Site icon PinterPolitik.com

The Return of Menhub Budi

The Return of Menhub Budi

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi. (Foto: Antara)

I just got back home, 40 days on vacation. No one killing the game, s**t is all for the taking. What the f**k did I stutter? Am I being mistaken? I’m a s-s-s-s-s-s-s-s-star in the making Drake, penyanyi rap asal Kanada


PinterPolitik.com

Pernah ingat SmackDown, gengs? Gimana tuh gayanya para pegulat kalau show up? Menakutkan kan?Apalagi, kalau yang muncul si tinggi The Undertaker. Ya, meski menurut kita menakutkan, tapi tidak bagi si lawan. Beberapa – seperti Brock Lesnar – menganggapnya B aja.

Memang, si The Undertaker ini menjengkelkan. Sempat lama gak manggung, tiba-tiba muncul kembali dengan tampilan peti mati. Apa ia cuma mencari sensasi atau justru latihan dan nyiapin strategi?

Kita tidak tahu jawaban pastinya gimana, cuy. Coba kita tanya ke Pak Budi Karya Sumadi yang sempat hilang kemudian muncul lagi sembari membawa rasa gemas seantero negeri. Jangan-jangan Pak Budi sedang di posisi atau meniru strategi The Undertaker. Apa pun itu, sekarang, Brock Lesnar harus muncul, dalam artian jangan sampai kita kaget ya, gengs — minimal supaya jantung dan hati tetap sehat dan tahan banting.

Ya, begitulah, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi is back. Setelah sakit akibat kena Covid-19, kini doi sembuh total dan langsung menggebrak.

Gebrakan pertama, kerennya, langsung membidik bos besarnya sendiri yang sempat menyebut mudik dan pulang kampung adalah dua hal berbeda. Bahkan, Pak Budi bilang begini, cuy, “Mudik dan pulang kampung itu sama dan sebangun. Jangan membuat itu dikotomi. Jadi enggak ada perbedaan, berulang-ulang di sidang kabinet jangan pulang kampung, jangan mudik.”

Please ya, gengs, jangan berkomentar, ini urusan meja kerja kabinet. Ditonton aja kelanjutan debat linguistik ini – kalau berlanjut sih.

Jelas sudah, tidak boleh mudik (pulang kampung), gengs. Tapi kenapa nih kok soal transportasi dilonggarkan, ya?

Menanggapi hal ini, singkatnya, Pak Budi sih bilangnya sengaja dilonggarkan agar para pekerja yang bertugas untuk tujuan kedinasan, pelayanan publik, serta masyarakat yang memiliki kepentingan dan berkebutuhan khusus, dengan syarat sudah melewati protokol kesehatan yang berlaku, dapat melakukan aktivitas pengabdian dan sosial kembali. Jadi, bagi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), terutama, aman deh, asal gak bawa keluarga saat pulang. Yakin nih gak ada tumpangan gelap? Uppss. Hehehe.

Nantinya kalau sudah pada pulang, dan mau jalan-jalan, bisa kok, asal dapat surat rekomendasi jalan. Dalam kondisi seperti ini, tentu para pebisnis sangat senang dong? So pasti, mahasiswa juga kok.

Soalnya juga bisa pulang, gengs, asal cerdas membaca celah. Caranya? Gampang. Pasalnya Pak Budi bilang begini, “Orang-orang berkebutuhan khusus, misalnya ada (jenguk) orang tua sakit atau anak nikah. Ini juga masih bisa pulang”. Wadadaww, enak banget nih, kalau pengen pulang bisa pakai alasan jenguk atau mantenan, kan?

Kalau begitu, sama aja boong. Benar gak sih, gengs? Rasa-rasanya larangan mudik kayak ada tapi tidak ada. Duh, jadi ingat lagu band lawas Utopia yang judulnya “Antara Ada dan Tiada”. Hehehe.

Kita lihat saja, seberapa efektifkah protokol kesehatan ini mencegah antusias kepulangan warga perantauan. Kalau kalian pernah nonton bola secara langsung di stadion pasti paham: sekali dikasih kuota tiket, mau dibatasi berapa pun, pendukung yang datang pasti banyak. Hmmm, menurut kalian, bobol gak kira-kira kebijakan ini? Let’s see itya, gaes. Hehehe. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version