Site icon PinterPolitik.com

The Legend of the Pawang

the legend of the pawang

Seorang pawang hujan beraksi untuk mempengaruhi cuaca di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 18 Maret 2022 lalu. (Foto: AFP)

Perhelatan acara MotoGP Mandalika 2022 beberapa waktu lalu mencuri banyak mata – baik di dalam negeri maupun luar negeri – dengan kehadiran Rara Istiani Wulandari sebagai pawang hujan. Bagaimana kisah the shaman yang akhirnya populer ini?


PinterPolitik.com

Dahulu kala di negeri Nusantara dalam alternate universe Bumi-45, hiduplah seorang gadis bernama Roro yang ditakdirkan untuk menjadi seorang pawang. Ramalan-ramalan masa lalu juga meyakini bahwa Roro lah yang akan menjadi sosok the chosen one (yang terpilih) untuk menjadi pawang yang menjaga dunia.

Bukanlah perkara muda bagi Roro untuk menjadi pawang. Ia harus berlatih mengontrol berbagai unsur cuaca. Hari demi harinya pun hanya diisi dengan latihan agar bisa menundukkan kehendak cuaca – mungkin dialah solusi bagi perubahan iklim yang membayangi masa depan dunia Bumi-45.

Kini, Roro menjadi pawang yang telah dinanti-nanti oleh masyarakat negeri Nusantara dan masyarakat dunia – khususnya untuk pagelaran balapan MotorGP yang akan dilaksanakan di Mandalika. Meski begitu, ini pun bukan tantangan yang mudah Roro.

Pasalnya, pemerintah negeri Nusantara tetap saja harus mengadakan seleksi (sebagai bagian dari transparansi dan semangat antikorupsi). Roro akhirnya harus menghadapi para pesaingnya yang disebut-sebut juga bisa mengontrol cuaca – seperti Storm, Nami, dan Thor.

Baik. Selamat datang di Seleksi CPNS, yakni Calon Pengendali Nuansa dan Suasana. Kalian nanti akan mendapat giliran satu per satu untuk unjuk kebolehan dalam mengontrol cuaca. Baik, yang pertama adalah Storm. Silakan,” ucap sang petugas yang menjalankan fungsi asesmen terhadap para calon.

Storm yang mendapatkan giliran pertama akhirnya langsung menunjukkan kemampuannya. Dengan matanya yang bersinar, Storm berhasil mengubah cuaca yang awalnya cerah menjadi badai dalam seketika.

“Luar biasa. Keren ya, Storm. Oke. Asesmen selanjutnya adalah Thor. Waktu dan tempat dipersilakan bagi Thor, Sang Dewa Petir,” sahut sang petugas.

Mendengar namanya, Thor langsung mengangkat palunya. “Ini seleksi CPNS ya, bukan tukang,” canda sang petugas. Tanpa menghiraukan cemooh dari petugas, Thor langsung memunculkan petir melalui palunya itu.

“Waduh! Saya kira palunya buat memaku apa gitu. Ternyata, itu buat bikin petir. Beli di mana, Mas?” tanya sang petugas. Thor yang kesal tetap saja tak menghiraukan ucapan penduduk Midgard tersebut.

Setelah itu, waktu yang ditunggu-tunggu oleh Roro pun datang. Roro pun langsung bangkit dengan berbagai alat yang dimilikinya. 

Terlihat magis memang. Namun, berbeda dengan Storm dan Thor yang malah mendatangkan petir dan badai, Roro malah mendatangkan kembali cerahnya matahari. “Bravo!” ucap si petugas.

Namun, sebelum petugas mengumumkan hasil asesmennya, orang-orang dari agensi BMKG tiba-tiba datang. Mereka pun bilang, “Itu hujannya berhenti karena memang waktunya saja, bukan karena shaman ini. Kita juga berpengalaman dalam hal cuaca dan kita malah biasa bikin hujan pakai garam.”

“Apa? Ayo kita kuat-kuatan. Hujannya bakal jadi kayak katamu atau aku yang berhentikan hujannya?!” sahut Roro. Mereka pun akhirnya bertanding antara membuat dan menghentikan hujan. Akankah pertempuran ini bisa berakhir – mengingat banyak persoalan lain yang lebih penting – mulai dari kelangkaan minyak goreng hingga perang Moskva-Kievan Rus? (A43)


Exit mobile version