melekat pada sejarah Hanura makin terlepas nih seperti kasus Kroc dan McDonald bersaudara.
Untuk sekarang, pertanyaannya, apakah Hanura bisa tetap kembali “meledak” seperti ekspansi McDonald’s yang kini berada di berbagai penghujung dunia? Apa Hanura bisa kembali merebut kursi legislatif ke depannya tanpa sosok historis Wiranto? Menarik untuk dinanti. (A43)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.