“Wiji Thukul itu, saya sangat kenal baik. Dia kan orang Solo. Anak-istrinya saya kenal. Puisi-puisinya saya juga tahu”. – Jokowi saat kampanye Pilpres 2014
Masyarakat Indonesia pasti pernah mendengar nama Wiji Thukul. Jangan sampai keliru dengan Tukul Arwana loh ya, sama-sama dibaca “Tukul” tapi beda orang.
Buat yang belum tahu, Wiji Thukul adalah korban penculikan dan penghilangan orang yang terjadi di sekitaran tahun 1997 hingga 1998. Doi adalah aktivis dan seniman yang kala itu tajam mengkritik pemerintahan Presiden Soeharto.
Makanya, ketika mulai muncul gelagat chaos di sekitaran tahun 1998, doi jadi salah satu korbannya dan sampai saat ini nggak jelas ada di mana atau seperti apa kabarnya. Ada yang bilang doi sudah meninggal, tapi tidak diketahui meninggal di mana.
Hingga saat ini doi jadi salah satu simbol perjuangan melawan kesewenang-wenangan kekuasaan. Nah, hal inilah yang membuat sosok dan memori tentangnya kembali muncul dalam beberapa hari terakhir ini, terutama pasca DPR mengesahkan Undang-Undang Cipta Kerja.
Ini tergambar dari salah satu postingan di akun Twitter milik Presiden Jokowi. Dalam postingan tersebut, Jokowi menggambarkan pencapaian di sektor pertanian yang mampu tumbuh 16,24 persen di tengah pandemi.
Alih-alih memuji, banyak netizen yang mengomentari postingan tersebut dengan menuliskan kutipan kata-kata Wiji Thukul dari puisi berjudul “Peringatan” yang ditulisnya pada tahun 1986. Berikut penggalan kata-kata tersebut:
“Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata: lawan!”
Puisi ini disebut sebagai salah satu ekspresi perlawanan terhadap kekuasaan Soeharto. Kini, kutipan dari puisi itu pula digunakan untuk melawan kekuasaan Presiden Jokowi, utamanya dalam konteks UU Cipta Kerja yang dianggap tidak mengakomodir kepentingan lingkungan dan terutama kepentingan para buruh.
Serangan dengan kutipan kata-kata Wiji Thukul tersebut seolah menjadi gambaran bagaimana masyarakat mulai mempersepsikan pemerintahan Presiden Jokowi. Ini sekaligus juga menggambarkan dahsyatnya efek yang ditimbulkan oleh UU Cipta Kerja.
Yoi cuy, sampai “membangkitkan” orang yang sudah meninggal. Uppps. Membangkitkan semangatnya maksudnya. Jadi keingat seri anime Naruto yang memuat kisah tentang salah satu jurus terlarang: Edo Tensei – jurus yang digunakan untuk membangkitkan orang-orang yang sudah meninggal dan mengendalikannya.
Berasa kayak Wiji Thukul di-Edo Tensei-kan sama banyak orang nggak sih dengan protes-protes yang ada? Harapannya sih nggak sampai berbuntut pada kekacauan alias chaos politik yang mengganggu negara secara keseluruhan.
Soalnya, Pak Jokowi masih belum memenuhi janji pada para aktivis HAM loh yang disampaikan di Pilpres 2014 lalu, yakni menemukan di mana Wiji Thukul, baik hidup maupun jika sudah meninggal. Apalagi pernah bilang mengenal anak-anak dan istri Wiji Thukul juga kala itu. Hmmm, semoga nggak lupa ya pak sama janjinya. Uppps. (S13)